Descargar la aplicación
75% Kisah Kami / Chapter 12: Seorang Tamu

Capítulo 12: Seorang Tamu

*krauk.. *krauk.. *krauk..

"HAHAHAA... RENDRA KAU PAYAH SEKALI..!!!" Kata Ady tertawa terbahak-bahak karena melihat Rendra yang terus kalah bermain game dengan Gama sambil memakan kripik singkong yang Gama buat.

"rrgghht... hei gam-gam. Bisa kah kau membiarkan ku menang sekali.. saja" keluh Rendra.

"Tidak ada ampun" kata Gama datar.

Di tengah permainan, Gama melihat jam yang ada di dinding sudah menunjukkan pukul dua siang. Saat Rendra melihat adiknya sedang lengah, dia pun langsung memanfaatkan hal itu dan mencoba untuk mengalahkan adiknya dalam game, Tapi tetap saja gagal.

Gama pun meletakkan console game yang dia pegang dan langsung pergi menuju dapur.

"Ada apa adik kecil?" Tanya Ady masih memakan kripik.

Gama pun keluar dari dapur sambil membawa tas belanja miliknya dan memakai topi pet serta kacamatanya.

"Kau mau pergi belanja?" Tanya Rendra, dan Gama pun mengangguk pelan.

"Tunggu tunggu, aku ikut aah.." kata Ady langsung berdiri dan pergi ke dapur untuk mencuci tangan di wastafel.

"Hoaam..!! Aku juga ikut ah, membosankan berada di rumah" kata Rendra merapihkan gamenya.

.

.

Mereka pun pergi ke sebuah minimarket tempat biasa Gama berbelanja yang hanya berjarak 10 menit berjalan kaki.

Meskipun Gama buta arah, hanya ada dua tempat yang dia hapal arahnya. Minimarket tempat mereka tuju dan toko buku yang sering dia kunjungi.

Di tengah perjalanan saat mereka melewati sebuah cafe di pinggir jalan sebrang mereka, Ady sempat berhenti dan melihat ke sebrang sana.

Rendra yang berdiri di sebelahnya pun mengerutkan keningnya menatap wajah kakaknya yang terpaku diam disana.

"Ada apa?" tanya Rendra ikut melihat ke sebrang sana. Ady pun tersentak seakan baru tersadar dari lamunannya lalu tertawa kecil.

"Hehehe tidak ada.. ayo lanjut" katanya tertawa. Rendra yang masih memasang wajah curiga pun mengangkat bahunya dan kembali mengikuti Ady.

Mereka pun tiba di minimarket dengan pintu kaca dan langsung masuk ke dalam.

"Jadi adik kecil, apa saja yang mau kau beli?" Tanya Ady berjongkok di depan adiknya yang kecil itu

Gama pun memberikan kertas yang di lipat ke Ady. Ady pun membuka lipatan itu dan kertas itu langsung terbentang panjang ke bawah.

(Banyak sekali) pikir Ady dan Rendra.

"Hahaha.. yasudah, biar aku saja dan Rendra yang mengambilnya. Kau pilih saja apapun yang kau mau, meskipun begitu aku juga pasti tau apa yang akan kau ambil" kata Ady meninggalkan Gama di depan kasir.

Gama pun langsung berjalan dan pergi ke teman dimana minuman dingin berjejer di dalam chiller dan mengambil dua botol teh kesukaannya. Dia membawa dua botol ukuran biasa langsung ke kasir untuk membayarnya.

"Halo Gama.. yang tadi itu kedua kakak mu kan?" Tanya seorang kasir perempuan yang ada di hadapannya.

Gama tidak menjawab pertanyaan gadis itu dan hanya melihat ke arah Ady dan Rendra yang berada di rak bahan makanan di dekat sana.

"Apa pekerjaan rumah mu beres?" Tanya nya lagi sambil menscan minuman yang di bawa Gama, dan Gama hanya mengangguk pelan masih melihat minumannya.

(Anak yang lucu, tapi sudah setahun dia berlangganan disini, dia hanya pernah berbicara sekali dan dia hanya mengatakan 'kakak Gama' saja saat aku bertanya tinggal bersama siapa. Mungkin kedua kakaknya mengajarkannya untuk tidak berbicara sembarangan pada orang asing) pikir Nia, gadis kasir berambut hitam panjang dengan tubuh agak tinggi.

Ady dan Rendra pun datang dengan banyak barang yang mereka ambil.

"Huuhh.. huuhh.. kau hebat juga bisa belanja sebanyak ini sendirian tiap minggunya" kata Ady lelah meletakkan barang-barang itu di meja kasir.

Sedangkan Rendra langsung duduk di lantai karena kelelahan juga, beruntung saat itu hanya ada mereka bertiga, jadi mereka bebas melakukan apapun tanpa harus malu di lihat orang.

"Aduuh.. aku tau kau pasti akan memilih ini, tapi jangan sampai beli dua botol begini donk" kata Ady memarahi Gama karena membeli minuman itu. Gama yang di marahi kakak nya itu pun hanya bisa menunduk mendengar kan.

Karena dia merasa tidak enak setelah melihat adik kecilnya menunduk terus, Ady hanya bisa menghela napas panjang.

"Tidak boleh langsung di habiskan, satu hari hanya boleh di minum satu, ingat yah. Dua Minggu lalu aku memberikan mu botol yang besar dan kau menghabiskannya dalam 10 menit, kalau sakit nanti bagaimana?" Kata Ady lagi, Gama hanya mengangguk pelan.

"Apaaa.. mereka selalu seperti itu?" Tanya Nia ke Rendra yang baru saja berdiri.

