"Lantas setelah itu, Kangmas?" tanya Rianti, yang masih dengan mata nanarnya. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Tapi pandangannya ndhak lepas dariku sama sekali.
"Biung ndhak menerima kenyataan kalau romoku meninggal, Dik. Dia bahkan mengunci pintu kamarnya dari dalam dengan rapat-rapat, dan dia ndhak mengizinkan barang seorang pun masuk, dan mengusiknya bersama jasad romoku waktu itu. Sebab dalam keyakinannya, romoku ndhak meninggal, romoku masih hidup, dan dia hanya sedang tidur saja. Padahal sedari tengah malam waktu itu, seluruh penduduk kampung Ngargoyoso dan Karanganyar sekalipun, melihat pertanda-pertanda Gusti Pangeran itu. Bahkan mereka tanpa sadar menitikan air mata dan berpondong-pondong bertandang ke kediaman kita sambil membawa obor. Mereka... mereka menangisi kepergian romoku di saat Biung yang saat itu masih menyangkal jika romoku telah meninggal,"