Descargar la aplicación
33.51% My Teacher My Husband / Chapter 62: Ch. 62

Capítulo 62: Ch. 62

"Puas berlovey dovey dengan suamimu huh?" Sindir Jiyeon. Memutar bola matanya lalu membolak-balik buku yang sejak beberapa waktu lalu menjadi kekasihnya.

"Jika yang ditanya tentang reproduksi maka aku yakin jawabanku akan betul seribu persen." Ujar Chanyeol tanpa sadar. Merebahkan punggungnya ke sandaran kursi lalu memjamkan matanya.

"Tentunya. Otak mesum lagi cabulmu itu memang hanya berisi hal-hal seperti itu." Dengus Baekhyun. Menggetuk kepala Chanyeol dengan buku tebalnya lalu mencibir malas.

Entah apa yang terjadi dengan sepupu tiangnya itu hingga otaknya begitu kotor. Baekhyun  heran sendiri kadang-kadang.

"Diberitahukan kepada seluruh peserta tes hari ini. Bahwa tes akan ditunda hingga tiga puluh menit ke depan karena ada kesalahan. Maaf karena ketidak nyamanan anda. Terima kasih."

Suzy menjatuhkan rahangnya tak percaya. Setengah jam lagi itu lama. Ia bisa bermanja-manja lagi dengan Sehun kalau begitu. Menyebalkan! Bathin Suzy.

"Boleh aku mengumpat?" Tanya Chanyeol.

"Kami persilahkan dengan segala hormat." Jawab Jiyeon santai. Mengusap dadanya sabar lalu menghembuskan nafasnya kasar.

"Motherfucker!" Maki Chanyeol tanpa tau malu. Ia benar-benar frustasi sekarang. Menguap sudah hafalannya. Ck!

"Manis sekali mulutmu." Puji Baekhyun dengan wajah memerah.

"Terima kasih." Jawab Chanyeol santai. Menendang udara lalu menghembuskan nafasnya kasar.

Kenapa hanya mereka berempat? Karena Sehun tadi berkata bahwa ia akan menunggu di cafe sebrang kampus ini hingga tesnya selesai.

Suami yang baik bukan?

Tentunya.

Oh Sehun.

**

Suzy mengerang frustasi. Membenturkan kepalanya beberapa kali ke atas meja. Tangan kanannya memutar-mutar pensil yang sejak tadi ia pegang.

Terkutuklah soal-soal di depannya ini. Tak ada satupun yang hinggap ke otak kecilnya itu. Sehun pasti akan kecewa padanya.

Melihat ke sekeliling, dan sejauh mata memandang hanya ada calon mahasiswa dan mahasiswi yang kepalanya tertunduk serius. Pastinya karna menjawab soal ujian yang tak masuk akal sama sekali ini. Baginya.

'Oh tuhan. Apa aku sebodoh itu?' Bathin Suzy miris. Dan sekali lagi..

Dug.

Membenturkan kepalanya ke meja. Berharap akan ada hidayah yang merambat ke otaknya.

Semoga saja.

"Kau sudah selesai?" Chanyeol berbisik dari belakangnya.

"Belum. Sebagian tak aku mengerti. Kau?" Tanya Suzy lagi. Tentunya berbisik juga.

"Kita tak ada bedanya." Bisik Chanyeol lagi. Mengetuk-ngetuk kepala belakang Suzy hingga gadis itu mendengus kesal.

"Tenangkan tanganmu Park Chanchan!" Desis Suzy marah. Waktunya hanya akan terbuang sia-sia jika begini.

Dug.

Dug.

Ding.

Mata Suzy berbinar bahagia. Ia ingat. Dia ingat.

Dug.

Dug.

Dug.

"Aish. Sakit Oh Sehun!" Teriak Suzy seraya mengusap dahinya. Ketukan pena Sehun benar-benar membuat dahinya memar.

"Makanya cepat ingat apa yang aku katakan tadi." Suruh Sehun santai. Menyingkirkan tangan Suzy lalu mengetuk dahi gadis itu lagi.

Berharap semoga otak bodoh itu membuka pintu yang menyimpan berkas-berkas tentang pelajaran itu.

"Sakit Sehun!" Teriak Suzy lagi. Merengek disela-sela ketukan pena keramat Sehun.

"Makanya berfikir agar aku tak mengetukmu lagi!" Sehun mulai jengah sendiri. Mengeraskan ketukannya dengan wajah yang seserius mungkin.

"AKU TAU!!" Pekik Suzy bahagia. Mulai menggerakan penanya ke atas kertas lalu tersenyum bahagia. Mengabaikan sejenak rasa sakitnya lalu terus menulis apa yang terlintas di otak udangnya itu.

"Berhenti Oh Sehun! Aku sudah selesai!" Pekik Suzy lagi. Merengut lucu seraya menyerahkan kertasnya.

"Bagus." Puji Sehun.

"Bagus?"

"Yes."

"Hanya itu? Tak ada hadiah? Tak ada balasan! Apa kau tak lihat bagaimana merahnya dahiku?!" Pekik Suzy murka. Menghempaskan penanya lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Memalingkan wajahnya dengan umpatan kecil. "Kalau seperti ini lebih baik aku taj usah menj-"

Cup.

"Cepat sembuh jidat lebar!" Ujar Sehun setelah mengecup singkat dahi Suzy yang memerah karna ketukannya tadi.

"Aku keras seperti ini karena aku mencintaimu. Kapan lagi kau akan cerdas sayang? Otak bodohmu ini tak akan digunakan dimasa depan Suzy." Nasehat Sehun pelan. Mengusap rambut Suzy dan tersenyum kecil. Membuat gadis itu merona parah.

"Aku tau. Dan aku akan berusaha." Ujar Suzy. Memamerkan deretan gigi kelincinya pada Sehun.

"Ketuk lagi Chanyeol!" Pinta Suzy saat otaknya dengan cepat memproses soal-soal yang ia baca tadi. "Oh Sehun aku sangat-sangat mencintaimu." Gumam Suzy bahagia.

Dug.

"Hentikan!" Jengah Suzy.

"Tadi kau yang meminta kelinci betina!" Dengus Chanyeol tak terima. Tak tau terima kasih sekali manusia di depannya ini.

"Aku sudah selesai! Makanya hentikan!" Ujar Suzy pelan.

Chanyeol diam. Pikirannya menerawang kemana-mana.

"Kami bagaimana?" Tanya Chanyeol panik. Otaknya tak mau bekerja sama sekarang.

**

Suzy mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi kamera lalu memfoto lembar jawabannya. Semua.

Boleh?

Tentu tidak! Gila saja. Ia bisa langsung masuk blacklist jika ketahuan. Hancur sudah masa depannya kalau begitu.

Pengawas?

Tenang. Ada tiga orang pengawas di ruangan ini. Satu di depan kelas. Satu di belakang. Satu lagi sedang berjalan-jalan memperhatikan semua siwa dan siswi.

Suzy takut?

Tidak!

Prinsipnya yaitu, berbuat curang untuk kebaikan maka seribu pintu akan terbuka untuk jalan keluar dan hidupmu akan tenang.

Ajaran sesat?

Tentu!

Jangan ditiru, hanya dilakukan oleh profesional.

Drrtt.

Tiga ponsel bergetar sekaligus. Chanyeol, Jiyeon dan Baekhyun. Mereka terkaget tentu saja. Melirik Suzy sekilas yang saat ini tengah memasukan lagi ponselnya ke saku seragam. Mengangkat lembar jawabannya dan mengetuk-ngetuknya. Seakan memberi tau bahwa 'itu jawaban. Maka cepatlah salin' begitu kira-kira.

Tersenyum kecil lalu menunjuk pengawas yang duduk di depan kelas sana. 'Sebelum guru gendut kelebihan lemak itu sadar.' Gumam Suzy memberi keyakinan pada sahabat-sahabat tercintanya itu.

Sejenak mereka diam. Melirik sekitar yang masih saja tertunduk. Dan sialnya, pengawas kurus kering yang berkeliaran itu memperhatikan mereka berempat.

"Demi tulang Dinosaurus!" Dengus Baekhyun. Masa bodoh dengan pengawas lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku almamaternya. Membuka aplikasi LINE dan tersenyum senang.

Kini giliran Chanyeol dan Jiyeon. Mengikuti jejak Baekhyun dan mulai menarikan penanya di atas kertas. Tak peduli dengan pengawas yang tengah berjalan ke arah mereka berempat.

Suzy yang sadar akan hal itu terbelalak kaget. Membereskan alat tulisnya lalu segera berdiri dari kursinya. "Maaf aku duluan. Pengawas berjalan kesini. Aku tunggu di Cafe sebrang." Ujar Suzy terburu-buru.

"Aku selesai Mrs." Ujar Suzy menyerahkan lembar jawabannya lalu membungkuk hormat. Memastikan jika pengawas kurus itu tak berjalan menuju meja sahabatnya, barulah setelah itu ia pergi.

**

"Sehun!" Panggil Suzy. Meletakan pantatnya pada kursi yang terletak tepat di depan Sehun. Mengeluarkan ponselnya lalu menyodorkan pada suami tercintanya itu.

"Apa ini?" Tanya Sehun heran, namun tetap mengambil ponsel istrinya itu.

"Apa jawabanku benar?" Tanya Suzy penuh harap. Jika ia gagal berarti teman-temannga juga ikut gagal. Dan ia tak mau jika itu terjadi.

"Kau? Astaga! Kau nekad sekali!" Ujar Sehun tak suka. Jika ketahuan maka tamat sudah riwayat istrinya itu.

"Aku hanya memberitau teman-temanku. Dan aku yakin tak ada yang tau." Gumam Suzy takut. Ia tak bisa jika harus melihat Sehun marah padanya.

"Aku tau. Tapi kau terlalu nekad. Kau bisa membahayakan dirimu dan juga teman-temanmu. Kau tau?!" Nada Sehun agak meninggi dan itu membuat Suzy kaget.

Menundukan kepalanya dalam-dalam seraya bergumam maaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Ia tak akan kuat jika harus bertengkar lagi dengan Sehun.

"Sudahlah. Ku rasa nilaimu sudah di atas rata-rata. Hanya beberapa yang salah dan kurang tepat." Ujar Sehun.

Suzy hanya diam dengan anggukan kepala yang kecil. Ia takut melihat mata Sehun jika sudah seperti ini keadaannya.

"Aku tak bermaksud marah. Aku hanya khawatir sayang." Gumam Sehun. Mengulurkan tangannya untuk mengacak puncak kepala Suzy dan tersenyum lembut.

"Ak-"

"Sehun? Kau juga di sini?" Tanya seorang pria yang mungkin boleh Suzy sebut tua. Yang baru saja menyela ucapannga dengan tidak sopan, meski ia tau pria itu lebih tua darinya.

"Tuan Lee." Sapa Sehun ramah. Menjabat tangan pria tua tadi.

"Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini." Ujar pria yang mengaku sebagai Tuan Lee itu.

'Mereka mengabaikanku sialan.' Batin Suzy tak terima. Meremas cul minumannya lalu memandang keluar jendela.

"Aku menemani istriku ikut ujian masuk universitas." Jawab Sehun seraya merangkul bahu Suzy. Ia tau istrinya itu tak suka diabaikan akhir-akhir ini.

"Putriku juga. Ah itu dia." Tunjuk Tuan Lee mengarah pada seorang anak perempuan yang sedang menenteng buku di tangannya. "Kenalkan dia Oh Sehun. Dan Sehun ini putriku Lee Eunji." Ujar Tuan Lee santai. Mengabaikan Suzy yang saat ini hanya meremas kepalannya tangannya menahan emosi.

"Halo." Sapa gadis itu, Eunji.

Sehun hanya mengangguk dan tersenyum tipis. "Ini Su-"

"Si tukang lihat contekan." Desis Suzy dalam diamnya. Ia ingat bahwa gadis di depannya ini yang sedang melihat contekan waktu ujian tadi. Suzy tau karena ia tadi melihat selembar kertas yang terkembang di bawah lembar jawaban gadis ini.

"Apa?" Tanya gadis itu tak mengerti. Tapi Suzy tau kalau ia berpura-pura.

"Kau yang tadi melihat contekan saat ujian. Aku melihatnya tadi." Ujar Suzy langsung. Ia tak suka memendam sekarang. Dan dia benci dengan gadis ini karena sudah menatap Sehun dengan tatapan penuh cintanya. "Menggelikan!" Dengus Suzy.

"Ada apa dengan gadis ini?" Tanya Tuan Lee tak terima. Anaknya dihina sedemikian rupa? Cari masalah berarti. "Apa kau tidak diajari sopan santun bocah?" Marah Tuan Lee.

"Aku diajari sopan santun wahai tuan tua yang terhormat. Ajarkan saja anakmu sopan santun agar tidak mengganggu suamiku!" Dengus Suzy tak mau kalah. Menyipitkan matanya lalu menatap sengit gadis yang bernama Eunji itu.

"Sehun." Panggil tuan Lee.

Sehun menoleh. Mendapati wajah tuan Lee yang tersenyum penuh makna padanya. Melirik Suzy sekilas lalu mengangguk pelan.

"Jika kau bosan dengan gadis tak punya sopan santun ini. Tawaranku masih berlaku agar kau menikahi putriku." Tuan Lee berujar santai. Melirik Suzy sinis sekilas lalu mengusap kepala anaknya.

Brak.

"Heh! Tua bangka tak tau diri. Kau dan anakmu sama saja! Nol besar untuk nilai sopan santun kalian!" Teriak Suzy marah. Cukup sudah kesabarannya. Selama ini ia masih bisa mentoleransi Irene. Tapi sekarang? Melirik Sehun. Bendera perang tujuh turunannya akan selalu berkibar.

"Bertambah lagi ujian cintaku! Lenyap satu menjamur seribu!" Dengus Suzy seraya menarik kasar tasnya. Tak mempedulikan Sehun yang terus memanggil namanya dan ia yakin. Tua bangka itu pasti tertawa senang sekarang.

**

"Bagaimana Sehun?" Tanya tuan Lee tak tau malu.

Tangan Sehun terkepal dan giginya bergemeletuk marah. Suzy benar. Untuk nilai sopan santun dua ayah dan anak didepannya ini Nol besar.

"Kau tak tau atau pura-pura tak tau tuan Lee? Aku sudah beristri." Desis Sehun. Ia merasa harga diri istrinya dilecehkan untuk beberapa waktu lalu. Dan itu artinya juga melecehkan harga dirinya.

"Tap-"

"Peringatan pertama untukmu. Jika aku melihat hal seperti ini lagi maka akan aku batalkan kerja sama kita!" Ancam Sehun. Dan tuan Lee si tua bangka itu tau kalau Sehun tak akan dan tak pernah bermain-main dengan ucapannya, apa lagi ancaman seperti itu.

"Lihat saja kalian."

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

DNDYP


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C62
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión