Descargar la aplicación
25% Granny’s House / Chapter 10: Surat wasiat 4

Capítulo 10: Surat wasiat 4

"Tapi Bang Ed gimana nek?" Jimmy membuka suara menjadi orang yang pertama kalinya memprotes peraturan nenek, pasalnya peraturan mengenai tidak adanya pengasuh sangat tidak bisa diterimanya, Bang Ed seorang duda, bagaimana ia bisa membesarkan kedua anaknya jika ia juga harus bekerja? Tidak mungkin ia membawa kedua anaknya bekerja, Membayangkannya saja rasanya berat. Nenek yang mendapat protes segera menjawab pertanyaan Jimmy, jari telunjuknya mengarah ke arah Jihan dan Hana secara bergantian.

"Jihan"

"Hana! Ada dua orang wanita yang bisa merawatnya. Untuk apa menyewa pengasuh?"

"Maaf nek, tapi Ed gak mungkin merepotkan Jihan dan Hana untuk mengasuh anak-anaku" Kata Ed yang merasa tak enak dengan dua wanita yang ditunjuk nenek, Ed tidak mengerti jalan pikiran nenek, Keduanya adalah istri dari sepupunya, mereka tentu mempunyai suami yang harus mereka urusi, Ed tidak mau membebankan keduanya dengan harus mengasuh anak-anaknya. Apalagi kedua anaknya adalah tanggung jawab Ed. Namun agaknya dengan tidak ada pengasuh juga suatu hal yang mustahil, Jikalau bisa sudah sejak lama Ed tidak menggunkan jasa pengasuh, sebab jujur saja Ed sangat kesulitan merawat keduanya seorang diri, terlebih ia juga harus mencari nafkah untuk menghidupi keluarga kecilnya

"Kalau begitu kau urus saja sendiri"

Nenek masih tetap pada pendiriannya. Sampai akhirnya Hana membuka suara.

"Sudah gapapa bang, hitung-hitung sebagai pelajaran untuku dan Brian dalam menjadi orang tua yang baik dan benar"

"Tapi Han—"

"Keputusanku mutlak Ed, sudah dikatakan tidak ada yang boleh membantahku."

Ed bungkam dibuatnya, ia tidak berani menjawab lagi selain meminta maaf kepada Hana dan Jihan karena nantinya akan sangat merepotinya. Dan keduanya kembali meyakinkan Ed bahwa mereka sama sekali tidak keberatan, terkhususnya Jihan yang memang pernah merawat Ken.

"Ada yang ingin kalian tanyakan lagi?" Nenek kembali mengulangi pertanyaannya kepada semua cucunya, sekarang Daniel yang melayangkan protesnya.

"Nenek!! Bangun pagi untuk olahraga???"

"Apa? Kenapa? Mau protes hal sepele seperti itu?"

"Tentu saja!! Nek.. Daniel dan Lucas masih sekolah, kenapa kita harus senam dulu? Bisa-bisa kita berdua terlambat datang ke sekolah."

"Tidak akan ada yang terlambat sekolah, memangnya aku tidak tahu jadwal sekolah kalian? Lagipula ini baik untuk kesehatanmu"

"Malas bangun nek... Eh" kata Daniel keceplosan ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Nenek menatap Daniel tajam, seolah berkata tutup mulutmu lebih lama lagi!!

"Sudah tidak ada yang boleh protes, lebih baik kalian istirahat, pilihlah kamar sesuai keinginan kalian, saran nenek yang memiliki anak lebih baik di lantai bawah, karena dua kamar terhubung dengan kamar lainnya. Sisanya kalian atur sendiri.. Oiyah ingat ya.. Nanti malam adalah makan malam pertama kita. Jadi semua orang sudah harus dirumah"

Setelah berkata demikian, nenek bangkit dari duduknya hendak keluar rumah namun panggilan Darren menghentikannya.

"Nenek mau kemana?" Tanyanya keheranan.

"Walking walking! Dadah!!!" Lalu melanjutkan langkahnya yang diikuti paman Bill Setelah pamit dengan semua orang yang terdiam keheranan dengan perubahan neneknya. Sedikit informasi, dulu neneknya tidak seperti ini, neneknya galak dan normal seperti nenek pada umumnya semenjak kepergian kakeknya nenek berubah sering murung, menangis dan berlarut-larut dalam kesedihan, bahkan sering jatuh sakit dan sekarang entah apa yang merasukinya kendati kini menggunakan pakaian nyentrik nenek nampak sehat dan kembali galak. Sebenarnya ada perasaan lega dengan itu namun tetap saja mereka masih belum bisa terima dengan perubahan nenek. Kenapa harus berubah seperti itu?

"Bri—"

"Tidak usah komentar, aku juga gaktau kenapa nenek seperti itu." Potong Brian sebelum istrinya melanjutkan kalimatnya, Hana mendengus padahal belum selesai bertanya, untunglah Daniel dengan kebawelan mulutnya menyalurkan rasa penasaran Hana.

"Bang Darren, gakpapa tuh nenek dibiarin begitu?" Yang muda bertanya dengan yang paling tua diantara mereka, nampak ragu Darren menganggukkan kepalanya pelan.

"Biarkan saja dulu yang penting nenek sehat, abang juga bingung kenapa jadi seperti itu" jawab Darren yang mendapat helaan nafas serempak dari semua orang.

"Ya sudah kalau begitu, kita ke kamar masing-masing saja, lebih baik istirahat. Apalagi Jihan dan Aldrian pasti sangat lelah karena perjalanan jauh mereka" lanjutnya lalu mendapatkan anggukan dari setiap orang.

"Abang Darren dan Ed tidur dilantai bawah saja dan sisanya dilantai atas. Aku dan Jihan duluan ya" Kata Aldrian yang sedari tadi diam, ia kemudian menarik tangan Jihan dan meminta pelayan membawakan koper mereka, tanpa keduanya ketahui seseorang menatap mereka dengan pandangan yang takbisa dijelaskan, ia nampak kesal apalagi melihat mereka berpegangan tangan seperti itu.

"Ah aku juga, semuanya aku duluan." Kata Lucas mengikuti jejak Aldrian, ia mulai menaiki tangga.

"Aku juga, Nah Ken ayo ikut daddy." Ken menggenggam tangan Daddynya mengikutinya kesebuah kamar yang saling terhubung. Hingga satu persatu meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya masing-masing.

🍀🍀🍀

Daniel masuk kedalam kamar Jimmy yang tak terkunci dengan koper ditangannya. Jimmy menolehkan wajahnya keheranan.

"Ada apa?"

Daniel menyeringai sembari menggaruk tengkuknya. "Bareng yah bang."

Dengan kerutan alis yang menyatu ia mendekati Daniel, dirangkulnya adik sepupunya yang paling aktif menuju pintu kamarnya "ikut abang dulu bentar" katanya lalu membukanya kembali pintu kamarnya tanpa peringatan ia segera mendorong Daniel tak berperasaan "Enyah kau!!! Aku ingin tidur dengan tenang tanpa gangguanmu."

Sontak dengan gerakan tangan yang cepat Jimmy segera menutup pintunya rapat-rapat tanpa sempat ditahan Daniel. "Bang!!!! Oi Bang!!! Pelit banget sih bang." Gedor Daniel pada pintu kamar Jimmy, ia melanjutkan kalimatnya.

"Enak loh bang tidur berdua. Abangkan jomblo!! Daniel takut nih tidur sendiri. Bisa dapet service pelukan juga dari orang ganteng. Coba pikir-pikir dulu bang. Jangan langsung ditolak!"

"Kurang ajar!! Mati saja kau!! Atau Tidur saja sana dengan kuda!" Teriak Jimmy dari dalam kamar, ia tidak peduli Daniel merengek seperti apapun didepan kamarnya, ia tidak mau hari-harinya semakin berat karena sekamar dengan Daniel. Cukup menahan sakit hati saja karena melihat Aldrian dan Jihan. Merasa usahanya gagal Daniel mulai menyerah namun sebelum benar-benar pergi ia kembali bertanya kepada Jimmy kali saja pria itu berubah pikiran.

"Yakin nih bang? Rugi loh"

"Bodo amat!!!! Pergi sana!!! Sampe bulu ketiakmu memutih aku tidak mau sekamar denganmu!" Teriaknya lagi.

"Yasudah awas aja kalo Abang mohon-mohon sama Daniel."

"Brengsek tidak akan!!!"

Daniel menghela nafas benar-benar menyerah dan mulai meninggalkan kamar Jimmy menuju kamarnya sendiri "Ah gagal deh punya temen sekamar" gumamnya setelah ia ditolak Lucas, dan Jimmy. Sebenarnya ia tidak takut tidur sendiri, hanya saja ia berpikiran kalau tidur berdua mungkin akan menyenangkan, mereka bisa main PS bersama hingga pagi. Kan seru!!! Kenapa sih mereka tidak mengerti maksud Daniel?

Setelah beberapa menit Jimmy tak lagi mendengar suara Daniel, jadi ia berpikir kalau anak itu telah meninggalkan kamarnya tetapi suara ketukan pintu kamarnya membuatnya kembali naik pitam.

"Sudah kubilang bocah gila aku tidak mau!!"

"A-ah Jimmy, maaf apa aku mengganggumu?" Jimmy membeku ia mendengar suara wanita yang sangat dikenalinya. Ia segera membuka pintunya.

"Ji-jihan maaf kupikir Daniel, aku tidak tahu jadi berkata seperti itu." Jihan tersenyum dengan manis, tidak ada maksud menggoda Jimmy karena memang ia tidak mengetahui apapun perihal Jimmy yang menyukainya, namun bagi Jimmy senyuman Jihan benar-benar memporak porandakan hatinya.

'Jangan tersenyum seperti itu'

"Tidak apa-apa aku hanya ingin meminjam kabel charger, miliku dan Al tertinggal. Apa kau sedang menggunakanya?" Jimmy diam tak menjawab ia tengah melamun sembari menatap Jihan. Karena diam saja Jihan kembali memanggil namanya.

"Y-ya?? Maaf Gimana?"

"Kau tidak mendengar? Aku mau pinjam Chargermu. Sedang dipakai tidak?"

"Oh Charger, tidak!! Sebentar ku ambilkan." Jimmy masuk ke kamarnya mengambil charger yang masih didalam tasnya lalu kembali menemui Jihan. Ia kemudian menyerahkannya. Jihan berterima kasih dan akan segera mengembalikannya, lalu pergi meninggalkan Jimmy. Setelah tak melihat Jihan lagi Pria itu kembali menutup pintunya.

"Ah aku benar-benar brengsek!"

🍀🍀🍀

Aduhhh sampe lupa ngetik. thank you yaaaa!! Votenya langsung banyak 🤣🤣 aku senang!!! Jadinya aku update 😅😅


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C10
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión