Descargar la aplicación
72.43% My Teacher My Husband / Chapter 134: Ch. 134

Capítulo 134: Ch. 134

Sebelumnya aku mau mnta maaf buat penempatan karakternya yg salah, kayak Jesper di tukar sma Haowen atau sbaliknya. Kadang masih suka bingung mana Jesper mana Haowen.

Sekali lagi maaf ya.

**

"Hei balok es berjalan, apa alasan kau memanggilku Casper?" Lucas melirik Jesper yang saat ini tengah menyendok makanan.

"Nothing."

Wajah Lucas berkerut. Tidak ada? Apa diizinkan untuk kali ini saja Lucas boleh mencabut nyawa si biadab Jesper? Rasanya Lucas benar-benar kesal sekarang.

Badai, petir, hujan, dan kilat saat ini tengah berperang di otak Lucas. Seketika saja kepalanya makin panas karena wajah tak berdosa Jesper yang tersenyum manis padanya.

"Dasar sialan!" Maki Lucas dalam hati.

Ting.

Dan entah apa yang terjadi, otaknya tiba-tiba saja menyingkirkan badai beserta teman-temannya dan memunculkan pelangi luar biasa cerah di dalam sana.

"Apa Casper itu gabungan dari LuCAS dan JesPER?" Lucas dengan sengaja menekankan dua kata yang tiba-tiba saja muncul di otaknya.

Bruuuuuush.

"Ou! Kau menjijikan sialan!" Maki Lucas. Meraih tisu yang tak jauh dari tempatnya lalu mengusap pakaian bagian depannya yang terkena semburan green tea si balok es berjalan itu.

"Kau duluan dasar biadab!" Jesper balas memaki. Hampir saja cairan itu menyemprot keluar melalui lubang hidungnya.

"Aku hanya bertanya dan menyimpulkan sendiri."

"Simpulanmu itu mengerikan!"

"Ap-"

"Oh hey Oh Jesper." Raut Jesper berubah datar saat suara hina itu memanggil nama sucinya. Si sialan ini.

"Oh hey ada Jinyoung dan Haowen juga ternyata."

Jangan tanya bagaimana reaksi mereka, mereka benar-benar tak peduli. Melirik saja tidak sudi.

"Kau mengenal perempuan ini Jes?" Tanya Lucas penasaran. Memandang perempuan di sebelah mejanya ini dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan tanggapannya adalah...

"Mengerikan!" Ujar Lucas masa bodoh. Dari ujung rambut hingga ujung kaki semuanya berwarna merah darah. Bahkan lipstik dan juga cat kukunya. Lucas rasa matanya bisa keluar kapan saja.

"See? Selera kita tidak bedah jauh Cas, dia lebih mengerikan di mataku." Hardik Jesper anarkis. Berterimakasihlah pada mulutnya yang sudah terlahir sadis.

"Dua adikmu?" Tanya Lucas seraya melirik Jinyoung dan juga Haowen yang masih sibuk mengunyah tanpa peduli apapun.

"Jangan tanya kami hyung. Kami tidak tau! Amit-amit!" Jinyoung bergedik ngeri, menatap Haowen yang sudah mengangguk setuju akan ucapannya.

"Jesper, apa kau tidak mau memperkenalkan calon ibumu pada temanmu?" Tanya wanita tadi, siapa lagi jika bukan si Irene tai merah mengapung.

Bruuuuush.

Kali ini semburan itu berasal dari Lucas dan semua manusia seisi kantin. Mereka kaget tentu saja.

"What the hell is going on beybeh?" Umpat Lucas. Hidungnya terasa panas ngomong-ngomong.

"Whatever she say beybeh." Jengah Jesper dengan bola matanya yang memutar malas.

"Jesper." Itu suara panggilan dari wanita lain. Dan Jesper tentu hanya akan tetap diam, dia bukan siapa-siapa dan tidak ada undang-undang yang mengaharuskan Jesper untuk menjawab panggilannya.

Wanita tadi diam, tapi ia tau Jesper pasti mendengar suaranya. "Kau mengenal wanita gila ini?"

Jesper dan Lucas tersenyum miring, ini kebanggaan mereka sebagai mahasiswa jurusan Management business. Para mahasiswinya bermulut sadis semua.

"No."

"Lalu kenapa sepertinya dia mengganggumu dan adikmu?"

"Kau tau. Dia gila."

"Jika kau ingin menyeretnya seret saja noona." Itu dia si Jinyoung. Jesper berteriak bangga dalam hati.

"Tentu saja. Dengan senang hati." Dan Jinyoung tersenyum manis sebagai balasan. Dia muak dengan si setan merah ini.

"Hey girls, dia mengganggu mahasiswa jurusan kita." Perempuan tadi berteriak kencang membuat seluruh atensi penghuni kampus tertuju padanya. "Ingin bersenang-senang?"

"Ouu tentu saja! Siapa yang mengganggu keluarga kita?"

Ini yang Jesper dan Lucas banggakan dari jurusan mereka. Keluarga. Tidak ada istilah pacaran sesama jurusan.

"Bantai saja girls." Lucas menjadi penyemangat dan pemandu sorak untuk hari ini.

"Oke boys."

"Jesper! Hentikan mereka! Aku akan mengadukanmu pada Sehun!" Teriak Irene murka.

"Tunggu! Sehun? Oh Sehun yang itu?" Tanya Lucas.

"Bukan." Sanggah Jinyoung. "Sehun yang ini." Mengeluarkan ponselnya, Jinyoung menunjukan foto keluarga mereka yang baru saja mereka ambil beberapa minggu lalu.

"Woooah ini Sehun yang itu!" Seru Lucas kagum. Sehun itu role modenya.

"Sadar diri jika kalian itu hanya anak pungut! Akh! Lepas!" Irene berteriak murka. Menatap tajam punggung Jesper yang bahkan tak berbalik sedikit pun.

"Jesper! Suruh mereka melepaskanku!" Titah Irene. Makin memberontak saat cengkraman pada lengannya makin menguat. "Jesper! Kau ingin aku berteriak memberitau semua orang bahwa kau dan Jinyoung hanya anak pungut Oh Sehun?!"

Cukup sudah! Jesper masih tahan jika hanya membawa namanya, tapi Jinyoung? Remaja labil itu? Jangan pernah.

Brak.

"Hey, ingin tau satu fakta?" Suara Jesper menggema keseluruh kantin. Semua mahasiswa dan mahasiswi menoleh penasaran padanya.

"Aku. Oh Jesper, adalah anak angkat Oh Sehun. Atau kasarnya anak pungut." Jesper memulai. Pertama menatap Lucas yang hanya tersenyum miring padanya, kedua menatap teman satu jurusannya yang hanya diam menatapnya, ketiga anak jurusan lain yang mulai berbisik-bisik tentangnya.

"Lanjutkan teman." Bisik Lucas.

"Setidaknya derajatku sedikit lebih tinggi dari jalang di sana yang memohon mengemis cinta Oh Sehun." Tunjuk Jesper mengarah pada Irene yang masih di cengkram teman-temannya.

"Aku tidak butuh tanggapan kalian karena kalian juga bukan siapa-siapa bagiku." Menyandang tasnya dan menggendong Haowen yang hanya diam tanpa banyak protes seraya mengalungkan lengan kecilnya pada leher jenjang Jesper.

"Jinyoung, kita pulang." Menggenggam tangan adiknya yang masih diam menunduk dengan tangan terkepal erat. "Jangan pikirkan apapun." Bisik Jesper. Menarik lembut tangan Jinyoung yang masih diam dan Jesper yakin, adiknya itu sedang menangis sekarang.

"Wanita itu milik kalian. Terserah setelahnya." Ujar Jesper tenang. Membalikan badan dan berlalu begitu saja dari kantin yang kini sibuk membicarakan tentang dirinya.

"Hey girls! Having fun!" Lucas berseru senang dan melambaikan tangannya. Ia sedikit khawatir pada kondisi kakak beradik itu.

"Jes! Aku ikut! Aku antar pulang!" Pekik Lucas.

**

Seperti seruan Lucas tadi. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang, kerumah Jesper tentu saja.

"Terserah jika kau ingin mampir. Aku akan membawa adikku masuk dulu." Ujar Jesper. Menggendong Haowen yang masih terlelap pulas di kursi belakang bersama Jinyoung.

"Aku mampir."

"Terserah."

"Jin, kita sudah di rumahmu." Lucas mengguncang pelan bahu Jinyoung yang hanya melenguh pelan.

"Astaga! Woi! Oh Jinyoung!" Pekik Lucas.

"Ya?"

"Kita sudah di rumahmu."

"Benar. Terima kasih hyung. Ingin mampir?" Tawar Jinyoung.

"Tentu."

**

"Jes. Kau serius dengan ucapanmu di kantin tadi?" Tanya Lucas penasaran.

"Ya."

"Tapi kalian berempat mirip."

"Hanya kebetulan."

"Kebetulan yang membawa untung."

"Kau bisa sebut begitu."

Mereka diam. Lucas dengan langit-langit kamar Jesper dan Jesper dengan ponselnya. Tak ada yang mereka bicarakan karena memang seperti ini juga biasanya.

"Bagaimana dengan wanita tadi?" Tanya Lucas. Dia penasaran dan rasanya ia akan bertanya pada para calon ibu itu nanti.

"Mati saja! Aku tak peduli. Jika bisa dia mati." Desis jesper. Melempar serampangan ponselnya dan mendengus keras karena jujur saja, hatinya masih terbakar.

"Jas, jam berapa ayahmu pulang?" Gumam Lucas. Dia mengantuk tiba-tiba sekarang. Rasanya ranjang Jesper terlalu sayang untuk di lewatkan.

"Tiga puluh detik dari sekarang." Lucas menggugam tak jelas. Matanya benar-benar lelah.

Tiga puluh detik dari sekarang? Tiga puluh detik? "Apa?" Lucas menjerit kaget.

"Son."

"Itu Oh Sehun."

"Apaaaa?!"

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

HAVE A NICE DAY.

THANK U.

DNDYP.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C134
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión