Pandu tampak tersenyum, kemudian dia mengangguk menjawabi ucapan Manis. Seolah mungkin ucapan Manis hanyalah dongeng pengantar tidurnya saja.
"Aku akan membiayaimu sekolah sampai lulus sarjana, setelah itu kamu bisa bekerja di pabrikku. Kebetulan aku ada pabrik baru di Jakarta. Untuk urusan nafkah orangtuamu sekarang sampai kamu selesai kuliah akan kutanggung semuanya," ucapku pada akhirnya.
Pandu tampak terperangah ndhak percaya, lihatlah betapa besar matanya melotot dan mulutnya menganga itu.
"S... serius, Paklik?" tanyanya sekali lagi. Mungkin niatnya untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Aku mengangguk menjawabi pertanyaannya kemudian aku melirik ke arah Ningrum yang juga sama terperangahnya. Membuatku terbesit sebuah ide yang lucu.