Lokasi pertama yang mereka datangi adalah tanah kosong seluas 2100 meter di pinggir jalan di jalan wisata alam yang di sepanjang jalan memang terdapat banyak villa - villa yang dibangun unik baik untuk disewa ataupun pribadi. Tanahnya berupa perkebunan yang ditanam berbagai jenis pohon.
Lokasinya sangat bagus, daerahnya masih asri, tanah subur dan banyak berbagai jenis pohon yang tumbuh disekitarnya. Rashid langsung menyukai lokasinya sehingga tawar menawar hargapun dilaksanakan. Penawaran pertama, pemilik tanah ingin harga permeter Lima Ratus Ribu Rupiah dengan total Rp 1,05 milyar, tapi setelah Ayu tawar menawar akhirnya harga totalnya menjadi Rp 720 juta sehingga menghemat Rp 330 juta. Transaksi berlangsung hanya sejam, mereka langsung lanjut ke lokasi selanjutnya.
Lokasi selanjutnya ke daerah sekitar pantai Kuta, setelah meninjau beberapa lokasi, mereka akhirnya memutuskan untuk membeli tanah di central Kuta Mandalika seluas 1,2 hektar. Tanahnya berupa tanah datar dan tanah bukit dengan full view pantai dan daerah yang masih banyak terdapat pohon - pohon di sekitarnya.
Harga yang ditawarkan Rp 8,4 milyar dengan harga tanah permeter Rp 700 ribu. Setelah ditawar yang agak lama karena pemiliknya tetap bertahan tak tergoyahkan sehingga akhirnya terjual dengan harga permeter Rp 600 ribu sehingga harganya menjadi Rp 7,2 milyar sehingga hemat Rp 1,2 milyar.
"Istri anda memang berbakat dalam transaksi jual beli tanah. Aku yang sebelumnya tak tergoyahkan oleh pembeli sebelumnya bahkan dengan tawaran melebihi harga jual hari ini. Tapi rayuan istri anda sangat maut sehingga akupun luluh dan akhirnya menerima tawarannya. Pasti andapun bertekuk lutut saat dirayu istri anda" kata penjual tanah yang memuji Ayu.
"Anda benar" kata Rashid.
"Ah bisa saja. Aku hanya pembeli yang berusaha menawar harga sesuai budget saja" kata Ayu merendah.
"Kalau aku punya istri seperti anda yang pandai menawar, aku pasti akan jadi juragan tanah yang bisa membeli banyak tanah dengan harga murah, dan akan menjualnya dengan harga tinggi" kata penjual tanah itu.
"Kalau hanya menawar saja kalau tanpa ada uangnya juga akan percuma tawar menawar dengan panjang lebar" kata Ayu.
"Hahaha.. Anda benar juga" kata penjual tanah itu.
"Pembayarannya sudah ditransfer ke bank anda, silahkan di cek" kata Rashid setelah transfer uang melalui mobile bankingnya.
"Wah hebat juga dapat transfer sekaligus. Biasanya bank kan ada limitnya. Bentar aku cek dulu" kata penjual tanah lalu membuka hpnya yang tersimpan di kantong celananya.
"Belum cek mbanking tapi langsung ada SMS. Ternyata benar sudah lunas ditransfer" kata penjual tanah itu.
"Besok pagi silahkan Bapak datang ke hotel kami menginap untuk tanda tangan Akta Jual Beli di gedung pertemuannya. Ini alamat hotel kami menginap" kata Rashid menyerahkan kartu nama hotel dan nomor telepon hotel yang tadi kartu namanya diminta kebagian resepsionis.
"Wah cepat sekali pembuatan AJB, biasanya memakan waktu berhari - hari. Tapi bagi anda mungkin ini hal kecil, karena anda sanggup membawa pengacara, notaris dan PPAT kesini untuk mengecek keabsahan atas kepemilikan tanah ini. Ternyata biar cepat juga prosesnya. Oke besok aku dan istriku akan pergi ke sana. Senang dapat bertransaksi dengan anda, selamat berjumpa besok" kata penjual tanah yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Sama - sama, senang juga dapat bertransaksi dengan anda. Ditunggu kedatangannya jam 9 pagi" kata Rashid. Mereka berjabat tangan.
Setelah mereka selesai bertransaksi dan mau pulang, tiba - tiba penjual tanah mendapat telepon dari seseorang.
Beberapa menit kemudian, mobil Ayu Rashid dan 2 mobil lainnya yang dikemudikan pengacara, notaris dan PPAT dihentikan oleh si penjual tanah saat tak jauh dari lokasi.
"Tunggu!!" kata penjual tanah.
Kaca pintu mobil diturunkan.
"Ada apa pak?" tanya Ayu.
"Ada temanku yang menjual tanahnya dengan harga yang paling murah Rp 100 ribu permeter dengan luas 8,3 hektar, tepatnya 83.710 meter persegi. Lokasi di tanah bukit Jabal Kaf dekat pantai Mawun dengan view laut dan tak jauh dari pantai Kuta" kata penjual tanah.
"Murah sekali. Pasti ada sesuatu sehingga harganya murah" komentar Ayu.
"Itu karena dia sedang butuh uang dan aksesnya memang masih jalan setapak tanah sih. Tapi jangan khawatir, tunggu beberapa tahun lagi pasti akses ke sana lebih diperhatikan pemerintah karena sekarang banyak pembangunan terfokuskan di pantai Kuta. Atau mau dijual lagipun nanti harga jualnya akan meroket" kata penjual tanah itu meyakinkan mereka supaya mau membeli juga tanah.
Karena lokasinya dekat maka mereka langsung menuju ke sana, penjual tanah sebelumnya sebagai pemandu jalan supaya mereka tidak nyasar sampai ke lokasi. Namun sewaktu dijalan, perut Ayu berbunyi keroncongan. Rupanya mereka melewati makan siang sedangkan jam menunjukan jam 4 sore karena mereka sibuk meninjau lokasi sehingga terlupakan makan siangnya.
Untungnya mereka tak melewati waktu shalat karena banyaknya masjid di Lombok sehingga setiap kali terdengar adzan berkumandang, mereka akan mampir di masjid terdekat yang mereka lewati.
Sehingga tempat pertemuan dan transaksi mereka diubah ke sebuah restoran dekat lokasi tanahnya di Ashtari Lounge Yoga Loft.
Sesampainya di restauran, dari luar terlihat gaya bangunannya modern namun dengan gaya mengikuti alam, bangunan temboknya dari bebatuan, jendela kayu dan kaca dan atapnya genteng. Dari parkiran harus naik tangga untuk sampai ke restorannya.
Di dalam restoran yang mengarah ke bagian belakang, barulah terlihat betapa indahnya pemandangan pantai dari atas bukit dengan daerah sekitarnya yang dipenuhi pepohonan rindang.
Ujung tempat duduk tamu yang menghadap bukit, tak bertembok full hanya dibatasi tembok sedikit ditambah kaca tebal yang disangga di atasnya sebagai pembatas jurang sehingga aman bagi pengunjung tapi juga tak menghalangi pemandangan alam yang terbentang di depan mereka. Hanya tiang kayu pohon yang masih ada cabangnya sebagai penyangga atap sehingga tamu tidak kepanasan dari terpaan terik sinar matahari.
Meja kursinya beraneka ragam, ada yang lesehan dan meja kursi. Meja lesehan terdiri dari gazebo pendek terbuat dari rotan dengan sandaran punggungnya dipinggirnya juga dari rotan tapi tanpa atap karena indoor, sedangkan lesehan lainnya dari ubin yang diseting naik permanen permeja dan ada sandarannya bagaikan di gazebo namun tanpa atap karena lesehannya indoor.
Baik lesehan rotan maupun lesehan lantai, alas duduknya dilapisi dengan seperti kasur yoga yang lebar dengan bantal sofa sebagai penyangga punggung, serta meja pendek sebagai tempat menghidangkan makanan.
Ada juga tempat makan dengan kursi meja dengan berbagai tipe. Sedangkan mereka duduk di bagian paling pojok di lesehan rotan, Ayu dan Rashid duduk di satu sisi, sisi sebelah kiri kanan Rashid dan Ayu duduk seorang pengacara, notaris dan pejabat pembuat akta tanah, di seberang mereka diduduki oleh 2 orang penjual tanah. Sedangkan Mat dan Ahmad duduk terpisah, di meja tiap sisi mereka berupa meja kursi. Maulida dan pak Yana di meja yang agak jauh dari mereka.
Pemandangan disamping mereka menghadap ke bukit dengan pemandangan laut dan perbukitan dikejauhan dan pohon - pohon disekitar mereka.
Mereka bersebelas orang memesan spageti, steak daging plus kentang goreng, pizza, nasi goreng dan mie goreng. Minumnya teh, jus dan kopi.
Setelah memesan makanan sambil menunggu makanan matang, barulah mereka membicarakan bisnis sambil melihat lokasi melalui foto dan video lokasi tanahnya.
Untuk memastikan bahwa mereka tidak ditipu, maka dicek dulu kelengkapan sertifikat tanah dan surat tanda terima setoran PBB dan persetujuan suami istri.
Notaris dan PPAT akan mengurus pembuatan dan penandatangan Akta Jual Beli serta mengurus pajak jual beli tanahnya. Sedangkan balik nama sertifikat akan dilakukan selanjutnya di kemudian hari.
Setelah selesai transaksi, tepat makanan datang lalu disantap sambil menikmati pemandangan alam di waktu sore hari.
Selesai makan, barulah mereka meninjau lokasi tanahnya. Karena jalan kecil dan berupa tanah, maka perjalanan dilanjutkan dengan naik motor yang telah disediakan oleh sang penjual tanah. Rashid yang mengendarai motor, sedangkan Ayu dibonceng di belakangnya. Mereka bersebelas orang naik motor beberapa menit kemudian hingga mereka tiba di tempat tujuan.
Walaupun lokasi yang sekarang lebih jauh daripada lokasi sebelumnya tapi pemandangan pantai tetap terlihat dikejauhan, sedangkan pemandangan di sekitarnya lebih rindang pepohonannya daripada di pantai Kuta. Samalah pemandangannya seperti di restoran tempat mereka makan barusan, hanya saja dari sudut pandang yang lain.
Rashid sangat menyukai tempatnya, tapi tidak terlalu diperlihatkan di wajahnya.Walaupun Ayu mengetahui hal itu, malah pura - pura tak tertarik dan mengeluh lokasinya kejauhan dari jalan raya, akses jalan susah dan sebelumnya mereka sudah membeli tanah sehingga harganya dari total 8,37 milyar turun lagi menjadi Rp 6,5 milyar sehingga harganya menjadi Rp75.000 permeter sehingga mereka berhemat Rp 1,87 milyar.
Selesai transaksi, hari menjelang malam. Mereka kembali lagi ke restoran sebelumnya untuk menukar motornya dengan mobil. Ketika mereka sampai ke mobil, magrib telah berkumandang. Seharian mereka shalat di luar seketemunya di jalan, tanpa perencanaan, begitupula dengan shalat magribnya.
Penjual Tanahnya kaget gitu. Biasanya AJB tuh jadinya kira2 2 mingguan.
Bagi Rashid sih urusan segitu kecil..Panggil aja petugasnya biar cepet jadi.
Untung ada Ayu jd bs berhemat beli tanahnya, klo kgk bs lbh boros lg tuh.
Tp harga segitu termasuk murah, di rmhku harganya 900rb permeter. Bahkan ada yg jutaan,tp ada jg sih yg lbh murah.
Harga tanah tergantung lokasinya apa dekat jln utama,apa ada akses jln,dll.
Disini harganya perkiraan aja ya.
Btw gimn sampul barunya?Apa bagusan yg dl?