Descargar la aplicación
1.33% Istri Sang Juragan / Chapter 8: Perubahan Ke Masa Depan

Capítulo 8: Perubahan Ke Masa Depan

Sejak Murni bertunangan warung mbo Minah tidak ramai lagi. Para pemuda sudah tidak ada lagi berani menggodanya. Para wanita juga sudah tidak ada lagi menggunjingkannya.

Richman menyampaikan niatnya dan meminta H Rahman dan istrinya agar bersedia mendampingi Mbah Yam naik haji. H Rahman sangat terkejut. Tidak menyangka mendapat anugrah sebesar itu. H Rahman memeluk Richman, airmatanya membasahi pundak Richman.

"Hanya saja saya ada permohonan pak Haji", Richman menundukkan kepalanya. " Pertama, kiranya pak Haji membadal kan haji kedua orangtuanya. Kedua, saya mohon dibimbing belajar ilmu agama dengan pak Haji", Rich berbicara dengan hati-hati takut menyinggung perasaan H Rahman.

H Rahman menepuk-nepuk pundak Richman dengan terharu. Belum pernah ia menemukan anak muda se santun dia.

Richman mengajukan permohonan berhenti bekerja di KM Saribulan. Tetapi H Ahmad menolaknya. Ia memberinya cuti sampai jangka waktu yang ditentukan Richman sendiri. Sebenarnya berat bagi H Ahmad melepas Richman orang yang sangat dipercayainya. Apalagi Richman menjalankan usahanya dengan jujur. Sulit mencari pengganti Richman. Akhirnya bekerja H Ahmad mengambil alih kemudi, sekali waktu ia digantikan H Bahran adiknya.

Berat bagi Richman meninggalkan KM Saribulan yang telah menjadi Rumahnya selama bertahun-tahun. Sekarang dia harus bisa berusaha merintis usahanya sendiri, sebagai Penambang Pasir.

Malam itu Richman berpamitan kepada kapal itu. Kapal yang telah menjadi rumahnya, sahabatnya, ia berjanji akam membawa kapal itu pulang bersamanya. Menjadi miliknya.

Sore ini Richman memulai kegiatan barunya, yakni belajar agama. Ia menghabiskan waktu dari ashar hingga sholat isya, dengan belajar.

Aneh juga sejak Richman rajin ke mesjid untuk belajar agama. Jamaah magrib dan isya menjadi banyak, tetapi hanya jamaah wanitanya saja.

Demikian pula pada sore hari ketika Richman belajar agama dengan H Rahman, banyak wanita yang neminta ikut belajar agama . Majelis Ta'lim yang yang di pimpin oleh H Rahman, mendadak ramai, sebelumnya jumlah jamaahnya hanya 5 orang, sekarang bertambah 40 orang. Kebanyakan mereka belum menikah dan beberapa diantaranya ada yang sudah janda.

Fenomena ini membingungkan H Rahman, motivasi belajar mereka masih dipertanyakan.

Tetapi H Rahman tidak mempermasalahkan hal tersebut. Selama ada kebaikannya dia percaya insha Allah baik pula hasilnya. Tetapi karena tiap hari mereka ke mesjid meskipun tidak ada pengajian. H Rahman geleng-geleng kepala. Motif mereka sudah jelas yakni mengintai Richman.

Awalnya Richman tidak merasa terganggu dengan kehadiran mereka tetapi ketika melihat mereka sering melihatnya sambil bisik-bisik tentangnya, maka ia kemudian merubah waktu belajarnya setelah subuh.

Para wanita itu menyadari Richman tidak hadir lagi di pengajian ba'da ashar perlahan mereka juga menghilang kecuali mereka yang sudah berniat belajar.

Namun ketika mereka mengetahui Richman merubah jadwalnya setelah subuh, maka jamaah subuh di mesjid menjadi banyak. Dan merekapun memaksa ikut belajar bersama Richman.

Akhirnya Richman merubah waktu belajarnya sebelum subuh. Dan mereka pun kecewa melihat Richman pulang cepat-cepat setelah sholat subuh.

Para wanita berbisik bahwa mereka bersedia menjadi istri Richman meski menjadi yang kedua, yang ketiga, ke empat. Bahkan mereka berbual bersedia menjadi istri Richman walau jadi yang ke sembilan. Mereka berani bersaing dengan Murni asalkan mendapatkan perhatian dari Richman.

Richman merasa tidak nyaman dengan sikap para wanita itu. Mereka seperti kehilangan akal sehatnya. Dia mengeluhkan hal ini dengan H Rahman.

H Rahman menanggapi hal ini dengan tersenyum. Dia membuka telapak tangan Richman dan mengamati dengan seksama. Kemudian tersenyum misterius. Ricman menatapnya heran.

Karena kondisi ini semakin tidak mengenakkan bagi Richman maka ia berniat merubah jadwal pernikahannya, 1 bulan lebih cepat dari waktu yang disepakati.

***

Mbo Minah merasakan firasat yang tidak", enak ketika dia menghadiri pengajian di Mesjid. Meski beranggapan baik dengan banyaknya jumlah pengajian tetapi tetap terasa ada yang aneh karena jamaah yang hadir bukan mendengar pengajaran dari ustadz H Rahman tetapi mereka malah kasak kusuk membicarakan Richman dan seperti sengaja berbicara agak keras supaya bisa di dengarnya tentang persaingan untuk mendapatkan perhatiannya Richman. Bahkan bersedia jadj istri keduanya atau keberapapun dari Richman. Mbo Minah tahu kalau mereka bermaksud menyakitinya.

Hasnah yang ikut pengajian dengannya merasa tidak senang dan menatap mereka dengan tajam. Dia terang-terangan menunjukkan rasa ketidak sukaannya kepada mereka. Dan para wanita itu membalas pandangannya menghina.

Mbo Minah cepat menarik Hasnah pulang lebih cepat sebelum pengajian usai.

Esok paginya Richman datang ke rakit. Ini untuk pertama kalinya dia datang setelah pertunangan.

Murni duduk di hadapan Richman dengan gugup.

"Mengapa kamu tidak memakainya?"

"Apa?" Murni tak mengerti. " Perhiasan itu" .

'Oh.aku tak biasa memakainya. Terlalu mahal. Ini....", Murni mengambil kotak perhiasan dalam tasnya. mendorongnya ke tangan Richman "Kenapa?' Richman bingung. Apa Murni ingin putus dengannya, fikirnya cemas. "Simpanlah di rumah. Aku takut. Disini tidak aman", jelas Murni. Richman tersenyum. Kata di rumah mendamaikan hatinya. Richman mengambil kotak itu tapi dia menggantinya dengan 2 kotak baru. Murni mengernyitkan keningnya. " pakailah" , Richman mendorong kotak pertama. " ini milik alm ibuku', suaranya lembut menyejukkan hati Murni menghilangkan kegugupannya.

Murni membukanya. Perhiasan. Murni menatap Richman bingung. Richman meraih tangan murni dan memasangkan cincin di jari tangannya.Pas. Lalu memakaikan gelang di tangan Murni. "Jangan di lepas", Tangan Richman tidak melepas tangan Murni. Menggenggamnya dengan erat. Murni panas dingin. Richman melepaskan melepaskan genggamannya lalu dia membuka kotak yang masih terbungkus kertas koran. Isinya Handphone. Hasnah terpana. Banyak orang yang sudah memiliki benda itu, seperti bu Mega, pak camat, Angga, Rika putri H Ahmad. Benda ini seperti lebih mahal dari emas. " Kalau ada hal yang penting kita bicarakan bisa disampaikan lewat sms", Richman menyesali ucapannya. Maksudnya tidak begitu. Dia ingin bicara dengan Murni tiap waktu, "maksudku, kapanpun kita bisa bicara lewat handphone", Richman cepat-cepat meralat perkataannya. Dia ingin waktu tak terbatas bicara denan Murni meski lewat HP. Murni menunduk malu.

Saat itu Hasnah datang dan mengambil posisi di sebelah Richman. "Ih handphone...mau dong", Tangannya menyambar HP itu sebelum Murni memegangnya. "Hasnah taroh", Mbo Minah tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Hasnah ciut dan menyerahkan HP ke tangan Murni. Hatinya iri. Dia pengen punya HP juga. Richman tertawa. "Nanti kalau kamu lulus kakak belikan", Richman seperti bisa membaca isi hati Hasnah. Hasnah terkejut, matanya membelalak."Sungguhan.Janji!", Hasnah mengajukan jari kelingkingnya. Richman mengaitkan jari kelingkingnya ke jari Hasnah."Janji!". Hasnah bertepuk tangan gembira.Mbo Minah menggelengkan kepala. "Jangan dimanjakan", katanya pada Richman. Bibir Hasnah mengerucut. "Sana bikinkan minunan", kata Mbo Minah tegas. Hasnah mengernyitkan hidungnya, berdiri masuk ke dapur. Mbo Minah melirik tangan Murni yang sudah memakai perhiasan baru. Murni memang beruntung.

" Mbo....ini...", Richman menyerahkan sebuah kunci. Mbo Minah meraih kunci itu. "Kunci apa ini".

"Kunci toko Mbo. Saya membelikannya untuk mbo Minah.Terimalah....", Richman memegang tangan Mbo, Bagi Richman Mbo adalah pengganti ibunya. "Saya membelinya dengan harga murah, pemiliknya H Bakri pindah ke Makassar", Mbo Minah mengenal orang yang disebutkan. " Saya tidak bisa mengurus toko itu juga...jadi biar Mbo saja yang ambil tolong di terima", Richman menggenggam tangan wajahnya tulus menatap mbo Minah penuh harap. Richman tahu tidak mau menerima pemberian orang begitu saja tanpa mengetahui sumbernya. Halal atau tidak pemberian itu. "Dari mana kamu dapat uang sebanyak ini?" tanya mbo penuh selidik.

Richman menceritakan tetang gaji dan bonusnys yang tidak pernah dia ambil dan gunakan selama bertahun-tahun. Dia juga bercerita mendapatkan warisan perhiasan yang sekarang di pakai Murni dari orangtuanya.

Mbo Minah menarik nafas berat. Dia enggan pindah meninggalkan rakit ini. Tapi usaha warungnya sekarang sedang sepi bahkan nyaris tak ada pembeli.

"Kita tukaran Mbo....saya ambil rakit ini, mbo ambil toko itu", Richman memahami keresahan mbo. Mbo Minah tersenyum. Dia tidak ingin mendapatkan gratis toko itu. Pertukaran ini menjadi adil bagi mereka. Karna Richman akan menjadikan rakit ini menjadi pangkalan minyak yang melayani perusahaan yang ada di hulu. Richman mengeluarkan kontrak yang sudah dimilikinya dari perusahaan dari dalam tasnya. Richman menceritakan usaha yang akan dijalankan di hadapan Mbo dan Murni. Dua wanita yang telah membuka jalan hidupnya yang baru di masa depan


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C8
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión