Descargar la aplicación
31.25% Kisah Kami / Chapter 5: Anna Part 1

Capítulo 5: Anna Part 1

Pria paruh baya dengan kumis di wajahnya itu terus memandangi majikannya yang memakai gaun putih besar sedang menuruni tangga di depan pintu rumahnya yang megah dengan anggunnya.

"Non, anda.. baik-baik saja kan?" katanya cemas. Gadis yang berdiri di sebelah supirnya itu pun langsung mengerutkan keningnya kesal dengan pertanyaan yang di lontarkan supirnya.

"Tentu saja, kenapa bapak bertanya begitu?" tanya gadis itu. Bapak itu pun memperhatikan majikannya ini dari ujung kepala sampai ujung kaki dan membuatnya malu.

"Jangan lihat aku begitu.." kata gadis itu malu.

"Hahaha yaa.. habisnya tidak seperti biasanya. Yasudah non, mari pergi. Hari ini kita mau kemana?" tanya bapak itu membukakan pintu mobil hitam yang ada di depannya.

Gadis itu pun kembali berdiri tegak dan membetulkan posisi rambutnya ke belakangnya sambil tersenyum dan melangkah masuk ke dalam mobilnya.

"Menemui seseorang" katanya dengan wajah yang tampak sudah tidak sabar dengan apa yang akan terjadi.

****************

Siang itu, setelah tiga saudara itu selesai makan siang. Gama anak yang paling kecil sedang membersihkan debu di sela-sela ruangan, sementara kedua kakaknya asyik bermain PS di ruang depan.

Saat Ady sedang bermain game bersama Rendra, Tiba-tiba HP miliknya yang di letakan di meja pun berdering. Ady melihat HP-nya ternyata itu notifikasi kalau ada uang yang baru saja masuk ke rekeningnya. Lalu tidak lama HP-nya berdering lagi, tapi kali ini pesan dari ayahnya.

"Adik kecil, bisa kemari sebentar?" panggil Ady pada adiknya. Gama yang mendengarnya pun berjalan menghampiri kakaknya masih memegang kemoceng.

"Tadi ayah mengirim uang bulanan untuk kita, tapi uang yang di kirimnya lebih banyak dari biasanya dan dia bilang untuk menyuruhmu membeli HP juga" jelas Ady.

"Naah.. benar itu. kalau ada apa-apa sangat sulit menghubungimu" sahut Rendra yang ada disebelah Ady. Setelah mendengar itu, Gama hanya mengangguk pelan mengiyakan kakaknya.

"Yasudah ayo kita bersiap agar tidak terlalu malam" kata Ady berdiri dan meletakan konsol gamenya.

"eeeh... sekarang juga? masih jam 2, panas sekali.." keluh Rendra.

"Kalau kau tidak mau ikut juga tidak apa-apa," ujar Ady membantu melepaskan ikatan celemek yang di kenakan Gama sambil berjongkok agar tinggi mereka sejajar. Tapi setelah di pikir-pikir akhirnya Rendra pun ikut mereka pergi ke toko yang menjual HP.

Angin yang berhembus kencang terus berdatangan dan menyelimuti setiap sisi kota.

Gama yang berjalan di sebelah Ady pun sempat terhenti dan mendongak menatap langit dengan wajah polosnya. Kaus dan celana pendek yang kebesarannya terus berkibar karna kerasnya angin yang menyentuh tubuhnya.

"Ada apa adik kecil?" tanya Ady mengerutkan keningnya berbalik melihat Gama, begitu juga Rendra.

Dia tidak menjawab dan terus menatap awan putih yang berjalan di langit biru cerah lalu perlahan memejamkan matanya.

Dia kembali membuka matanya dan menoleh ke arah kedua kakaknya yang masih terlihat bingung lalu berjalan mendekati mereka.

"Tidak ada" katanya terdengar datar.

Dengan pergi berjalan menuju toko HP selama 15 menit lamanya, mereka pun masuk ke dalam toko dengan pintu kaca di depannya, jadi orang orang yang lewat bisa melihat ke dalam isi toko itu, begitupun yang di dalam bisa melihat ke luar toko yang ada di pinggir jalan.

