Aku ndhak bisa lagi menahan air mataku, meski sekarang aku mati-matian menahannya, meski sekarang aku menatap langit yang membiru, tapi tetap saja air mata ini mengalir dengan sangat lancang.
Biung tampak diam, dia ndhak mengatakan apa-apa lagi, bahkan isakannya berusaha ditahan setengah mati. Dia seolah merasakan pelukan Romo, dia seolah mendengar ucapan Romo. Yang dia lakukan hanyalah, masih memeluk dirinya sendiri sambil memejamkan matanya rapat-rapat.
Romo Adrian melepas pelukannya, kemudian dia mengelus rambut Biung dengan begitu sayang. Senyumnya, pandanganya, ndhak terlepas sedikit pun dari Biung. Dan itu benar-benar membiusku dalam sekali waktu.
"Bahagialah, kamu pantas bahagia dengan orang yang kamu cinta. Biarkan masa lalu menjadi kenangan, untuk kita saja."