Descargar la aplicación
42.85% sabar di batas akhir / Chapter 3: 3

Capítulo 3: 3

"Nada, lo tega tau nggak sama gue. Hu huuu, masa lo ninggalin gue sendiri disini sih??"ucap Nadin dengan raut wajah sedihnya.

"Apaan dah lu Din, lagian gue kan masih harus sekolah ini aja gak ikhlas sebenarnya mau balik kesini tapi demi lo gue balik dan kasih tau lo info penting." Ucap Nada.

"Info penting apa??" Ucap Nadin penasaran.

"Lo harus balik kesekolah lagi Din, gue sebenarnya juga gak setuju. Tapi setelah gue pikir-pikir, sebulan lagi kita udah UN dan itu gak mungkin buat lo pindah sekolah dalam waktu yang mepet kayak gitu. Gue tau perasaan lo, tapi gue juga gak mau kalo usaha lo selama ini sia-sia hanya karena masalah ini. Din, lo harus janji sama gue kalo lo harus bangkit dan harus lupain kak Ryan. Saat lo balik nanti, lo beranggapan aja kalo lo itu amnesia dan lo juga harus pura-pura gak kenal sama kak Ryan ok!!" Jelas Nada.

Nadin menghembuskan nafasnya kasar. "Ok, gue bakal balik sama lo besok." Ucap Nadin pasrah.

"Kamu yakin dek? Abang gak mau ya kamu kembali drop lagi gara-gara si Ryan Ryan itu." Ucap Rifky yang tiba-tiba datang.

"Abang?? Gak ppa bang, lagian kalo aku gak lanjutin sekolah aku sekarang masa aku harus ngulang lagi dari awal kan sayang." Ucap Nadin.

"Ya udah kalo itu mau kamu, oh iya tapi kamu balik nya dua hari lagi ya karena besok kedua orang tua kamu akan kesini buat nengok kamu." Ucap Rifky, Nadin tersenyum senang saat Rifky menyebut kedua orang tuanya akan datang.

"Bener bang? Kok gak kasih tau aku sih?" Tanya Nadin dengan antusias.

"Kan surprise sayang, masa mama sama papa bilang-bilang sih." Ucap seorang wanita di belakang Nadin. Nadin berbalik lalu memeluk wanita itu saat melihat sosoknya.

"Hiks, mamah aku kangen tau hiks, jahat banget sih gak pernah jengukin Nadin." Ucap Nadin didalam pelukan mamahnya.

Harvan Aditama Aldys  dan Raisa Anhata Febriani, mereka adalah kedua orang tua Nadin yang sebenarnya. Harvan adalah seorang pebisnis yang sukses dalam usia mudanya. Karena itu, banyak musuh yang mengincar keselamatan keluarganya terutama Nadin puteri kesayangannya yang sudah berkali-kali menjadi korban percobaan penculikan. Itulah sebabnya, Harvan dan Raisa menitipkan Nadin pada kedua saudara mereka.

"Hay, princess nya papa. Papa kangen banget sama kamu, kamu baik-baik aja kan? Kami bingung loh, saat dihubungin Tante Anisa kalo kamu ada di Singapura. Kamu lagi liburan ya? Tapi inikan bukan musim libur,"ucap Harvan lalu memeluk Nadin.

"Eh?? I-iya Pa, kan minggu depan Aku udah ujian akhir jadi Aku ke sini buat refresing aja." Alibi Nadin.

"Kalian sudah datang? Aku fikir besok, kan kita bisa jemput di bandara kak."ucap Anisa yang baru saja datang bersama suaminya Kevin.

Raisa tersenyum mendapati adik iparnya yang juga tengah tersenyum padanya.

"Rencananya sih gitu Sa, tapi aku udah kangen banget sama Nadin jadi jadwalnya di cepatin dehh."jelas Raisa.

Nadin masih saja betah di pelukan Harvan dan enggan melepas pelukannya.

"Princess, kamu kenapa sih?lengket banget kayak ada lem nya."ucap Harvan pada Nadin yang masih memeluknya erat. Nadin tidak bereaksi membuat semua orang bingung, Nada tampak khawatir dengan kondisi Nadin. Gadis itu takut Nadin tiba-tiba kembali drop dan kedua orang tua nya akan tau semua yang mereka sembunyikan selama ini.

"Nadin, lo gak ppa kan?" Ucap Nada khawatir, membuat Raisa menengok ke arah suami dan putrinya.

"Nada? Ada apa? Nadin, kamu gak kasian ya sama papa. Papa capek lo baru nyampe tadi, biarin papanya istirahat dulu yaa."ucap Raisa, Nadin tidak merespon. Nada yang khawatirnya sudah menjadi dan kekepoannya yang tinggi pun mengecek Nadin yang tengah menutup matanya didada bidang Harvan.

"Nadin?!! Nadin, lo kenapa??!" Teriak Nada membuat semua orang panik terkecuali Harvan dan Raisa yang terlihat bingung.

"Ihhh, lo berisik banget sih Nada!!! Pah, kita bobo di kamar aja yuk, papa juga pasti capek. Disini banyak setan nya, pada syirik aja sama kita." Ucap Nadin dengan tanpa dosanya. Nada menatap Nadin tidak percaya.

Jadi, gadis itu tertidur di pelukan om Harvan? Pikir Nada tak percaya.

Raisa terkekeh kecil mendengar gerutuan Nadin yang tidurnya terganggu.

"Ohh, jadi kamu tidur ya? Pantes aja papanya gak di lepas-lepas peluknya. Ya udah Pa, kamu anterin princess di kamarnya gihh nanti aku nyusul."ucap Raisa, yang diangguki Harvan dengan senyumannya lalu membopong tubuh mungil Nadin ke kamarnya.

"Ya udah, kalian juga istirahat yaa ini udah malam. Anisa, Bang Kevin, makasih ya udah jaga Nadin, mulai sekarang aku dan Harvan yang akan merawat dan menjaga Nadin lagi. Aku dan Harvan gak tau mau ngomong apa lagi sama kalian, apa lagi Marisa dan Aryo. Aku makasih banget sama kalian semua." Ucap Raisa.

Setelah Nada dan Rifky pergi ke kamar mereka masing-masing, para orang tua pun berbincang bincang di ruang keluarga minus Harvan.

"Kalian yakin mau tinggal bareng lagi?" Tanya Anisa.

"Iya Sa, aku tersiksa banget jauh dari anak aku. Kalian tau kan, Nadin putri satu-satunya di keluarga kita? Udah cukup beberapa tahun belakangan ini aku harus jauh dari Nadin, aku dan Mas Harvan udah sepakat buat tinggal bareng lagi sama Nadin di Indonesia." Jelas Raisa.

"Ya udah kalo itu mau kalian, aku juga senang dengernya. Dan semoga, gak ada lagi orang jahat yang berusaha nyelakain ataupun nyulik Nadin." Ucap Anisa.

"Iya Ra, lagian kita juga udah anggap Nadin seperti putri kami sendiri."ucap Kevin. Anisa dan Kevin senang Nadin dan kedua orang tua nya bisa bersama lagi meskipun berakibat buat mereka karena Nadin sudah tidak tinggal bersama mereka lagi.

Setelah berbincang-bincang, mereka pun beristirahat dikamar karena keesokan hari nya Nadin dan Nada akan kembali ke Indonesia.

******

Nadin tampak ragu melajukan kakinya di gerbang sekolah. Setelah sampai di Indonesia,keesokan harinya Nadin memutuskan untuk langsung bersekolah.

Dengan langkah ragu Nadin mulai berjalan santai menuju kekelasnya. Sepanjang jalan, seluruh siswa-siswi menatapnya bingung dan penasaran.

Nadin menghentikan langkahnya saat melihat gerombolan para sahabat Ryan yang sedang nongkrong depan koridor menuju kelasnya namun minus Ryan.

Nadin dapat melihat Dimas, salah satu sahabat Ryan menatapnya kaget diikuti dengan sahabat Ryan yang lain.

"Nadin?? Lo Nadin kan? Kok lo masih sekolah? Bukannya kata Nada lo udah gak ada ya??!"ucap Bima kaget.

"Maaf, permisi saya mau lewat." Ucap Nadin sambil menunduk. Okey, sandiwara di mulai.

"Ehh, tunggu!! Enak aja lo mau main lewat aja. Jelasin dulu ke kita, lo kemana aja selama sebulan ini?" Ucap Ray yang juga sahabat ryan.

"Maaf, kalian ini siapa sih? Saya gak kenal sama kalian, jadi minggir saya mau lewat." Tegas Nadin, gadis itu melangkahkan kakinya cepat namun harus terhenti karena seseorang menahan pergelangan tangannya.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C3
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión