Setelah mendengarkan penjelasan panjang lebarnya Kurapika. Tiba-tiba Uvogin tertawa. Kurapika mengernyitkan dahinya. Uvogin menatap lurus ke arah Lucia. Sebelum Kurapika menyadarinya, mau tidak mau pun terpaksa Lucia keluar dari persembunyiannya. Kurapika pun terkejut.
Kurapika : Lucia?!
Lucia melompat turun ke bawah dan berdiri di tengah-tengah mereka, antara Kurapika dan Uvogin.
Uvogin : Zero, kau datang di waktu yang tepat! (menyeringai lebar)
Lucia : Hm. Padahal aku tidak ingin ketahuan sama sekali, tapi Uvo terus menatapku, terpaksa deh aku keluar dari persembunyianku... (tersenyum)
Kurapika : Lucia, kenapa...
Lucia : Tenanglah, aku tidak akan mengganggu pertarunganmu, Kurapika-san. Aku hanya akan berdiri di sini saja untuk menonton kalian. Jadi silakan dilanjutkan... Uvo, berjuanglah, jangan sampai mati ya... (Walaupun aku tahu kau pasti akan mati...)
Lucia hanya tersenyum licik sambil menatap Uvogin dan Kurapika secara bergantian.
Kurapika : Jangan bercanda!
Lucia : Aku tidak bercanda sama sekali (tersenyum)
"Karena setelah Uvo mati, aku akan meladenimu... Jadi cepat bunuhlah dia."
Kurapika sangatlah marah. Dia menggertakkan giginya dengan geram. Seolah-olah seperti sudah terbiasa dan menyadarinya, Kurapika tidak tersentak kaget sama sekali ketika suara Lucia tiba-tiba muncul dikepalanya. Lucia hanya tersenyum senang melihat reaksinya Kurapika.
Uvogin : Zero, cepat bantu aku lepaskan rantai ini!
Lucia : Hm. Tidak, Uvo (tersenyum)
Uvogin : Apa?! Zero kau...
Lucia tahu jelas dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Uvogin. Dengan cepat dia langsung memotong perkataan Uvogin sebelum Uvogin mengeluarkan kata-katanya.
Lucia : Jangan salah paham. Dengan tidak menolongmu bukan berarti aku berpihak pada Kurapika-san atau mengkhianati laba-laba...
Lucia terdiam sejenak.
"Uvo, kau akan segera mati di tangan Kurapika-san dan kau tahu kan jika aku tidak tertarik pada seseorang yang akan segera mati. Karena kau juga begitu."
Lucia tersenyum licik. Uvogin membelalakkan matanya.
Lucia : Melihat ekspresimu yang kaget dan kebingungan itu, kau tidak menyangka aku bisa menggunakan telepati? Itu hal yang wajar karena aku tidak pernah menunjukkannya sekali pun tentang kekuatanku kepada seluruh anggota Ryodan. Aku khusus mengatakan hal ini padamu karena aku tahu kau akan merahasiakannya sampai akhir hayatmu. Lalu... Uvo, apa kau lupa dengan kata-katamu sendiri? Kau selalu mengatakan pada siapapun untuk tidak ikut campur atau mengganggumu setiap kali kau bertarung, bukan? (tersenyum)
Uvogin terkejut bukan main dengan semua perkataan Lucia. Dia tidak bisa mempercayainya kalau Lucia yang dia sayangi itu sedang mencoba untuk mengkhianatinya. Dia hanya terpaku diam ditempatnya.
Tiba-tiba Kurapika sudah berada di depan Uvogin dan langsung meninju keras ke arah perut Uvogin. Uvogin pun langsung memuntahkan isi perutnya yang bercampur dengan darah.
Lucia : Wow, pukulan Kurapika-san sangatlah menggagumkan. Apa sekarang kau menggunakan tipe Kyouka (Enhancement), Kurapika-san?
Kurapika mengabaikan Lucia.
Kurapika : Berikan aku informasi mengenai anggota Ryodan, katakan segalanya apa pun yang kau tahu.
Kurapika yang mengetahui Uvogin tidak ada niatan untuk menjawab pun langsung meninju perutnya sekali lagi dengan kuat. Uvogin pun kembali memuntahkan darahnya lagi.
Lucia : Percuma saja, meskipun kau menyiksanya begitu, dia tidak akan mengatakannya.
Kurapika : Lantas apa kau akan mengatakannya?! (berteriak)
Lucia : Tidak denganku juga.
Kurapika menggertakkan giginya. Lucia hanya tersenyum licik.
Lucia : Sudah kubilangkan sebelumnya, kita adalah laba-laba. Sebagai anggota laba-laba, kita mempunyai peraturan untuk tidak membeberkan informasi kepada orang yang bukan laba-laba. Kita akan melindungi rahasia sesama anggota tim. Ah, tentu berbeda dengan Hisoka. Karena Hisoka bukanlah laba-laba. Dia adalah seorang Judas.
Uvogin kembali tersentak kaget. Dia menatap Lucia yang hanya tersenyum lebar. Sedangkan Kurapika tidak mau mendengarkan perkataan Lucia. Dia masih bebersi keras untuk bertanya.
Kurapika : Nakama ni basho wa? (Di mana tempat temanmu berada?) Apa saja kemampuan mereka?
Uvogin : Korose... (Bunuhlah aku...)
Kurapika terus menyiksa Uvogin tanpa ampun. Uvogin terus memuntahkan darah segar dari mulutnya. Kali ini Kurapika meninju keras ke arah lengannya Uvogin, seketika itu mematahkan dan menghancurkan lengan Uvogin. Meskipun begitu Uvogin tetap menutup mulutnya rapat-rapat. Setiap kali Kurapika menyiksanya, Uvogin hanya terus berkata, "Bunuhlah aku..."
Kurapika : Kau membuatku muak... Rasa pada tangan kiriku, suara rantai setiap pukulan hingga bau darah! Semua indraku jadi kacau... (bergumam) Bagaimana kalian bisa berpikir kalau hal semua ini bukanlah apa-apa?! Kenapa kau tidak mau menjawab! (suara meninggi) JAWAB AKU! (berteriak keras)
Lucia hanya bisa menghela nafasnya. Dia yang terus diam dan menonton penyiksaan Uvogin pun berkata di dalam hatinya, "Kurapika-san, kalau saja aku Judas, aku akan membantumu membunuhnya, tapi sayang sekali..."
Uvogin : Bunuh aku...
Kurapika yang terbawa emosi pun langsung menancapkan sesuatu berupa sebuah jarum besar pada jantung Uvogin. Uvogin yang bisa merasakan adanya sesuatu pada jantungnya langsung menatap ke arah Kurapika. Kurapika mengeluarkan syarat dan perjanjian kepada Uvogin sebagai kesempatan terakhirnya.
Kurapika : Ini kesempatan terakhirmu. Aku baru saja membuat persyaratan pada jantungmu itu.
Lucia merasa terkagum-kagum. Dia berusaha menyembunyikan matanya yang sedang berbinar-binar saat melihat apa yang sedang dilakukan Kurapika. Dia mengatur ekspresinya.
Lucia : (Ini dia! Kekuatan rantai rahasia yang ada di jari kelilingnya Kurapika. Dulu, aku hanya bisa melihatnya dari anime yang kulihat. Sekarang aku bisa melihatnya secara langsung. Dan... Itu terlihat sangat keren.)
Kurapika : Jika kau melanggar aturannya, maka kontraknya akan aktif untuk menghancurkan jantungmu dan kau akan dijamin mati!
Kurapika menjelaskan jika kekuatannya ini dinamakan rantai penghakiman yang disebut pemutusan pada jari kelingking. Aturan dari kekuatan ini adalah siapapun harus menjawab pertanyaan dari sang pengguna dengan jujur. Dengan mematuhi aturannya, sang korban akan tetap hidup. Jika melanggarnya maka akan mati.
Uvogin yang sudah tidak berdaya pun menatap Kurapika dengan tatapan kosong. Kurapika tetap bebersi keras menanyakan keberadaan anggota Genei Ryodan lainnya. Uvogin hanya tertawa kecil. Dia tidak menjawab pertanyaan Kurapika.
Kurapika : JAWAB!
Dengan kekuatan terakhirnya, Uvogin menatap ke arah Lucia sejenak, lalu tersenyum ke arah Lucia. Lucia sedikit kaget dengan tatapan Uvogin.
Tatapan yang penuh dengan kehangatan. Tampak Uvogin sudah merasa pasrah dan menyerah. Dia bersiap untuk meninggalkan dunia ini. Sebelum itu, Uvogin sempat mengatakan isi hatinya.
Lucia tidak menyangka dengan apa yang dia dengar, kata-kata terakhir dari isi hatinya Uvogin. Dia berpikir setelah dengan apa yang telah dia lakukan terhadap Uvogin. Dia mengira Uvogin akan membencinya.
Akan tetapi, Uvogin tidak membencinya mau pun menyalahkannya. Dia masih tetap percaya padanya, jika Lucia bukanlah seorang Judas. Lucia tersenyum lalu berkata, "Terima kasih. Tidurlah dengan tenang, Uvo." Lucia menggunakan telepatinya kepada Uvogin.
Setelah itu, Uvogin kembali melihat ke arah Kurapika. Didetik-detik terakhirnya, dia mengangkat kepalanya ke atas dan sempat tersenyum meremehkan yang ditujukan kepada Kurapika, lalu tiba-tiba semburan darah berhamburan keluar. Tubuh Uvogin pun ambruk ke tanah. Kurapika terkejut bukan main.
Uvogin mati bukan karena jantungnya hancur akibat rantai persyaratannya melainkan lehernya terpotong. Kurapika langsung melihat ke arah Lucia. Lucia tersenyum melihat reaksi Kurapika.
Dia melihat Kurapika sedang berjalan ke arahnya. Kurapika berjalan perlahan-lahan ke tempat Lucia. Dia menghentikan langkah kakinya. Sekarang dia berdiri tepat di hadapan Lucia dengan jaraknya yang cukup dekat dari Lucia.
Kurapika : Lucia, kenapa kau...
Lucia : "Zero, aku tidak ingin mati di tangannya. Aku percaya kau bukanlah Judas. Karena kita adalah laba-laba. Jadi tolong bunuhlah aku..."
Kurapika : . . . . .
Lucia : Uvo, dia mengatakan itu padaku. Dia mempercayaiku. Bukannya ini hal yang bagus untukmu juga? Kau sangat menginginkan dia mati, bukan? Dan aku sudah membantumu untuk membunuhnya, Kurapika-san.
Kurapika : AKU TIDAK BUTUH BANTUANMU!
Kurapika langsung mengaktifkan Nennya dan mulai menyerang Lucia, dia melemparkan rantainya ke arah Lucia. Lucia melompat ke belakang untuk menghindarinya. Tiba-tiba terlihat Kurapika sedikit sempoyongan.
Lucia : Sebaiknya jangan memaksakan dirimu. Percuma saja jika melawanku sekarang. Aku tahu tubuhmu itu sudah mencapai batasnya.
Kurapika : DIAM!
Kurapika masih terus melemparkan rantainya ke arah Lucia. Lucia juga mengaktifkan Nennya, dengan santai Lucia menghindari rantai yang menghampirnya dan terus menghindar dari serangan Kurapika.
Lucia : Sungguh keras kepala... (bergumam)
Lucia tahu kalau Kurapika akan menggunakan rantainya yang kasat mata, jadi Lucia sudah siap siaga akan serangan itu, Kurapika yang mengetahui hal ini pun berhenti menyerang. Lucia pun mendarat di atas batu besar.
Kurapika : Kau, bagaimana kau bisa tahu kalau ada rantai yang terus menunggu kesempatan untuk melilitmu?!
Lucia : Tentu saja aku tahu, karena sebagai pembunuh, bahaya apapun bisa kita rasakan. Lalu...
Lucia menghentikan perkataannya sejenak, lalu tersenyum licik dan melanjutkan kembali perkataannya.
Lucia : Awalnya aku memang sudah tahu kalau hari ini pasti akan tiba, namun kenapa kau tidak mengaktifkan Nen Specialisasimu itu?
Meskipun Kurapika sudah tahu, kalau Lucia sudah pastinya mengetahui semua tentang dirinya. Akan tetapi dia tetap terkejut. Dia memandang Lucia dengan tatapan sinis dan penuh kebencian. Lucia tidak kaget dengan tatapan Kurapika yang begitu terang-terangan itu. Dia tersenyum saat mengetahui semua yang sedang dipikirkan oleh Kurapika.
Lucia : Kurapika-san, meskipun kau sangat membenciku sekarang, tapi kau sendiri sangatlah tahu jika kau tidak akan bisa membunuhku, karena mau bagaimana pun juga kita adalah teman, bukan?
Kurapika : Kita bukanlah teman!
Lucia : Apa benar begitu?
Lucia memandang polos sambil memegangi pipinya dengan jari telunjuknya. Kurapika yang menahan emosinya pun menggertakkan giginya dengan geram. Lucia pun tersenyum.
Lucia : Hm, apa kau tidak ingin mengetahui alasanku kenapa aku bisa berada di pihak Genei Ryodan?
Kurapika hanya diam. Dia menatap dengan tatapan dingin dan sinis yang sangat menusuk. Lucia sangat tahu, meskipun Kurapika tidak menjawab, tapi dia sangat ingin mengetahuinya.
Lucia : Aku ini tipe yang bebas. Jadi aku masuk Ryodan hanya dengan tiga syarat saja. Yang pertama, aku boleh bebas bergerak semauku. Jadi aku hanya membunuh orang yang ingin aku bunuh. Lalu yang kedua, aku tidak menerima perintah dari siapa pun. Jadi aku boleh tidak melakukan apapun yang disuruh Lucilfer. Dan yang ketiga, anggota Ryodan yang lainnya kecuali Lucilfer tidak ada yang boleh tahu dengan apa yang aku inginkan.
Kurapika : Lucilfer?
Lucia : Dia ketua dari Ryodan.
Kurapika : Sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur. Apa kau benar tidak membunuh klanku?
Lucia : Pfft. Kau sungguh keras kepala, mirip Gon saja.
Kurapika sedikit tersentak kaget mendengar nama Gon.
Kurapika : Jawab!
Lucia : (Padahal aku sudah memberi jawabannya sewaktu pertemuan di taman bermain, tapi dia benaran sama sekali tidak mendengarkan semua ucapanku ya...)
Lucia pun tersenyum jahil dan dia ingin sedikit bermain dengan Kurapika.
Lucia : Jika kau ingin mengetahui jawabannya, kenapa kau tidak mencari tahu saja sendー
Belum sempat Lucia menyelesaikan kata-katanya. Kurapika yang sudah terbakar emosi pun langsung mengaktifkan rantai yang berujung bola untuk menghantam Lucia, namun Lucia selalu dengan mudah menghindar.
Lucia : Kau sungguh tidak sabaran ya, Kurapika-san... (Ternyata pertarungan dengan Kurapika mulai membosankan, apakah aku coba masuk ke kondisi yang kritis ya?)
Sembari terus memghindari serangan Kurapika, Lucia membuat pedang dari darahnya dan mulai menebas-nebas rantai Kurapika. Akan tetapi rantai yang tidak terpotong membuat suara rantai dan pedang darah Lucia saling berlaga.
Dengan cepatnya, Lucia mulai mendekati Kurapika dan mulai membuat luka goresan di tubuh Kurapika. Kurapika yang mengerti akan bahaya mendekat pun segera melompat menghindar ke atas bebatuan yang lebih tinggi dan menyembuhkan dirinya. Lucia pun tersenyum.
Lucia : Sudah kuduga (bergumam)
Lucia menyimpan kembali pedang darahnya dan mulai mengaktifkan Nennya. Dia mencoba mengaktifkan Nen Emission**nya yang dia pelajari dari Franklin.
(**Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 92.)
Lucia memfokuskan Nen pada sekujur tubuhnya dan mulai melompat di udara mengelilingi Kurapika seperti yang dilakukan Zankoku.
(**Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 71.)
Kurapika sadar kalau Lucia adalah seorang pengguna Nen Specialisasi sama seperti dirinya pun langsung fokus kembali, akan tetapi...
BRUK!
Tiba-tiba sebuah tinju yang cukup keras dari Lucia melayang ke perut Kurapika dan Kurapika pun langsung terpental dan menghantam batu. Dia mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Kurapika menghapus darahnya dengan lengan bajunya dan langsung menyembuhkan dirinya lagi.
CLING
Suara rantai Kurapika terdengar oleh Lucia dan tiba-tiba rantai itu sudah mengikat tubuh Lucia. Nen Lucia langsung tertahan dan menjadi kosong.
Kurapika : Akhirnya kau tertangkap. Aku tidak menyangka kalau Ryodan akan sesulit ini ditangkap.
Lucia mencoba melepaskan dirinya dari rantainya Kurapika, namun saat ikatannya melonggar, rantai itu kembali menjeratnya.
Lucia : Hmm. Ternyata teknik ini tidak bisa ya...
Kurapika : Kau tidak akan bisa lepas dari rantaiku ini!
Kurapika segera mengaktifkan rantai perjanjian yang ada di jari kelingkingnya dan langsung menancapkan jarum besar ke jantung Lucia.
Kurapika : Jika kau ingin bebas, maka...
Belum sempat Kurapika mengucapkan kontak perjanjian hingga selesai, seluruh Nen Kurapika seperti tersumbat dan terhenti. Otomatis rantai Kurapika hilang dan Lucia pun terbebas. Lucia tersenyum. Dia berjalan santai ke arah Kurapika yang sudah lemas berlutut didepannya.
Kurapika : U-ugh... Seharusnya Chain Jailku ini sangatkah efektif terhadap Ryodan, tapi kenapa... A-apa yang kau lakukan, ke-kenapa aku jadi tidak bisa bergerak?
Lucia : Kau kan Hunter, tugas seorang Hunter itu adalah menganalisa, dasar bodoh!
Lucia hendak berjalan meninggalkan Kurapika. Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu pun kembali membalikkan badannya. Lucia menunjukkan ekspresi yang merendahkan kekuatan Nen yang sangat dibanggakan oleh Kurapika.
Lucia : Kau kalah dariku karena kau terlalu sombong. Kau bisa mengalahkan Uvo... Itu karena dia terlalu baik dan lemah. Tidak... Tapi kau yang lemah, Kurapika-san.
Lucia berjongkok di depan Kurapika. Dia melihat Kurapika pasti sangatlah kesal. Kurapika yang dengan gaya posisi merangkak sedang mengepal tangannya dan memeras pasir di tanah dengan erat. Dia menundukkan kepalanya memandangi tanah.
Lucia : Hm, sebagai temanmu, ini cuma sekedar saran, terserah kau mau mendengarku atau tidak. Jika kau ingin membalaskan dendammu itu, sebaiknya kau lebih pintar dan jeli saat berhadapan dengan Ryodan. Ryodan, mereka tidaklah bisa kau bayangkan karena mereka tidaklah lemah seperti yang kau pikirkan.
Kurapika tidak menjawab, dia tidak melihat ke arah Lucia dan masih menundukkan kepalanya ke tanah.
Lucia : Lalu... Camkan perkataanku ini. Aku selalu berpihak pada siapapun, termasuk pada dirimu bahkan pada mereka. Ini yang terakhir kalinya kukatakan, aku tidak terlibat dalam kasus pembantaian klanmu itu, jadi tolong jangan libatkan aku dengan rasa dendammu itu.
Lucia pun bangkit. Kurapika mendongakkan kepalanya. Lucia tersenyum. Dia mengulurkan tangannya ke Kurapika. Kurapika tersentak kaget, matanya sedikit bergetar. Dia tidak menyangka Lucia mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. Kurapika pun menerima sambutan tangan Lucia dan bangkit.
Kurapika : Lucia...
Lucia : Hm?
Kurapika : Sebenarnya apa tujuanmu?
Lucia : Hm... Rahasia. Hehehe.. Kau akan segera tahu, Kurapika. Boleh aku panggil tanpa menggunakan -san? (tersenyum)
Kurapika sedikit tersentak kaget lalu tersenyum.
Lucia : Baiklah, aku pergi ya. Aku tiba-tiba teringat ada cookies kesukaanku dijual dalam edisi terbatas!
Kurapika sedikit tercengang, lalu tertawa kecil. Lucia hanya tersenyum.
Kurapika : Kau tidak berubah ya.
Lucia : Tentu saja. Tapi kau sungguh banyak berubah, Kurapika.
Kurapika hanya terdiam.
Lucia : Kita akan segera bertemu lagi nanti, pada saat pertukaran oniichan dan Gon dengan Lucilfer (tersenyum)
Kurapika : Apa maksudmu?
Lucia : Jika kukatakan sekarang, itu tidaklah seru, bukan? Lagipula, kau akan segera tahu. Tapi ingat satu hal, apa pun yang terjadi, aku selalu berpihak padamu. Oya, tolong jangan lupa mengubur Uvo sebelum matahari terbit ya (tersenyum)
Setelah itu, Lucia langsung pergi meninggalkan Kurapika begitu saja. Dalam perjalanannya menuju ke pusat kota, Lucia berlari di atas bebatuan sambil berpikir, "Rantai perjanjian Kurapika sungguh berbahaya. Tadi terpaksa aku harus menghalau Nennya sebelum kontrak terjadi. Tapi dengan begini, aku jadi mengerti satu hal. Nen rantai Kurapika bisa aktif asal kontrak dilanggar tanpa Kurapika harus mengaktifkan Nennya. Dengan teori ini, aku pun berhasil menyempurnakan teknik Nen Conjurationku. Heheheheh..."
Tidak lama setelah itu, matahari pun mulai tampak muncul ke permukaan. Kurapika yang selesai mengubur Uvogin pun melihat lurus ke depan. Kurapika mengangkat satu tangannya ke atas untuk menutupi wajahnya dari sinar cahaya matahari yang menyilaukan mata. Lalu dia pun beranjak pergi dari sana meninggalkan tempat.
-Bersambung-