"Aku benar-benar ndhak paham sama Pak Dokter," kata Manis pada akhirnya, sambil bersender di pundakku.
"Aku yang sudah lama kenal saja ndhak paham, apalagi kamu, Ndhuk," ucapku pada akhirnya.
"Memangnya dia seperti itu sudah sedari lama, toh, Kangmas?" tanya Manis lagi, agaknya dia cukup penasaran dengan kisah cinta yang konyol antara Setya dan Wangi, atau dia sangat penasaran kenapa ada manusia ndhak punya malu seperti Setya ini.
"Dulu lebih menakutkan lagi. Bayangkan saja, di mana ada Wangi, di situ Setya akan datang. Bahkan sampai Wangi bersembunyi, karena saking takutnya dikejar-kejar oleh Setya. Hal itu benar-benar membuat Wangi trauma, toh. Dan benar-benar membuat kawan-kawan sampai hilang akal," ceritaku. Manis malah tampak terkekeh mendengar ceritaku itu. Seolah-olah dia berada di posisi itu saat itu, dan tahu segalanya.
"Aku ndhak bisa membayangkan, Kangmas," ucapnya.