"Yaa.. kau tau? Ady memang super protektif, bahkan aku rasa dia masih menganggap ku anak kecil sampai sekarang" kata Rendra sebal. Dengan wajah mengkerut tiba-tiba matanya terbelalak saat Rendra menoleh ke arah Nia yang sedang berdiri di sana dengan rambut di ikat pita kain berwarna Oren.

"Ada yang salah?" tanya Nia tersenyum. Rendra pun tersentak lalu gelagapan Malu dan tertawa kecil.

"Oh, kau pasti Nia yang sering Gama bilang yah?" Tebak Rendra dan Nia pun mengangguk heran.

"Gama membicarakan ku?" Tanyanya heran.

"Emm.. tidak sih, dia hanya menyebut nama mu. Tapi kalau sampai sekarang dia masih mengingat namamu, itu artinya dia pasti sangat menyukaimu, pasti dia mengira kau orang baik" kata Rendra lagi.

"Waaah.. orang baik yah" kata Nia tersenyum.

"Ngomong-ngomong.. apa kau selalu memakai itu?" tanya Rendra menunjuk ke arah rambut gadis yang ada di hadapannya.

"emm? Oh ini? tidak.. hahaa tentu saja tidak. Aku baru memakainya hari ini karna aku lupa meletakkan ikat rambut lama ku. Tidak cocok yah?" tanya Nia menyeringai. Rendra pun sempat terdiam lalu tersenyum.

"Hahaha tidak ada" katanya tersenyum.

Setelah gadis berambut panjang dengan seragam hitam itu men-scan semua barang yang mereka beli dan mereka membayarnya, mereka bertiga pun keluar dari minimarket itu dan langsung pulang.

"hahahaa.. anak itu lucu sekali, ternyata bukan karena dia tidak boleh berbicara, justru karena dia jarang berbicara bahkan pada kedua kakaknya sekalipun. Rasanya ingin punya adik juga" kata Nia bergumam sendiri melihat mereka menghilang dari jendela minimarket itu.

Mereka bertiga pun berjalan menuju rumah. Namun, saat di tengah jalan, Rendra yang membawa belanjaan tadi berdua dengan Ady pun kelelahan. Apalagi sambil melihat adik mereka berjalan sambil meminum minuman yang enak tanpa membawa apapun.

Tapi secara tiba-tiba, Ady berhenti di tengah jalan dan terus memandang ke arah sebrang jalan, tepatnya ke sebuah meja yang berjejer di depan kafe.

"Ady cepat lah.. aku sudah lelah sekali" keluh Rendra, Gama dan Rendra pun melihat kemana arah Ady memandang sampai dia tidak menjawab Rendra.

"Maaf, tapi.. bisa kah kalian duluan? Aku akan segera pulang secepatnya" kata Ady sambil meletakkan kantung plastik besar di bawah dan langsung berlari ke tempat penyeberangan orang.

Gama yang bingung pun langsung melihat ke arah Rendra dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Jangan menatapku begitu.. aku juga tidak tau dia mau apa" kata Rendra menyipitkan matanya dan mengambil plastik yang Ady tinggalkan.

"Sekarang jadi aku yang harus membawa semuanya" tambahnya sebal dan melanjutkan pulang ke rumah.

.

.

Sesampainya di rumah, Rendra langsung duduk di meja makan dan memainkan HP-nya dengan nafas tersengal-sengal. Gama pun langsung memberikan Rendra segelas minuman ke Rendra dan langsung merapihkan bahan makanan yang mereka beli ke dalam kulkas.

Gama menyisakan beberapa bahan untuk dia olah sekarang karena dia mau membuat sup untuk makan malam nanti, jadi pasti akan memakan waktu untuk membuatnya.

Tidak ada obrolan di antara mereka berdua, Gama sibuk dengan masakannya dan Rendra terus memainkan HP-nya di meja makan dekat Gama memasak.

Tidak lama mereka pun mendengar suara pintu terbuka.

"Biar ku tebak, kau pasti membawa wanita itu kan" kata Rendra tanpa menoleh ke pintu.

"Hahaha.. jangan begitu, yang berlalu biarlah berlalu. Dia juga tidak Bermaksud jahat ko" kata Ady berjalan ke arah dapur bersama seorang perempuan yang mengenakan pakaian gaun one piece pendek berwarna putih serta topi lebar dengan hiasan bunga di bagian atas.

Rendra dan Gama pun menoleh ke arah Ady dan mereka melihat kalau Keyla si idol yang pernah mereka tonton konsernya sebelumnya.

"Aku.. minta maaf sebelumnya karena telah melakukan hal buruk pada Ady" kata Keyla pelan karena menyesal.

"Aku tidak masalah selama Ady memaafkan mu" kata Rendra dingin dan melanjutkan kegiatannya sebelumnya. Gama pun tidak mengatakan apapun dan kembali mengaduk sup yang sedang dia buat di dalam panci.

"Hahaha.. jangan di pikirkan, mereka memang begitu. Tapi mereka baik ko, Ayo duduk" kata Ady mempersilahkan Keyla duduk.

Gama pun langsung memberikan segelas minuman untuk Keyla lalu langsung kembali ke masakannya.

Gadis bertubuh mungil itu pun menunduk sambil terus memegang gelas yang di berikan oleh Gama.

"Jadi.. kenapa kau pergi dari rumah?" Tanya Rendra langsung menebak.

"Bagaimana kau tau?" Tanya Keyla heran.

"Hahaha sudah sudah, keluarga kami memang begitu. Jadi tidak perlu di pikirkan" kata Ady tertawa dan Keyla pun mengangguk.

"Yaa.. itu karena kedua orang tua ku yang terus mengekang aku di rumah" katanya dengan nada pelan.

Saat mendengar ucapan perempuan itu, Rendra yang duduk disana hanya melirik ke arahnya tanpa menunjukkan ekspresi apapun.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C12
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión