Descargar la aplicación
43.44% My version, Lucia [Hunter x Hunter] / Chapter 63: 63 - Illumi x VS x Lucia

Capítulo 63: 63 - Illumi x VS x Lucia

Killua berjalan santai di bawah pohon yang super besar. Dia terus melewati akar-akar besar yang menonjol ke atas. Sejak pertama kali dia memasuki pulau ini dan sudah selama tiga hari, Killua merasakan ada seseorang yang terus membuntutinya ke mana pun tanpa menyerang sedikit pun atau melakukan siasat apa pun itu.

Seseorang yang mengikutinya itu adalah salah satu dari tiga bersaudara Amori yang bernama Imori. Akan tetapi Killua membiarkannya begitu saja tanpa mendekatinya. Killua berhenti sejenak, tanpa menoleh ke belakang. Imori yang mengikutinya pun juga berhenti. Killua yang merasa terusik pun akhirnya membuka suaranya.

Killua : Aku tahu sejak ujian dimulai dan sudah tiga hari kau terus mengikutiku. Kau salah jika berpikir bisa terus bersembunyi seperti itu akan menemukan celahku. Tunjukkanlah dirimu dan ayo kita bermain?

Killua yang membelakangi Imori tanpa sadar menunjukkan ekspresi yang menyeramkan. Dia menunggu sebentar, akan tetapi tidak ada reaksi sedikitpun dari pihak lawan. Dia pun mengangkat kedua bahunya lalu menghela nafasnya. Setelah itu, dia mengabaikan Imori dan melanjutkan kembali perjalanannya.

Sedangkan di balik pohon yang super besar itu, Imori merasakan ketegangan sesaat dengan air keringat yang bercucuran di keningnya pun akhirnya bisa kembali bernafas lega ketika melihat Killua sudah kembali berjalan menjauhinya. Imori tersenyum licik dan kembali membuntuti Killua.

Kembali di bagian Gon.

Geretta : Apa kamu tahu, selama tiga hari ini aku sangat kagum dengan semua latihan dan perjuanganmu untuk bisa mencuri nomor IDnya Hisoka. Kau sungguh luar biasa bocah hanya dengan kail itu kau bisa mencuri nomor IDnya. Itu... Ayunan itu tadinya sangat amat mengesankan tapi apa kau tahu, kalau kelemahanmu itu adalah kau tidak memperhatikan lingkunganmu sendiri. Kau hanya berkonsentrasi dan fokus terhadap targetmu itu tanpa sedikitpun mencurigai sekitarmu...

Geretta mencabut jarum bius yang ada pada leher Gon. Lalu membuangnya begitu saja.

Geretta : Kau itu banyak sekali celah untuk diserang tapi aku membiarkanmu begitu saja karena menikmatinya juga. Lain kali, ingat untuk mengamati keadaan sekitarmu dan jadikanlah hal ini sebagai pelajaran dan pengalamanmu ya. Sayang sekali, karena kelemahanmu itu, aku akan mengambil nomor IDmu dan miliknya. Dadah... (tersenyum licik)

Setelah itu, Geretta pergi. Gon sangat marah dan kecewa pada dirinya sendiri. Dia melupakan kalau bukan hanya dirinya yang menargetkan Hisoka, melainkan dirinya yang kurang berhati-hati sehingga ditargetkan oleh orang lain.

Gon : (Kuso!! (Sialan!!))

Dengan perasaan kesal, Gon berusaha untuk bergerak tapi hasilnya nihil. Tidak lama kemudian, Gon yang masih tergeletak di atas tanah mendengarkan ada suara langkah kaki yang mendekatinya. Dia sangat terkejut saat tiba-tiba melihat ada sebuah mayat didepannya.

Gon : !!!!!!

Ternyata mayat itu adalah Geretta dan Hisoka sengaja meletakkannya di depan Gon.

Hisoka : Odoroita yo (Kau mengejutkanku lho) *tersenyum licik*

Gon sedikit memaksakan dirinya untuk melihat ke arah atas. Cahaya matahari yang sangat menyilaukan mata tertutupi oleh tubuh jangkungnya Hisoka. Hisoka tersenyum.

Gon : Ugh...

Hisoka : Kau menyembunyikan keberadaanmu sambil menunggu kesempatanmu? Lalu menunggu aku untuk menyerang yang lain?

Hisoka sengaja menunjukkan nomor ID miliknya dan nomor ID milik Gon.

Gon : . . . . . (merasa geram)

Hisoka : Apakah kau belajar sendiri bagaimana untuk menyembunyikan keberadaanmu itu? Hebat sekali! (tersenyum licik) Kau seperti binatang liar saja dan waktumu tepat sekali. Kau melakukannya dengan baik sekali.

Hisoka membuang nomor IDnya dan nomor ID Gon tepat di depannya Gon.

Gon : Ah! (sedikit tersentak kaget)

Hisoka : Ternyata panah racunnya benar-benar melumpuhkan ototmu ya. Efeknya hanya berlangsung sepuluh hari pada orang normal. Tapi waktu ujian hanya tinggal tiga hari yang tersisa. Tapi aku yakin kau akan pulih saat itu juga.

Setelah mengatakan hal itu, Hisoka pergi dari hadapannya. Gon memaksakan dirinya untuk berdiri dan berhasil. Gon berdiri dengan susah payah.

Gon : Ma-matte yo! (Tu-tunggu!)

Hisoka berhenti dan menoleh sedikit ke belakang. Gon memaksakan dirinya untuk berbicara dan melangkah mendekati Hisoka dengan susah payah.

Gon : A-ambil kembali nomor IDmu! Ke-kenapa kau tidak mengambil nomor IDmu?!

Hisoka : Tidak. Aku hanya datang untuk memujimu. Aku memberikan nomor IDku karena semenjak kau berhasil mencurinya dariku, maka dari itu nomor itu sudah menjadi milikmu. Ah, orang itu (Geretta) ternyata adalah targetku. Aku cukup dengan memiliki nomornya dan sisanya aku akan memburu tiga peserta lainnya saja. Jadi aku tidak memerlukan nomor IDku lagi (tersenyum licik)

Gon : Aku juga tidak butuh! Ambil kembali nomormu, Hisoka!

Hisoka : Tidak. Jangan bilang begitu...

Hisoka pun pergi meninggalkan Gon begitu saja, akan tetapi Gon mengejarnya. Saat itu juga Hisoka melayangkan sebuah tinju keras pada wajah Gon dan seketika itu juga Gon terpental jauh. Sesaat sebelum Gon pingsan, dia mendengarkan ucapan yang dilontarkan oleh Hisoka dan setelah itu Gon tertidur dengan perasaan yang kesal dan berat.

"Begini saja, anggap kau sedang berutang padaku sekarang. Aku akan menerima nomor ID itu lagi ketika kau juga bisa melayangkan sebuah tinju yang sama tepat pada wajahku ini. Sampai saat itu tiba, aku akan membiarkanmu terus hidup jadi cepat tumbuhlah sampai menjadi buah yang matang dan enak untuk layak dibunuh."

Hisoka tersenyum licik lalu tertawa keras. Meskipun Hisoka sudah pergi jauh meninggalkan Gon yang masih tergeletak tidak berdaya di atas tanah, akan tetapi suara tawanya Hisoka terus terdengar hingga akhirnya menghilang saat Gon menutup matanya.

Kembali di bagian Illumi dan Lucia.

Lucia terus berlari, melompati banyaknya akar-akar besar yang menonjol keluar dengan cepat bagaikan seorang Shinobi yang sedang menjalani misinya. Dia terus menghindari berbagai serangan dan berusaha supaya tidak tertangkap oleh Illumi.

Lucia : (Sial! Bagaimana caranya supaya Illumi menyerah untuk mengejarku, ya? Ah benar!)

"Oniichan?"

Killua yang masih berjalan santai. Dia tersenyum saat terdengar adanya suara yang terlintas di kepalanya.

Killua : "Luci, ada apa? Apa kau sudah mendapatkan nomor targetmu?"

Lucia : "Tentu saja! Kalau oniichan sudah?"

Killua : "Aku belum sih..."

Lucia : "Oniichan ada dimana sekarang?"

Killua : "Aku tidak tahu ini di mana tapi disekitarku ada banyak sekali pohon yang super besar. Semua akar-akarnya sangat besar dan menonjol keluar."

Lucia tersenyum licik, lalu berkata di dalam hatinya, "Suatu kebetulan yang luar biasa. Syukurlah keberuntangan masih ada dipihakku"

Lucia : "Begitu ya. Oniichan semangat ya!"

Killua : "Oke!"

Telepati pun terputus. Lucia lengah, saat sibuk bertelepati dengan Killua, dia tidak menyadari Illumi sudah berada di dekatnya. Illumi langsung menyerang menggunakan kukunya. Meskipun berhasil menghindarinya akan tetapi pipi Lucia menggeluarkan darah segar akibat terkena goresan kuku Illumi yang tajam.

Darah segar terus mengalir di pipinya tanpa henti. Lucia mengusapkan darah di pipinya dengan kasar lalu dengan cepat membentuk sebuah senjata tajam dan menyerang Illumi. Akan tetapi semua serangan beruntun dari Lucia dihindari dengan mudahnya oleh Illumi.

Lucia : Ck! Kenapa terus menghindari seranganku? Sepertinya kau meremehkanku? Atau kau takut mengenai darahku, aniki? (tersenyum licik)

Tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, Illumi tidak menjawab pertanyaan yang dilontaarkan oleh Lucia, melainkan memberikan pertanyaan random.

Illumi : Kenapa kau tidak berlari lagi?

Lucia tidak menjawab, dia yang merasa sedikit kesal menggertakkan giginya. Sekarang dia dan Illumi saling berhadapan satu sama lain dengan jarak yang cukup dekat sekitar 5 meter. Di tangan kanan Illumi ada beberapa jarum. Illumi tidak berjalan untuk mendekatinya.

Illumi : Jika tertangkap olehku, nomormu menjadi milikku.

Lucia : Aku hanya beristirahat sejenak (tersenyum licik)

Illumi : Begitu kah? Luci, apa kau mau sedikit bermain dengan bonekaku?

Lucia : Apa?

Tanpa aba-aba, tiba-tiba peserta ujian yang sebelumnya mengincar Illumi. Di kepalanya ada beberapa jarum. Illumi mengendalikan peserta ujian itu bagaikan sebuah boneka kayu yang terikat dengan tali. Peserta itu adalah Siper. Dibalik pohon yang tidak jauh dari mereka berdua, Siper menembakkan peluru ke arah Lucia dengan senjatanya.

Lucia langsung melompat gaya salto ke belakang untuk menghindari peluru, dan berhasil di hindari, akan tetapi bertepatan dengan itu juga Illumi melemparkan jarumnya ke arah Lucia. Lucia yang menyadari hal itu dengan cepat memotong jarumnya Illumi dan setelah itu juga langsung melemparkan darahnya ke arah Siper. Bukan hanya kepala, senjata Siper juga terbelah menjadi dua. Illumi yang sudah bisa menduga hal itu pun bertepuk tangan.

Illumi : Hm, seperti biasanya instingmu sungguh luar biasa. Dan aku kagum kau bisa menghancurkan bonekaku secepat itu, Luci.

Lucia : Kau curang aniki!!

Lucia berteriak kesal sambil menunjuk ke arah Illumi. Lucia mengontrol emosinya lalu sedikit membalasnya dengan sebuah sindiran halus.

Lucia : Ah, aniki apa kau tidak bisa memberikan teknik lain? Teknikmu itu terlalu feminim. Jika kau terus menggunakan teknik jarum yang menjijikan itu kau tidak bisa mengalahkanku (tersenyum meremehkan)

Illumi yang terpancing dengan perkataan Lucia tanpa berjalan mendekatinya, hendak menyerangnya lagi dengan jarumnya. Tiba-tiba dengan jarak yang cukup jauh sekitar 10 meter terdengar suara yang sangat dirindukan oleh Lucia.

Killua : Luci?

-Bersambung-

Bagaimana dengan cerita pada episode kali ini, Readers? Apa kalian menyukainya? Semoga sukses membuat kalian penasaran dan berteriak keras ya. Hahaha... #kabur 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

Ya, seperti biasanya jangan lupa KOMENTAR dan tentu saja VOTE supaya Author semangat ya! Terima kasih banyak 🙏😊 Mohon ditunggu kelanjutannya ya ❤


Load failed, please RETRY

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C63
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión