"Sepertinya aku tidak perlu menggambar lagi. Sekarang sudah saatnya untuk bermain kecapi." Mo Liancheng beranjak dari kursi, dia melihat Qu Tan'er sekilas lalu melangkah keluar dari ruang belajar. Yuhao pun segera mengikuti langkah tuannya di belakang.
Saat Mo Liancheng melewati pintu, dia tiba-tiba berhenti dan melanjutkan ucapannya yang belum selesai, "Setelah aku selesai bermain kecapi, temani aku pergi ke kediaman Pangeran Pertama." Dia lalu kembali melangkah pergi.
"Jingxin, apa aku kena karma ya? Aku suruh dia mengusirku, dia tidak mau. Aku suruh dia menceraikanku, dia juga tidak mau. Sekarang dia malah menyuruhku mengurus kediaman sebagai Istri Pangeran. Menurutmu, aku harus senang apa sedih?" Ujar Qu Tan'er yang masih berdiri diam di tempat.
"Tapi Yuela pasti akan senang," ucap Jingxin yang berusaha menghibur. Bukannya senang, rasa khawatir malah semakin bergejolak di hati Qu Tan'er.