"Saya akan mengantar Anda ke anjungan," kata laki-laki itu. Ia menoleh kepada dua temannya dan memberi tanda agar mereka melanjutkan perjalanan mereka tanpa dirinya. "Kalian ke sana duluan. Aku akan menyusul."
Emma tersenyum dan mengangguk untuk menandakan bahwa ia berterima kasih. Ia melepaskan kepalan tangannya dan berjalan mengikuti lelaki itu melintasi lorong putih itu ke arah berlawanan dengan lift yang tadi digunakannya.
"Namaku Natan Salas. Nona bisa memanggilku Natan," kata lelaki itu sambil berjalan. Ia mengenakan pakaian seragam cokelat yang ringkas dan di dadanya tersemat sebuah pin biru. Penampilannya rapi dan wajahnya tampak kalem. Emma dapat menilai sekilas bahwa orang ini sangat cerdas.
"Namaku Emma." Emma sengaja tidak menyebutkan nama belakangnya karena ia kuatir Natan akan langsung menghubungkannya dengan ayahnya yang sepertinya cukup terkenal di Akkadia karena peristiwa yang terjadi dengan ibunya.