"Nanti kamu balik saja ke Jakarta," kubilang pada Ucup, sembari berjalan masuk ke dalam rumah.
"Yakin Juragan mengusirku pergi? Nanti kalau tubuh Juragan pegal, siapa yang akan memijit? Pijitanku ini benar-benar ndhak ada duanya. Juragan pasti akan ketagihan," katanya percaya diri, sembari membuka tutup kedua telapak tangannya. Duh Gusti, aku malah dibuat takut sendiri.
"Aku normal, ya!" marahku, Ucup malah tertawa.
"Siapa juga yang doyan sama Juragan galak sepertimu. Cita-citaku menikah dengan perempuan bahenol, dan cantik. Aku juga tidak tertarik dengan batang."
"Batang gundulmu!" marahku lagi.
Belum sempat kami masuk ke dalam rumah, Biung sudah berdiri di ambang pintu. Matanya memandangku dengan tanpa kedip sedikitpun. Ada apa? Apakah ada sesuatu dengan Romo Nathan? Atau dengan Biung sendiri?
"Ada apa, Biung?" tanyaku, saat aku sudah berada tepat di depan Biung.