Selesai Rashid menelepon, jam menunjukan hampir jam 2 siang. Ia malas untuk bekerja lagi, moodnya sedang jelek mendengar perkataan Ayahnya yang menyakitkan. Di mata Ayahnya selalu saja dirinya disalahkan dan lebih menfavoritkan kakaknya. Walaupun dalam hatinya berkali - kali mengingatkan bahwa ia tak peduli dengan ayahnya tapi tetap saja dalam lubuk hatinya yang terdalam ia masih haus akan kasih sayang seorang ayah.
Dulu ia beranggapan bahwa ayahnya tak peduli padanya karena kesibukannya sebagai seorang Emir, tapi nyatanya ayahnya memang tak menyayanginya semenjak Ibu tiada. Diantara tampang wajah dirinya dan kakaknya, memang kakaknyalah yang mirip sang Ayah, sedangkan dirinya percampuran Ayah dan Ibu. Mungkin wajahku mengingatkannya dengan Ibuku.
Selamat pagi reader setia.. Sorry ya kmrn ga terbit, authornya liburan dl. Hehehe
Walaupun cape, tapi hati senang karena anak2 br bebas bermain stlh terkurung 9 bln lamanya. Apalagi di wilayahku akan dilaksanakan PSBB lg, di Jakartapun sama nanti tgl 14 Sept.
Thn depan mau di vaksinpun tp takut2, takut ada efek negatifnya. Anak2 dan lansiapun ga bs di vaksin. Tp klo org dewasa ga di vaksin, ga ada pelindung diri buat aman kerja mencari nafkah, jd serba salah.