Setibanya di rumah, kami keluar dari mobil. Seperti pasangan kekasih pada umumnya. Kami bergandengan tangan dengan perasaan luar biasa bahagianya. Bagaimana endhak, toh, sebentar lagi aku akan menikah dengannya. Ya, dengan perempuan yang sangat aku cinta.
Aku langsung menariknya buru-buru masuk ke dalam rumah, kemudian mencumbunya lagi dan lagi. Aku sudah ndhak sabar untuk selalu bersamanya, dan aku selalu ingin bercumbu dengannya. Dengan, atau tanpa alasan apa pun. Tapi tiba-tiba, dahiku berkerut, tatkala mendengar suara ketukan pintu oleh seseorang. Kurang ajar, manusia terkutuk mana yang berani-beraninya menganggu kesenanganku.
Aku hendak mencium bibir Widuri lagi, tapi dia menghentikannya. "Tenang, Arjuna, kita masih punya banyak waktu. Kita lihat siapa yang bertamu di rumah kita di saat seperti ini."