Descargar la aplicación
66.66% Actress ( Bahasa Indonesia ) / Chapter 6: 5) Semua Salahnya !

Capítulo 6: 5) Semua Salahnya !

Aku juga berakting seakan tak mengetahui keberadaan Sinta sekarang kepada Riska.

Karena membayangkan apa yang terjadi bila Riska bertemu Sinta sekarang juga.

Aku pun mencoba mengalihkan pikiranku menuju makanan lezat yang siap disantap Riska kala itu.

Riska yang asik menyantap makanannya memberiku peluang untuk membuka HandPhone dan mematikan notifikasi dari spam chat Sinta.

Atau lebih baiknya ku blokir saja.

Dia bukanlah orang penting didunia ini, aku takan pernah mau melihatnya lagi.

"Kamu lagi ngapain Emmy.. ?"

Tanya Riska melihatku yang tidak memakan apapun dan hanya fokus pada HandPhone ku yang sedikit diposisi dibawah meja.

"Nggakk.. Cuman temen lama.."

Ucapku sambil melambaikan tangan kiri pertanda tak penting.

Disaat seperti ini Riska malah ngajak bercanda.

"Pacar ya..."

"Ehh.. Enggak lahk...!"

Ucap Riska sambil senyum - senyum yang langsung kubalas dengan lantang.

Membuat Riska menambah rasa Qepo nya terhadap isi HandPhone ku.

Serentak Riska menghentikan kegiatan makan nya menaruh sendok dan pisau potong nya di pinggir lalu sedikit berdiri dan menengok atas apa yang kulakukan dengan HandPhone.

"Dasar Qepo !!"

Ucapku dengan gagap menutupi isi HandPhoneku. Lalu memasukan nya kedalam kantong yang takan kukeluarkan diwaktu seperti ini.

Untung aku sudah mematikan notifikasi nya jadi aku bisa lebih tenang kini.

Setelah itu Riska langsung kembali duduk dengan rapih sambil senyum - senyum sendiri. Melanjutkan makan nya.

Dengan tak sengaja tangan Riska berdarah terkena pisau tajam yang ia gunakan untuk memotong daging itu.

Membuatnya mendesah kesakitan sambil melihat darahnya yang berceceran.

Terlihat lukanya tak begitu besar namun sudah pasti dalam memotong pembuluh darah.

Aku langsung memegang tangan nya dan membungkus jari yang terluka dengan beberapa helai tisu.

"Ehh.. Kamu gpp Ris.."

"Aduhh.. Gpp cuma perih.."

Setelah sedikit terbuntal dengan tisu aku mengambil karet gelang untuk mengikat rambutku waktu itu. Tapi karena tak tahu cara memakainya. Aku membiarkan nya menua ditasku. Tapi ternyata malah sangat terpakai disaat - saat seperti ini.

Mengikat tisu itu dengan karet gelang berwarna merah muda yang sangat lucu dan menenangkan Riska yang sedikit merengek kesakitan.

Riska yang sedang merengek lalu berhenti dan melihatku yang sedang sibuk atas kesalahan nya sendiri. Dengan penuh hati menolongnya. Saat memandangiku ia berkata hal yang tidak ingin kudengar lagi.

"Benar.. Aku merasa ada yang aneh dengan kamu.. "

Membuatku sedikit terhenti dalam proses mengikat dan memikirkan atas ucapan yang keluar setiap waktu.

Setelah terhening beberapa waktu, aku langsung melanjutkan mengikat tali di jemarinya yang terluka.

Sambil berkata untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Kau selalu berkata seperti itu.., kau hanya lelah atau kesakitan saja kok.."

Mendengar perkataan ku Riska memandangi ku dan terdiam selama aku masih sibuk dengan jemari tangan kirinya.

"Nahh.. Sudah selesai.. Sekarang untuk sementara begini dulu. Biar dokter nanti akan mengobatinya."

Ucapku yang tengah jongkok di depannya setelah selesai menutup luka nya sementara. Kemudian aku melihat wajhnya yang sedang ngalamun melihatku.

"Riska.. .."

"Ahh.. Maaf,, terimakasih."

Ucapnya dengan gelagat yang tak normal.

Sepertinya ia sudah mulai sadar bahwa aku ini adalah laki - laki. Tapi aku merasa nyaman didekatnya, bahkan berjalan bersamanya.

Aku berdiri dan mengajak Riska untuk segera memeriksa tangan nya ke rumah sakit terdekat.

...

American Hospital, adalah rumah sakit terdekat pilihanku.

Dokter membuka penutup yang kupasang tadi dan memeriksa jarinya yang berlumpuran darah.

Setelah selesai pemeriksaan Riska jalan kearahku sambil memegang jarinya yang sudah diobati yang ia sandarkan di dada dengan mengepal.

Melihatku yang tengah duduk dikursi dengan santai menunggu dan perhatian kepada Riska.

Dengan wajah kusutnya ia datang.

Sepertinya tangan nya semakin sakit aku menanyai nya beberapa pertanyaan mengenai tangan nya yang terluka.

"Kenapa Ris.. Kok pucat !, sakit ?,, apa kata dokter ?, kok kamu lesu sihh.. ?"

Yang hanya dibalas dengan gelengan kepala pertandak tak apa selain sesuatu yang siap ia ucapkan kala itu.

"Aku merasa kita seperti lebih dari sahabat.. Aku tak bisa menerima banyak perhatian mu.

Kita sama - sama perempuan.. Aku hanya saja merasa jijik dengan perhatianmu.

Bukan nya mengusir. Tapi maaf, sepertinya...."

Jelas Riska dengan panjang lebar. Yang langsung dapat kucerna dengan baik dibenakku.

Dengan begitu kini aku mengerti aku boleh pergi kala itu.

Memang sangat melencong bila aku tinggal lama - lama dengan Riska.

Aku memang tak pandai berakting. Lagian sepandai - pandai nya berakting jati diri akan tetap berkata jujur.

Dengan berat hati aku pun menyekat perkataan Riska yang memang belum lengkap itu. Aku langsung memberikan kunci mobil dan pergi meninggalkan nya di Rumah sakit sendirian.

Asal tahu saja. Kini aku benar - benar tak punya tujuan. Aku tak tahu kemana arah akan aku pergi. Tapi aku yakin setiap arah yang kupilih pasti akan sangat berarti.

Mengapa aku harus begini..

Aku berjalan seperti gelandangan pemula.

Sekumpulan anak - anak remaja yang baru saja dipulangkan dari sekolah nya menatapiku seolah - olah aku adalah bahan pandang ditengah asik nya memakan jajanan yang pastinya aku tak mampu beli.

Diusir dari kehidupan Riska itu sama hal nya diusir dari pekerjaan ku yang baru sebagai Actress. Aku masih mempunyai uang. Tapi aku tak mungkin menggunakannya untuk hal yang bersifat merugikan.

Seorang laki - laki yang tampak duduk dibangku SMA menghalangi jalanku.

Si wanita cantik tanpa tujuan ini.

Selain itu beberapa remaja lain juga menggodaku dengan kata - kata yang tak umum. Membuatku berhenti dari langkah berta ku dan menatap bingung padanya.

Segera remaja itu menghirup Vape nya dalam - dalam dan menghembuskan semua asap nya kedepan wajahku. Serentak membuat remaja lainya tertawa terbahak - bahak. Bahkan salah satu dari mereka sempat - sempatnya merekam kejadian itu.

Aku yang sedikit tak terima mendorong remaja itu kencang - kencang dan membuatnya terjatuh. Melihat ia terjatuh dengan kencang aku mengambil langkah seribu.

"Oyy ! Wanita jelek !!, kurang ajar kabur luu !!"

Teriak sang remaja dengan marah.

Mereka berjumlah banyak, lagipula aku tak jago berkelahi.

Akupun mengacuhkan perkataan mereka.

Aku berlari tanpa tujuan. Sampai suatu ketika aku menabrak seseorang dan membuatnya jatuh.

Aku berbalij badan untuk meminta maaf, tak disangka itu adalah Sinta.

Perempuan tak bertanggung jawab itu, melihatnya akupun mengurungkan niatku untuk membantunya.

"Hey.. Kamu kenapa tak datang."

Acuh tak acuh dengan perkataan nya aku langsung pergi meninggalkannya dengan kertas dokumen nya yang bertebaran.

Aku tak merasa kasihan dengan nya yang sibuk mengumpulkan dokumen nya yang bertebaran di jalanan. Bahkan mobil - mobil disana memarahinya karena menghalangi jalan.

Bagiku ini baru beberapa persen dari yang harus ia bayarkan. Aku menyalahkan semua masalahku kepada Sinta.

Karena Sinta, Riska jadi masuk Rumah sakit dan membuatku terlalu perhatian. Sampai - sampai waktu di kafe tadi itu juga merupakan salah Sinta.

Disaat sibuk mengumpulkan dokumen hujan pun tiba. Sudah pasti dokumen itu basah dan sobek seketika.

Entah dokumen kerja ataupun dokumen miliknya sendiri, ia pasti sangat terugikan.

Aku yang tak peduli berjalan semakin jauh sampai akhirnya bertemu dengan Verdi.

Tubuhku basah karena hujan deras, aku bisa saja demam. Untung Verdi bersedia membantuku walau ia masih percaya bahwa aku telah menipu Tommy dan keluarganya dengan mengaku - ngaku sebagai saudara Tommy.

Aku pun naik ke mobil Verdi dan pergi jalan menuju rumahnya. Kebetulan kami berpas - pasan melewati Sinta yang tengah berdiri selesai mengumpulkan setumpuk dokumen basah.

Aku pun membuka sedikit kaca mobil dan melirik dengan penuh dendam beserta amarah.

Kalau dihitung - hitung kesalah Sinta adalah tidak ada kecuali kelakuan konyol nya dengan motif 'PRANK'.

Namun karena Sinta selalu mencampuri hidupku, yang kini sedang berantakan. Aku jadi terjerumus ke pemikiran yang tidak benar dan meperlihatkan kesakitan hatiku dengan menyudutkan Sinta.

***

Sesampainya dirumah Verdi aku pun ganti pakaian ku yang basah akibat air hujan tadi.

Yang pastinya tak lebih basah dari pada pakaian Sinta.

Usai mandi, disore hari begini Verdi membuatkan ku segelas teh hangat untuk dinikmati di halaman rumahnya yang tak kalah luas dengan rumahku dulu.

Menikmati sunset dan berbincang mengenai identitasku dan topik lainya yang berdekatan mengenai kehidupanku.

Saat aku duduk di kursi solo. Verdi yang duduk dengan kursi yang sama disampingku yang hanya terpisahkan oleh meja kecil dengan teh diatasnya bertanya.

"Memang kamu siapanya Tommy.. ?"

Aku tak punya banyak alasan untuk berbohong lagi padanya tapi aku ingin memberi tahunya bahwa Emmy dan Tommy adalah memiliki hubungan yang lebih dari apapun alias satu orang.

"Mengenai ituu.. Asal tahu saja aku dan Tommy memiliki hubungan yang lebih dari apapun.. Benar - benar lebih dari apapun.."

Ucapku meyakinkan.. Tapi benar - benar tak berharap dia akan mengerti segera.

"Ooo.. Mengapa kau tak bilang denganku.. Gitu aja pake lebay..!!"

Aku terkejut melihat respon Verdi yang sangat terlihat yakin dan mengerti atas apa yang sedang kubicarakan tadi.

Tapi aku tak begitu yakin dengannya apakah dia bisa menerima Tommy sebagai seorang perempuan.

"Kamu itu pacar nya Tommy Kan..!!!, susah amat dah !"

Tunggu.. Kutarik saja perkataanku tadi. Dia memang bego. Tak bisa mencerna kode - kode cewe dengan baik.

Pantesan jomblo bertahun - tahun, kode mudah aja gk bisa dimengerti..

Aku yang tengah duduk mempercayainya langsung menepuk jidat dengan penuh kecewa.

"Ini tuu.. Kode - kode cewe, masa gk ngerti sii"

Ucapku ala perempuan gemes..

Seketika membuat Verdi berfikir sejenak atas kode - kode yang kuberikan tadi..

Tampak urat - urat yang ada di ubun - ubun nya keluar dan hampir sobek.

Sepertinya ia memang sedang berfikir keras, aku mengambil secangkir teh yang masih hangat buatan Verdi di atas meja kecil.

Menyeruput secangkir teh hangat itu.

Seketika Verdi langsung dengan wajah percaya dirinya mengangkat tangan nya.

"Aku mengerti !!, kamu dan Tommy memiliki hubungan lebih hanya karena ingin mencari informasi tentang diriku untuk PDKT kepadaku kan !!???"

Ucapnya dengan lantang yang seketika membuat teh yang dimulutku keluar denga semburan kecepatan tinggi.

"Ogahh pacaran sama lu !"

Akupun langsung meninggalkannya dengan wajah nya yang berlumpuran teh hangat dari mulutku.

Terlihat dari jauh ia mengelus wajhanya dan berkata.

"Apa aku akan jadi cantik dengan semburan cewek cantik"

Membuatku tertawa tanpa sepengetahuannya..

Huufftt.. Aku mengunci pintu kamar dan langsung merebahkan tubuhku dikasur.

Untung saja Verdi punya lebib dari satu kamar dirumahnya.

Memasang headset ku dan membunyikan lagu - lagu favourite ku sebelum akhirnya terlelap dalam tidurku.

Sungguh hari yang melelahkan..

...

Lagi - lagi aku berdiri diruangan yang gelap gulita. Seseorang berkata padaku.

"Professor gimana udah senang - senang nya ??,, ayo cepat kembali. Ingat dirimu temui aku di pohon besar taman.. Mau bagaimanapun laki ya tetap akan jadi laki proff.. !!"

Ucapan nya tak kuketahui bersumber dari mana tapi ia tak merespon ucapanku.

"Siapa kamu??, pohon besar apa !!??"

" .... "

Hanya suara bergaung tanpa sumber.

Suara itu juga tidak merespon kata - kata apapun seolah - olah itu pesan suara dari seseorang. Apa benar memang ada seseorang yang membuatku menjadi permpuan seperti ini.

Kalau dipikir - pikir apa yang ia katakan sangat nyambung dengan keadaan ku sekarang. Tapi aku tak mengerti maksud dari professor.

Thanks for reading..


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C6
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión