"Ck… Ck… Ck…" Marino menggeleng-gelengkan kepalanya ketika ia melihat Chika yang sedang menundukkan wajahnya karena ia merasa malu.
Lelaki bertubuh tinggi dan kekar itu lalu mengulurkan tangannya, kemudian ia meraih dagu Chika yang sedang menunduk, memperhatikan lantai marmer yang indah.
Karena Marino mengangkat dagu Chika dengan paksa, ia dapat melihat wajah Chika yang sepenuhnya memerah seperti seekor udang rebus.
Imut sekali!
Pikir Marino di dalam hatinya.
Lelaki itu kembali mengulum sebuah senyuman nakal.
"Cepat bukakan seluruh pakaianku, aku sudah sangat kegerahan," ucap Marino lagi, memberikan perintah baru untuk Chika.
Kemudian, dengan kedua tangan yang bergetar, Chika perlahan-lahan mengulurkan kedua tangannya untuk membuka setiap kancing yang ada di bagian depan kemeja kerja yang sedang dikenakan oleh Marino.
Readers: Ish, buka baju aja lamanya satu bab!
Author : Disitulah indahnya seni, karena seni tidak mudah untuk dijabarkan dengan kata-kata.
Tsah! Jiwa ngelesnya muncul.
*Langsung dilemparin pake batu kuasa sebanyak-banyaknya oleh readers*