Hari Kamis, Tanggal 4
Nora P.O.V
Sound : All I Want by Kodaline
All I want is nothing more
To hear you knocking at my door
'Cause if I could see your face once more
I could die as a happy man I'm sure
When you said your last goodbye
I died a little bit inside
I lay in tears in bed all night
Alone without you by my side
But If you loved me
Why did you leave me
Take my body
Take my body
All I want is
All I need is
To find somebody
I'll find somebody
Ooh oh
Ooh oh
Ooh oh
Ooh oh
"All I Want is. Hmm hmm. I'Ii find somebody"
"Nora cepat berangkat sekolah"
"Iya ma, bentar lagi pakek baju"
Nama gue Almas Syifa Nora. Orang - orang biasa panggil gue Nora. Gue ada di kelas 11 C.
"Nora inget kata - kata papa kamu jangan buat masalah. Pokoknya mulai sekarang sampai nanti hari pemilihan nama papa harus bersih dari segala hal. Kamu mengerti kan?"
"Iya pa. Kalau gitu Nora pergi dulu"
"Iya papa lupa, mulai hari ini cobalah berteman dengan anak yang bernama Chaca. Dia anaknya Gubernur Devano. Cobalah untuk tidak membuat masalah dengan nya. Apa kamu mengerti?"
"Iya pa"
"Ya sudah kamu cepat ke sekolah"
Ya begitulah kehidupan ku. Dulu aku jauh lebih bebas dari sekarang. Dulu aku bisa bergaul dengan siapapun, namun sekarang aku hanya diperbolehkan bergaul dengan para anak konglomerat. Ini sungguh membuatku merasa tidak nyaman. Para anak konglomerat hanya bisa membanggakan barang yang didapatkan dari kerja keras orang tua nya.
Aku sungguh muak dengan keluarga ku. Mama & papa membuat ku merasa selalu mengenakan topeng setiap hari. Aku tidak bisa menunjukkan bagaimana perasaan ku yang sesungguhnya. Aku hanya bisa menunjukkan senyum palsu ku dihadapan semua orang.
Parkiran sekolah
Aku memarkirkan mobil ku di parkiran sekolah. Setelah itu aku menuju kelas, namun tiba - tiba seseorang memanggil ku.
"Nora tunggu sebentar nak"
"Oh pak Anton. Ada apa pak?"
"Itu soal lomba olahraga"
"Iya pak kenapa?"
"Itu bisa tidak kamu tidak mengikuti lombanya"
"Loh kenapa pak?"
"Itu soalnya Ari sudah sembuh dari cedera nya. Jadi dia akan bermain untuk lomba olahraga" Seketika hatiku terasa sangat sakit sekali.
"Oo begitu pak. Baiklah pak"
"Wah terima kasih ya Nora. Kamu baik sekali"
Aku pun berlalu menuju kelas. Tiba - tiba saja air mana ku menetes.
"Nora kamu harus kuat. Kamu harus bersikap baik di depan orang lain"
Kelas 11 C
"Anak - anak ayo cepat duduk semuanya"
"Iya pak"
"Nah bapak disini akan mengumumkan bahwa sekolah kita akan mengadakan perkemahan akbar"
"Wah asik tu pak. Kapan tanggal nya pak"
"Soal tanggal masih belum ditentukan. Untuk biaya bisa dikumpulkan pada ketua kelas kita yaitu Nora. Bisa kan Nora?"
"Iya baik pak"
"Wah ketua kelas kita emang terr the best dah. Ya kan Van?"
"Iye iye serah lu deh Bri"
Kantin
Di kantin sudah ada Chaca dan teman - temannya.
"Aku harus segera mendekati Chaca dan menjadikannya teman baik ku" (batin Nora"
"Hai Cha. Gue boleh kan duduk di sini?"
Chaca hanya diam dan melihat ku saja. Ku beranikan diri untuk berbicara lagi dengannya.
"Hai Cha kenalin gue Nora. Gue dari kelas 11 C. Gue satu kelas sama Devan"
"Terus?"
"Gue boleh ga berteman sama elu?"
"Ngapain lu mau berteman sama gue?"
"Ya ga kenapa - kenapa si. Cuma menurut ku kamu itu keren"
"Keren? Dasar ga jelas" Kemudian Chaca meninggalkan kantin.
"Sialan si Chaca. Sombong banget si elu. Kalo bukan karena bokap lu yang gubernur, gue juga ogah berteman sama elu. Lu juga bukan anak kandungnya juga kan. Gitu aja udah sombong"
Kelas 11 C
"Eh Nor gue mau minta bantuan sesuatu boleh ga Nor?"
"Iya apaan Van?"
"Itu kan nanti gue ada rapat osis, gue mau izin"
"O gitu ok"
"Makasi Nor"
Saat aku akan akan keluar kelas, tiba - tiba aku terpeleset. Lalu Devan menangkap ku dengan cepat.
Deg. Deg. Deg. Itulah yang kurasakan sekarang.
"Eh Van makasi ya (dengan muka memerah)"
"Iya Nor sama - sama (dengan senyum)"
Lapangan Futsal
Saat ini adalah waktunya untuk kelas 11 C olahraga. Kami menuju lapangan futsal. Saat aku sudah sampai di lapangan futsal aku melihat Devan sedang bermain futsal. Di tempat duduk penonton terlihat ada seorang perempuan yang sedang duduk, dia seperti orang yang sedang menunggu kekasihnya selesai bermain futsal. Cihh dasar cewek jalang. Dari jauh nampak Devan sedang menghampiri Rosie yang sedang menunggunya. Karena rasa kepo ku yang sangat besar akhirnya ku dekati mereka dan aku mendengar beberapa pembicaraan mereka.
"Ros nanti Istirahat ayo kita ke kantin bareng"
"Ok Van"
"Nanti aku jemput kamu ke kelas mu. Ok?"
"Iya iya
Karena merasa muak dengan kedekatan mereka berdua akhirnya aku mendatangi mereka.
"Van bisa bantuin aku gak?"
"Bantuin apaan Nor?"
"Itu aku disuruh sama pak Jarot untuk mengumpulkan hasil laporan praktikum kimia. Kamu bisa gak bantuin aku bawa hasil laporannya anak - anak ke Pak Jarot, soalnya laporannya banyak banget Van. Aku gak kuat bawa hehehe"
"Oh gitu ok aku bantuin kamu. Tapi nanti aja bisa gak. Soalnya aku masih mau ngomong sama Rosie"
"Dih dasar cewek genit" (Batin ku)
"Aduh kayak nya gak bisa deh Van harus sekarang"
"Oh gitu ok bentar ya. Ros aku mau bantuin Nora dulu ya. Aku permisi dulu"
"Ok Van"
Ruang Guru
"Pak Jarot ini pak hasil laporan praktikumnya"
"Wah Nora makasih ya. Kamu emang baik banget Nora, pantesan cocok jadi ketua kelas"
"Ah bapak bisa aja"
"Devan makasih juga ya"
"Iya pak"
"Kamu sama Nora emang pasangan yang cocok"
Seketika suasana menjadi diam dan canggung. Akhirya kami meninggalkan ruangan guru.
"Van"
"Iya apa Nor?"
"Van aku mau ngomong sama kamu"
"Iya ngomong apa Nor?"
"Van sebenrnya aku tuhh..."
"Devan oi kakak gue yang ganteng" Tiba - tiba Chaca datang.
"Apaan si lu anak kampet"
"Van gue nanti mau nebeng bareng sama lu"
"Lah mobil lu kenapa?"
Mereka asyik mengobrol sambil berjalan, sehingga melupakan aku yang ada di belakang mereka.
Kantin
Saat aku di kantin, di sana aku melihat Devan, Rosie, dan juga Sashi sedang asyik mengobrol.
"Ngapain tu si Shasi ada di sana? Dia kok akrab banget si sama si Devan. Jangan - jangan dia suka sama di Devan"
Setetelah Devan dan Rosie pergi dan yang tersisa disana adalah Shasi. Aku kemudian menghampirinya dan menarik nya ke kamar mandi. Ku kunci pintu kamar mandi itu. Lalu aku mulai berbicara dengannya.
"Woi lu ngapain deketin Devan? Mau cari perhatian lu sama si Devan hah?"
"Enggak Nor, tadi aku cuma kebetulan ketemu aja sama Devan"
"Lu suka kan sama Devan"
Shasi hanya terdiam saja.
"Woi lu berani ya gak jawab pertanyaan gue"
Plak. Ku tampar pipinya Shasi.
"Ahh. Ampun Nor"
"Lu suka kan sama Devan. Cepet jawab"
"Iya Nor"
"Kurang ajar beraninya lu suka sama orang yang gue sukai"
Kujambak rambutnya Shasi.
"Ampun Nor"
"Ampun? Ok gue bakal ampunin lu. Dengan syarat lu harus jauhin Devan. Ngaca dong lu, lu pikir lu siapa hah? Lu gak pantes sama Devan"
Setelah itu aku meninggalkannya dalam keadaan masih menangis, tapi aku tidak peduli dengan dia.
Cerita Berlanjut...