Angin topan perlahan-lahan mulai mereda. Lucia berjalan dengan santai menuju ke ruangan Nahkoda. Tiba-tiba Lucia muncul di belakang Leorio dan bertanya sesuatu.
Lucia : Oniichan, ada apa mencariku? (tersenyum)
Leorio yang membelakangi pintu masuk ruangan terkejut dengan kehadiran Lucia. Killua tersenyum lega karena dia melihat adiknya terlihat baik-baik saja.
Leorio : Uwaaa!! Sialan ngagetin saja!! (melompat kaget)
Killua : Dasar kau ini bikin orang khawatir saja! (marah)
Lucia hanya tertawa senang sambil memegangi perutnya saat melihat reaksi Leorio yang kaget dan Killua yang marah sambil menunjuk-nunjuk dirinya karena khawatir.
Gon : Lucia!!! (senang)
Semua peserta melihat ada kehebohan di tempat Leorio pun mendekat ke arah Leorio.
Hanzo : Kau dari mana saja?
Lucia : Rahasia (tersenyum)
Kurapika : Lucia, sebelumnya kau bilang cuma ada satu badai besar tapi di buku catatan ini tertulis kalau---
Belum sempat Kurapika menyelesaikan semua ucapannya, Lucia dengan santainya menjawab keingin tahuan Kurapika.
Lucia : Ya, ini adalah badai gelombang bagian pertama yang terjadi sepuluh tahun sekali. Tapi badai besar yang kumaksud itu bukanlah badai ini (tersenyum)
Tonpa : Apa? Jadi masih ada badai susulan?
Lucia : Itu benar sekali, paman dan pada badai berikutnya, permukaan air akan meluap naik dengan dratis tiga tidak tapi sepuluh kali lipat.
Leorio : Be-benarkah itu?!
Kurapika yang dari tadi memegang buku catatan kapal kembali membaca bukunya.
Kurapika : Itu benar, di buku ini tertulis, badai gelombang ke dua akan tiba 24 jam sesudah badai gelombang pertama ini. Dan...
Kurapika kembali memandang seluruh peserta yang menatapnya dengan tegang dan serius.
Hanzo : A-apa yang terjadi? (sedikit gugup)
Kurapika : Segalanya akan tertutup oleh permukaan laut.
Terlihat dengan cukup jelas wajah ketakutan dan kekhawatiran pada peserta lainnya. Kericuhan ringan mulai terjadi. Mereka saling berbisik dengan cemas tapi bisikan itu masih bisa terdengar dengan jelas oleh semua orang yang ada di ruangan ini.
Peserta ujian lainnya : Apa yang harus kita lakukan? Apa kali ini kita akan sampai di sini saja? (berbisik)
Imori : Kakak bagaimana ini? Aku tidak mau mati di sini!
Hanzo : Tapi... Melihat kamu (Lucia) yang begitu tenang sepertinya kamu sudah mengetahui bagaimana caranya mencegah badai besar itu datang, bukan?
Lucia : Apa setelah badai kecil ini kalian menjadi percaya dan mau mendengarkan saranku begitu saja? (menyindir)
Hanzo sedikit tersentak mendengar sindiran halus Lucia.
Hanzo : (D-dia bilang ini badai kecil?)
Killua hanya tersenyum. Sedangkan Gon, Kurapika, Leorio dan peserta lainnya hanya diam dan menatap serius ke arah Lucia. Lucia bisa merasakan ketegangan dari mata semua orang kecuali Killua. Lucia melihat ke arah Hanzo.
Lucia : Biar kutebak, paman kau yang menjadi pemimpinnya ya? (tersenyum)
Gon : Eh? Bagaimana kau bisa mengetahuinya, Lucia? (bertanya polos)
Lucia tidak menjawab. Dia hanya memberikan sebuah senyuman dan itu membuat Gon semakin bingung.
Hanzo : Sebagai pimpinan, kau belum menjawab pertanyaanku tadi.
Lucia : Pertanyaan? Oh..? Meskipun aku gak bisa mencegah badai besar itu datang tapi aku tahu bagaimana cara menghindarinya (tersenyum)
Hanzo : Ba-bagaimana caranya?!
Lucia : Ah, sepertinya badainya sudah berhenti sepenuhnya ya?
Semua orang refleks melihat ke arah jendela. Sinar cahaya rembulan memasuki ruangan Nahkoda. Langit yang cerah setelah badai angin topan tadi menampakan bulan yang tadinya tertutup oleh awan dan munculnya banyak bintang yang indah.
Imori : Kakak-kakak lihat badainya mereda! (senang)
Tonpa : Syukurlah... (merasa lega)
Peserta lainnya saling bersorak riang dan ada yang berpelukan senang. Terlihat dengan jelas rasa kekhawatiran mulai memudar dan munculnya semangat baru. Ada sebuah harapan kecil telah muncul di wajah setiap para peserta.
Lucia : Kalian belum bisa bersenang-senang karena ujian babak ketiga bagian kedua ini masih belum selesai. Ingat waktu terus berjalan dan badai besar yang sesungguhnya semakin mendekat, seluruh para peserta ujian yang berada di sini...
Lucia menghentikan perkataannya. Seketika ruangan kembali menjadi hening. Mereka seolah-olah ditarik kembali ke dunia nyata. Semua peserta kembali diam dan menatap serius ke arah Lucia.
Lucia : Mau kah kalian percaya padaku? Aku harap kalian mau saling membantu dan bekerja sama untuk menghindari badai pada gelombang kedua?
Geretta memecahkan keheningan. Dia yang merasa berhutang budi nyawa, tanpa ragu sedikit pun untuk pertama kalinya maju ke depan dan mengulurkan tangannya.
Geretta : Apa yang bisa kubantu?
Para peserta lainnya yang melihat Geretta mengulurkan tangannya juga mulai mengulurkan tangan mereka. Kurapika dan Hanzo saling berpandangan sejenak dan mereka tersenyum lega. Mereka mulai berdiskusi dan bertukar pendapat satu sama lain.
Lucia yang sejak awal menyadari adanya kamera pengintai yang sangat kecil sekali di sudut ruangan ini hanya diam. Kamera yang telah dipasang oleh Nennya Lippo ini sangat sulit dirasakan atau dilihati bagi yang bukan pengguna Nen. Lucia sedikit mendongakan kepalanya ke atas lalu tersenyum licik.
Lucia berkata dalam batinnya, "Lippo, bagaimana? Kau pasti tidak bisa menyangka kalau mereka bisa saling percaya dan bekerja sama hanya karena badai kecil yang kau persiapkan ini, kan?"
Di bagian Lippo.
Lippo yang berada di ruangannya. Dia memantau semua para peserta ujian lewat kamera pengawas pada monitor TV nya. Lippo yang melihat senyuman licik Lucia merasa geram karena prediksinya tentang akan banyaknya peserta ujian yang gagal dan tidak bisa bekerja sama ternyata salah. Lalu seolah-olah bisa membaca pikiran Lucia, tanpa sadar dia tersenyum.
Lippo : (Hahaha... Peserta ujian tahun ini dan juga peserta nomor 100, kalian semua sungguh calon Hunter yang luar biasa. Baiklah, tunjukkanlah padaku kalau kalian memang pantas menerima kelulusan dari ujian babak ketiga ini.)
**************************************
Seluruh peserta ujian mengikuti rencana Lucia. Setelah mendapat instruksi, semua peserta mulai bekerja pada tugas mereka masing-masing.
Semua peserta ujian kecuali Lucia, Hisoka, Illumi, Gon, Killua, Kurapika dan Hanzo memeriksa kondisi dari seluruh isi bagian luar maupun dalam kapal. Leorio ditugaskan untuk mengecek kapal di bagian bawah.
Dikarenakan dia yang kalah suit, dia menyelam ke dasar laut dengan mengenakan baju selam yang ditemukan oleh Gon dan Killua sebelumnya dan dibantu oleh beberapa peserta ujian lainnya dari atas.
Killua : Tidak kusangka, penemuan Gon bisa berguna juga.
Gon : Iya, padahal sebelumya Killua sendiri yang mengatakan tidak mungkin mengenakan baju selam untuk sampai ke pulau Zebil ya, ternyata bisa digunakan untuk mengecek kapal bagian bawah seperti ini.
Kurapika : Idemu sungguh bagus Lucia, dapat dari mana ide ini?
Lucia : Ya karena aneh kan kenapa kapal perang ini tidak bisa bergerak padahal semua mesinnya masih beroperasi dan berfungsi dengan sangat baik. Jadi kepikiran kalau bisa jadi baling-baling atau di bagian bawah kapal sana ada yang tersumbat atau nyangkut.
Kurapika : Ternyata begitu. Kenapa aku gak kepikiran sampai situ ya?
Lucia duduk bersandar santai di sofa panjang yang ada diruangan Nahkoda. Dia hanya tersenyum dengan ucapan Kurapika yang polos, dan di dalam batinnya dia berkata, "syukurlah mereka percaya dengan omongan yang berlogika. Susah menjelaskan lebih kalau mereka tidak percaya."
Di bagian Hanzo dan peserta lainnya.
Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa matahari yang tertidur sudah mulai tampak batang hidungnya kembali. Hanzo yang berdiri di dek bagian bawah.
Sesekali dia mengawasi sekelilingnya dan melihat para peserta ujian lainnya yang sedang sibuk memeriksa kapal. Kemudian dia melihat lurus ke arah lautan yang begitu tenang lalu bergumam sesuatu.
Hanzo : Laut yang tenang tapi mengerikan. Tidak terasa 20 jam lagi gelombang kedua akan datang.
Tiba-tiba Kurapika muncul dari belakang.
Kurapika : Itulah batas waktu yang diberikan oleh kita.
Hanzo yang menyadari kehadiran Kurapika menoleh lalu melanjutkan perkataannya dengan tenang.
Hanzo : Awalnya aku pikir tidak ada harapan lagi, dan kalau kita semua terus berada di tempat ini tanpa melakukan apa pun, hanya kematian yang kita dapat. Itu membuatku putus asa tapi berkat Lucia...
Lucia : Aku kenapa? (tersenyum)
Hanzo : Lucia?
Lucia : Hehehe... Maaf apa aku membuatmu terkejut?
Hanzo : Tidak. Aku hanya merasa sedikit kagum karena kau bisa menutupi keberadaanmu itu.
Kurapika : Itu karena Lucia salah satu pembunuh bayaran elit.
Hanzo : (Ternyata begitu...)
Lucia : Ngomong-ngomong, bagaimana perkembangannya, paman? Apa ada tanda-tanda bagus yang ditemukan oleh paman yang berada di dasar laut?
Kurapika : Leorio belum kembali.
Hanzo : Kapal ini sangat besar, kalau sendirian saja yang memeriksa, itu memerlukan sedikit waktu untuk menyelesaikannya. Kita juga tidak bisa membantu karena baju selamnya hanya ada satu.
Lucia berjalan ke pinggiran kapal lalu melihat ke bawah.
Lucia : Paman, bisa kemari sebentar tidak?
Hanzo dan Kurapika yang penasaran pun langsung mendekati Lucia.
Lucia : Lihat lah itu. Besi itu menempel pada kapal dan tersangkut di situ. Bagaimana caranya melepaskan itu?
Kurapika dan Hanzo tersentak lalu menyadarinya kenapa kapalnya tidak bisa bergerak padahal semua mesinnya masih bisa berfungsi dengan baik. Tiba-tiba terdengar seruan Gon dan Killua yang muncul dari dalam.
Gon : Wah... Ternyata kapalnya tersangkut batu besar dan besi itu ya.
Killua : Pantasan saja kapalnya tidak bisa bergerak...
Hanzo : Tidak sulit untuk melepaskan besi yang menempel pada kapal dan batu besar itu.
Kyuu peserta nomor 105 yang mempunyai rambut merah dan hidung merah tumbuk yang khas seperti buah jambu berada di dek kapal beserta tiga bersaudara Amori.
Kyuu : Sepertinya ini perlu diledakan. Apa perlu diledakan?
Hanzo : Kamu siapa?
Kyuu : Aku Kyuu. Kalau soal ledakan, aku ahli dalam hal ini. Serahkan saja padaku. Di gudang ada bahan peledak dan masih banyak tersisa bubuk mesium yang belum digunakan pada kapal ini. Biar kubantu! (tersenyum percaya diri)
Hanzo : Tolong ya! (tersenyum)
Lucia tersenyum senang karena mereka dengan cepat menangkap petunjuk yang di berikan. Setelah itu Hanzo melompat turun. Dia dibantu oleh Kyuu dan beberapa peserta lainnya untuk memeriksa besi yang tertempel erat di kapal dan batu karang tersebut.
Lucia : Gon, berapa lama kamu bisa bertahan di dalam air tanpa alat bantu?
Gon : Hmm... Mungkin sekitar 5 menitan. Kenapa?
Killua : Wah, sama! (senang)
Gon : Benarkah?! (semangat)
Lucia : Paman lama sekali ya, aku khawatir jangan-jangan baju selamnya rusak terus dia mati di dalam air...
Gon : Aku akan coba mengecek Leorio ya!
Killua : Ehh Gon, tunggu aku! Aku ikut juga!
Lucia : Oniichan, bawalah ini, mungkin akan berguna nantinya... (tersenyum)
Killua : Dari mana kau dapat pisau ini?
Lucia menunjuk ke arah sebuah kotak besar tempat menyimpan alat-alat perlengkapan yang di bawa oleh peserta lainnya dari ruangan penyimpanan alat kapal yang ada di dek kapal.
Killua tersenyum menerima pisau besar itu lalu dia langsung menyebur masuk ke dalam air untuk menyusul Gon dan Leorio. Lucia pun tersenyum.
Lucia : Baiklah berikutnya ke ruangan mesin kontrol.
-bersambung-
☆PLEASE VOTE AND COMMENT☆