Viona berlari dengan air mata berderai ia tak merasakan kakinya yang sakit karena terkena salju, ia berlari sambil memegangi bajunya yang sudah berantakan untuk menutupi bekas kissmark yang dibuat oleh Lexi.
"Stop please stop,"teriak Viona sekuat tenaga pada sebuah mobil mewah yang sedang berjalan ke arahnya, Viona merentangkan tangannya untuk menghentikan mobil itu.
"Tolong, tolong saya tuan,"tangis Viona pada orang yang ada didalam mobil.
Viona kaget ketika melihat sosok pria dari dalam mobil, orang yang baru ia kenal beberapa hari ini
"Tuan Fernando,"pekik Viona kaget.
Air matanya makin jatuh tak terbendung, Viona berlutut didepan Fernando yang baru keluar dari mobilnya. Kedua tangannya memegang erat pakaiannya untuk melindungi pakaian dalamnya yang sudah putus karena ditarik paksa oleh Lexi.
"Tolong saya tuan huhu," tangis Viona terbata.
Fernando melihat gadis yang ada dihadapannya dengan pandangan sinis, dia melihat tanda bekas kissmark bertebaran di sekitar lehernya yang sudah banjir keringat.
"Cih pelacur cilik ini," batin Fernando.
Mata Fernando menangkap tubuh Viona yang gemetar karena ketakutan, tiba-tiba saja dari kejauhan nampak Lexi tengah jalan terhuyung-huyung sambil memegangi kepalanya yang berdarah sambil memanggil nama Viona berulang-ulang. Mendengar namanya disebut Viona langsung menyentuh kedua kaki Fernando sambil terus meminta tolong. Fernando menarik lengan Viona dengan sekali tarikan, dengan cepat Fernando memasukan Viona kedalam mobil lalu memerintahkan sopirnya untuk segera pergi dari tempat itu.
"Berhenti menangis kau sudah dimobilku sekarang,"hardik Fernando yang terganggu dengan suara tangisan Viona.
Mendengar ucapan Fernando membuat Viona mencoba menahan tangisnya, dia menutup mulutnya agar suaranya tak keluar. Fernando melirik melihat tingkah Viona, ia masih bisa melihat tubuh Viona bergetar dengan hebat. Vionapun masih berusaha menutupi tubuhnya dengan pakaiannya yang sudah hancur.
"Lucas ke jalur 3,"titah Fernando pada sang driver.
"Baik Tuan," jawab sang driver sopan, dengan cepat driver itupun merubah arah laju mobilnya mengikuti arahan sang majikan.
Fernando melepas jas nya lalu diberikan pada Viona yang masih menangis, dia bisa melihat buah dada Viona yang tak terlindung sempurna karena pakaian dalamnya sudah koyak. Viona menyadari kalau Fernando melihat sebagian tubuhnya dengan cepat Viona memakai jas pemberian Fernando untuk menutupi dadanya, Fernando tersenyum tipis melihat wajah Viona yang memerah.
"Kita sudah sampai Tuan," ucap sang driver.
"Ok," jawab Fernando datar.
Fernando melangkahkan kakinya turun dari mobil dia memandang bangunan yang ada dihadapannya sebuah hotel bintang lima yang terbaik di kota, dia tersenyum melihat hotel itu lalu meminta Viona turun.
Saat Viona turun dan melihat bangunan yang ada dihadapannya mendadak seluruh sendi di tubuhnya seperti mati rasa, Viona mengumpulkan sisa tenaganya untuk berusaha lari dari Fernando tapi sayang Fernando sudah membaca gerakannya.
"Lepaskan saya tuan saya mohon huhuhu,"ucap Viona memelas, rasa takut karena perlakuan Lexi belum pergi dan kini ia dihadapkan dengan Fernando yang membawanya ke hotel.
"Jangan menolak!!"hardik Fernando dengan keras.
Lucas nampak telah keluar dari dalam hotel bersama seorang staff hotel, ia memberitahukan sesuatu pada Fernando yang kemudian mengangguk merespon ucapan Lucas.
"Mari Tuan dan nona ikuti saya," ucap seorang manager hotel singkat.
"Ok," jawab Fernando singkat, ia menarik lengan Viona yang terlihat sudah pasrah hanya air matanya yang dapat menunjukkan betapa hancurnya ia saat ini.
Sang manager hotel membawa Fernando dan Viona lewat sebuah pintu VVIP milik hotel yang tak terlihat oleh tamu lainnya, mereka langsung naik ke lift yang membawa mereka ke lantai empat puluh sebuah kamar presidential suite yang sangat mewah. Sepeninggal manager hotel dan Lucad, dikamar hanya ada Fernando dan Viona yang memilih berdiri dipintu masuk tanpa berhenti menangis.
"Lebih baik kau bersihkan dirimu dan buang semua bajumu itu sungguh tak pantas dilihat," titah Fernando yang merasa risih melihat pakaian Viona yang rusak parah.
"Cepat!"hardik Fernando tak sabar karena melihat Viona tak bergerak.
Viona melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang luasnya seperti kamar apartement miliknya, dia menatap pantulan dirinya melalui kaca terlihat dirinya sangat kacau kemejanya sudah tak berbentuk dengan hilangnya semua kancing bahkan pakaian dalamnya pun terkonyak dan meninggalkan bekas merah pada punggungnya.
"Ibuu kenapa Anjie harus mengalami ini huhuhu," tangis Viona kembali pecah mengingat kejadian yang baru saja terjadi, ia menangis didalam bathup begitu lama sampai membuat Fernando panik diluar terdengar ia berkali-kali mengetuk pintu kamar mandi.
Viona memakai piyama mandinya dan berjalan keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah, Fernando terlihat kesal menunggunya didepan kamar.
"Aku fikir kau mati didalam,"ucap Fernando jengkel.
"Belum tuan,"jawab Viona lirih.
Mata Fernando menatap tubuh Viona yang terbalut piyama, Viona nampak memegang erat tali piyamanya dan berusaha merapatkan piyamanya karena malum
"Keringkan rambutmu didepan meja rias, giliranku mandi," perintah Fernando.
Viona menganggukan kepalanya lalu berjalan ke arah meja rias dan tergeletak sebuah hair dryer, Viona mengamati seluruh kamar hotel itu pandangannya langsung tertuju pada pintu dia mencari Key card untuk keluar dia berusaha melarikan diri dari Fernando.
"Kau mencari ini " ucap Fernando tiba-tiba muncul.
Dengan terkejut Viona membalikan badannya dan melihat sosok Fernando yang sudah berganti pakaian dengan piyama mandi yang sama seperti dirinya tengah memegang sebuah kartu untuk keluar dari kamar hotel itu. Perlahan Fernando mendekati Viona yang terlihat ketakutan.
"Ikut aku." Fernando menarik paksa tangan Viona menuju ke ranjang.
"Tuan saya mohon lepaskan saya, saya mohon,"teriak Viona panik, dia baru saja keluar dari kandang macan dan kini ia tengah berada di kandang buaya.
Fernando tak melepaskan tangan Viona meski Viona sudah berjerit-jerit minta dilepaskan bahkan Viona juga menggigit tangan fernando agar tangannya dilepas.
Brukkkk...
Tubuh Viona terlempar diatas ranjang, bagian bawah piyamanya tersingkap karena dorongan Fernando tadi sehingga menampakkan paha putih Viona. Fernando menelan saliva melihat tubuh mulus Viona.
"Tuan saya mohon huhuhu,"tangis Viona makin terdengar memilukan.
"Kenapa kau takut? Aku bahkan belum memulainya," ucap Fernando lirih, ia pun perlahan naik ke ranjang dan dengan cepat ia berhasil menarik tubuh Viona kebawah tubuhnya.
"Tuan please huhu,"ucap Viona memohon dengan air mata yang sudah menganak sungai.
Fernando langsung membuka piyama Viona sehingga menampakkan tubuh Viona yang tak terlindung apapun, mata Fernando menatap lurus buah dada Viona yang sudah banyak terdapat tanda biru keunguan hasil perbuatan Lexi.
"Aku akan menghilangkan bekas ini," bisik Fernando ketelinga Vionam
"Tuan ja-jangan akhhhh,"pekik Viona pilu saat merasakan bibir Fernado menyentuh kedua buah dadanya itu. Viona lagi-lagi merasakan apa yang tadi Lexi lakukan , tubuhnya bergetar merasakan sentuhan Fernando dia berusaha melepaskan dirinya dari jamahan Fernando. Air mata Viona sudah membanjiri wajahnya karena perbuatan Fernando.
"Ibu to-tolong Anjie hiks," tangis Viona saat merasakan ciuman Fernando makin kencang, dia benar-benar merasa terhina saat ini. Tenaganya sudah habis sewaktu melawan Lexi tadi, sehingga kini ia hanya bisa pasrah saat Fernando menindih tubuhnya.
Fernando menghentikan tindakannya setelah menyadari ia telah membuat tanda kissmark yang lebih lebar di bekas kissmark sebelumnya, ia tersenyum puas melihat hasil kerjanya. Tubuh putih Viona makin terlihat menyedihkan dengan adanya tanda kissmark buatan Fernando yang lebih banyak.
Viona menutup piyamanya sesaat setelah Fernando melepaskan dirinya, tangan Viona nampak gemetar saat merapikan piyamanya.
"Aku sudah menghilangkan bekas perbuatan lelaki biadap itu, sekarang kau milikku," bisik Fernando dingin ketelinga Viona.
Tangan Fernando mengangkat wajah Viona, ia lalu melumat bibir tipis Viona yang nampak pucat. Fernando melepas ciumannya saat menyadari air mata Viona ikut tertelan olehnya.
"Kau sekarang wanita Fernando Grey Willan harap kau ingat baik-baik gadis cantik, aku sudah menandai tubuhmu,"ucap Fernando dingin setelah melepas ciumannya.
Viona hanya menunduk tak mampu berbicara dia masih tak mengerti ucapan laki-laki yang ada dihadapannya, perasaaannya benar-benar hancur.
"Siapkan dirimu untuk melayaniku secepatnya,"bisik Fernando dingin menggoda Viona.
Bersambung