Sementara Ady sedang memilihkan HP yang cocok untuk adiknya dan Rendra berusaha membujuk Ady untuk membelikan HP baru untuknya juga namun Ady menolak, karna menurutnya itu pemborosan.

Gama yang memperhatikan kedua kakaknya dengan datar dibelakang mereka tiba-tiba merasa ada yang sedang memperhatikannya dari arah luar toko.

Gama yang merasakan kehadiran sangat kuat pun memilih untuk keluar dan melihat ada seorang perempuan yang lebih tinggi darinya sedang menatapnya sambil tersenyum dengan mengenakan gaun lebar serta topinya yang juga lebar berwarna putih agak tembus pandang.

Setelah lampu penyebrangan berganti menjadi hijau untuk pejalan kaki, wanita cantik yang memiliki kulit putih itu pun berjalan menyebrang dengan anggunnya. Rambut hitam panjangnya yang keluar dari topinya itu pun berkibar ke belakang karna hembusan angin yang lewat barusan.

Gama yang melihat wanita itu dengan wajah biasa saja pun berencana berbalik dan masuk ke dalam toko. Tapi niatnya terurungkan karna matanya langsung terbuka lebar saat dia melihat wanita itu terserempet oleh gaunnya sendiri dan hampir jatuh ke depan tepat di depan Gama.

Dengan reflek Gama pun menahan tubuh wanita yang lebih tinggi darinya itu agar tidak jatuh ke tanah dan membantunya berdiri lagi.

"Hehehe terima kasih, maaf merepotkan" kata wanita itu dengan suaranya lembut. Namun wajah Gama kembali datar tidak mengatakan apapun dan berniat langsung berbalik masuk ke dalam toko kembali tanpa memperdulikan wanita itu.

"Tunggu!!" katanya menahan bahu Gama.

"Sikap cueknya mirip sekali dengan tahun 5 tahun yang lalu" pikir gadis itu.

Gama pun melihat tangan wanita itu lalu kembali melihat wajahnya.

"Tunggu dulu, kita kan belum berkenalan. Perkenalkan, namaku Anna!" kata Anna ramah sambil tersenyum dan memberikan tangannya untuk berjabat tangan.

Gama hanya diam disana memperhatikan tangan Anna yang menggantung di depannya.

"Dia tidak mengingatkanku.." pikir gadis itu jengkel tapi masih tetap tersenyum.

"Kata Ady Gama tidak boleh berbicara dengan orang asing" katanya datar melihat Anna.

"Yes, aku tau itu" pikir Anna tersenyum.

"Ooh jadi namamu Gama? kita sudah saling kenal, jadi kita bukan orang asing lagi, benarkan?" kata Anna ramah masih menunggu jabatan dari Gama.

Setelah di pikir, Gama pun akhirnya membalas jabatan wanita itu dan Anna pun turut senang.

"Jadi.. apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Anna, Gama tidak menjawabnya dan hanya menunjuk ke arah Ady yang ada di dalam toko itu.

"Ooh, dia pasti Ady yang kau maksud tadi yah? apa itu kakakmu?" tanya Anna dan Gama hanya mengangguk pelan.

Disaat mereka sedang berbincang, ada seseorang yang membuka toko itu dan ada yang keluar.

"Loh, adik kecil, aku mencarimu, sedang apa kau dilua- *eh" kalimat Ady terhenti saat dia melihat ada seseorang yang sedang bersama adiknya.

"Rasanya gadis ini tidak asing" pikir Ady.

"Siapa kau?" tanya Ady heran.

"Bahkan dia juga tidak berubah" pikir Anna masih tersenyum.

"Oh maaf, perkenalkan namaku Anna. Aku tadi sempat ingin tertabrak mobil yang lewat, tapi di selamatkan oleh dia" kata Anna menujuk ke Gama, Gama pun dengan heran langsung melihat ke Anna karna itu bukanlah yang terjadi tadi. Ady sebenarnya meragukan pernyataan itu karna terlihat kalau Ady memasang wajah curiga.

"Oh syukurlah kalau kau baik-baik saja. Kalau begitu kami pamit dulu" kata Ady tersenyum sambil menarik Gama. Tapi Anna kembali menghentikan mereka dan kembali memberitahu Ady kalau dia ingin membalas budi kebaikan Gama tadi. Karna merasa tidak enak, Ady pun menolaknya secara halus dan mengatakan kalau itu bukan apa-apa.

Tapi Anna pun tetap memaksa dan ingin membalasnya dengan membelikan Gama sebuah HP. Ady terkejut karna menurutnya itu sangat berlebihan. Dan juga harga sebuah HP itu tidaklah semurah permen lolipop yang ada di warung.

Tapi Anna bersikeras dan mendorong mereka masuk kedalam toko itu. Rendra yang dari tadi sudah menunggu bersama dengan pemilik toko itu pun terkejut karna Ady datang bukan hanya bersama adiknya, melainkan dengan seorang wanita cantik memakai gaun putih.

Rendra pun bertanya pada Ady siapa wanita itu, dan Anna kembali memperkenalkan dirinya ke Rendra sama seperti yang dia lakukan ke Ady. Rendra yang tidak percaya itu pun langsung berbisik ke Ady kalau wanita itu sungguh mencurigakan.

"Nah.. kalau begitu, pak tolong HP yang paling bagus dan terbarunya yah, oh tolong ambilkan tiga" kata Anna ke pemilik toko. Tentu saja dengan senang hati pemilik toko itu pun memperlihatkan HP keluaran terbaru saat itu.

"Nah, kalian ini untuk kalian berdua juga" kata Anna memberikan HP itu ke Ady dan Rendra. Rendra yang senang karna menerima HP baru itu pun lembali berbisik ke Ady kalau dia percaya Anna itu orang yang baik. Karna melihat tingkah aneh Rendra, Ady pun menatapnya dengan sebal.

"Aku tidak perlu. Aku juga punya. Lagi pula aku hanya bisa menggunakan HP untuk mengirim pesan dan menelpon saja" kata Ady memberikan HP itu kembali. Tapi Anna tetap memaksa dan walaupun HP itu tidak di gunakan tidak apa-apa, dia hanya ingin Ady menerimanya.

Dengan terpaksa Ady pun menerima HP itu walaupun terasa sangat tidak enak. Dan setelah berfikir sebentar, Ady akhirnya mengajak Anna untuk makan malam di rumah mereka. Anna sendiri pun turut senang karna sudah di undang dan menyetujuinya. Setelah Anna selesai membayar tiga HP itu dengan kartu ATM-nya, Ady pun memberikan selembar kertas ke Anna yang bertuliskan alamat rumah mereka.

Anna pun menerima kertas itu dan mereka berempat pergi keluar dari toko itu. Saat mereka berbincang, ada sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan mereka.

"Nah, kalau begitu aku akan pulang dulu. Aku akan datang jam tujuh nanti" kata Anna pamit sambil masuk ke dalam mobil tersebut lalu pergi begitu saja.

"Kita juga harus segera bersiap. Ayo pulang" ajak Ady pada kedua adiknya.

Di dalam mobil, Anna yang duduk di belakang itu pun terus tersenyum tanpa henti.

"Bagaimana non? apa benar itu orang yang anda cari?" tanya supir yang sedang mengendarai mobil itu.

"hahaha.. iya pak benar, itu orangnya" jawab Anna tertawa sedikit.

"Kalau boleh tau siapa sih orang itu? kita sampai empat bulan berkeliling kota ini hanya untuk mencarinya" tanya supir itu.

"emm... bisa di bilang kalau aku ini pengagum rahasia dari si kecil itu. Oh iya pak, bisa tidak nanti jam enam kita pergi lagi? mereka mengundangku ke rumah mereka untuk makan malam" kata Anna senang.

"hohoho... tentu saja non, saya siap mengantar nona Anna kemana saja" jawab supir itu tertawa.

"Makasih ya pak, maaf merepotkan" kata Anna tidak enak dan supirnya itu hanya tertawa kecil karna majikannya bersikap aneh itu.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C5
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión