Descargar la aplicación
17.77% NCT - THE NIGHT UNFOLDS / Chapter 8: Kakek Misterius

Capítulo 8: Kakek Misterius

Taeyong, Taeil, Doyoung, dan Ten sedang berkumpul di markas mereka, rumah Taeyong. "Makanlah ini, teman-teman." Taeyong meletakkan sebuah piring besar dengan sejumlah potongan daging di atasnya. Potongan daging yang masih berlumuran darah. Daging yang cukup segar.

Ten segera mengambil satu potongan daging itu. Ia terlebih dahulu mengendusi daging tersebut. "Daging sapi lagi?" keluh Ten "Ah! Aku bosan memakan daging sapi terus. Aku ingin daging manusia," lanjutnya.

"Ini enak." Taeil berkomentar seraya mengigit dan mengunyah daging itu dalam mulutnya. Manusia yang melihat cara makan mereka pasti akan merasa jijik karena mereka langsung memakan daging mentah yang bahkan masih berlumuran darah seperti ini.

Doyoung ikut makan, "Kau tidak bisa makan daging manusia, Ten. Kecuali kau ingin ditangkap polisi setelahnya."

"Kalau begitu, kenapa kita tidak makan daging vampir saja. Aku sudah muak dengan mereka," timpal Ten.

"Ngomong-ngomong soal vampir. Aku jadi penasaran." Taeyong menyahuti. "Kenapa empat vampir itu mendekati Yunsoul dan temannya?"

"Kenapa kau ingin tahu?" Doyoung malah balik bertanya.

"Bukan begitu, aku hanya ingin memastikan kalau mereka tidak berencana mengigit kedua perempuan itu dan menghisap darahnya. Kalian tahu kan, vampir bisa bertambah kuat jika mereka menghisap darah manusia secara langsung."

Taeil mengangguk, "Kau benar, Taeyong. Kita harus lebih awas."

Tiba-tiba Ten merasakan ponselnya bergetar. Rupanya ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Ten pun membuka pesan tersebut.

"Hei, kalian para anjing! Datanglah

ke belakang sebuah gedung tua di pinggiran kota.

Mari bertemu dengan majikan kalian."

Raut wajah Ten berubah sangat kesal, "Memanggil kami terus dengan sebutan anjing, dasar lintah!" umpatnya.

"Ada apa?" tanya Doyoung sambil melihat isi pesan di layar ponsel Ten. Taeyong dan Taeil pun membaca pesan itu. Mereka terlihat kesal karenanya.

***

Yunsoul memperhatikan matahari yang sudah hampir di ufuk barat, "Oppa, matahari sebentar lagi terbenam dan kita belum menemukan pohon itu."

Beberapa menit kemudian, matahari pun membenamkan dirinya. Menimbulkan kegelapan yang menyelimuti desa itu. Hansol mengeluarkan senter kecilnya.

"Lebih baik kita pulang saja, Oppa. Keadaan malam hari menyulitkan kita menemukan kunci itu."

"Kau benar, Yunsoul. Ayo kita kembali ke mobil."

Yunsoul dan Hansol berjalan beriringan menuju mobil. Jaraknya lumayan jauh, diperlukan belasan menit untuk sampai kembali ke mobil mereka. Hawa dingin, suasana gelap, dan sangat sepi mengakibatkan mereka cukup ketakutan. Takut-takut kalau ada hantu muncul tiba-tiba. Akan tetapi, mereka menepis pikiran itu. Yang ada dalam otak mereka adalah segera pulang karena perasaan mereka tidak enak sekarang.

"Oppa, itu mobilnya," tunjuk Yunsoul. Terburu-buru mereka menuju mobil dan masuk ke dalam kendaraan itu. Setelah memasang safety belt, Hansol menyalakan mesin mobil. Namun, saat lampu depan menyala, menyorot sebuah sosok di depan mereka.

Hansol tak kalah kaget dengan Yunsoul. Hampir saja perempuan di sampingnya itu menjerit. Kedua mata mereka menyelidik. Batin mereka lega ketika mengetahui bahwa sosok di depan mobil mereka seperti manusia, seorang laki-laki tua yang sedang menunduk.

Hansol melepas safety belt dan turun dari mobil. Menghampiri laki-laki tua itu. Yunsoul pun begitu. "Ya ampun kakek, kami sangat kaget melihatmu tiba-tiba di depan mobil kami. Hampir saja jantung kami copot," ujar Hansol.

"Kakek, sedang apa kakek di sini?" tanya Yunsoul, laki-laki tua itu masih menunduk. Hansol dan Yunsoul saling melempar pandangan.

Hansol mengamati orang yang ada di dekatnya, "Apa ada penduduk lain di sini? Kami datang kemari sedang mencari sesuatu."

"Apa sebuah kunci yang sedang kalian cari?" laki-laki itu mengangkat pandangannya.

Hansol dan Yunsoul merasa aneh. Kenapa kakek itu tahu apa yang sedang mereka cari? Mereka berdua yakin tidak menyinggung soal kunci itu tadi.

"Oh, kakek benar. Tapi, karena sudah malam kami memutuskan untuk pulang saja dan mencarinya lain waktu." Hansol menanggapi.

"Kesempatan kalian hanya saat ini. Kalau tidak mencarinya sekarang, kalian tidak akan bisa menemukannya di lain waktu." Kakek itu berbicara dengan nada serius.

"Apa maksudmu, Kek?" Yunsoul kelihatan bingung.

"Temukan sekarang atau tidak sama sekali," tegasnya.

"Di saat malam seperti ini kami kesulitan menemukan pohon itu." Hansol ikut mengomentari.

"Apa kalian pikir Choi Seunghyun membuat teka-teki semudah itu?" sahut kakek itu. "Sebuah pohon dan batu di bawahnya serta kedua gambar itu dikelilingi oleh garis-garis hitam."

"Kakek tahu Choi Seunghyun? Bagaimana kakek mengenalnya?"

Namun, pertanyaan Hansol tidak dijawab.

"Apa kakek tahu arti gambar itu?" Yunsoul bertanya lagi.

"Sebuah kehidupan akan selalu berhadapan dengan masalah dan tantangan. Tergantung mana sikap mana yang akan kalian pilih. Bertindak atau malah memilih diam. Tapi, setiap tantangan itu selalu terdapat rintangan untuk dapat menyelesaikannya."

Jawaban dari kakek itu membuat Hansol dan Yunsoul bertanya apa maksud ucapan tersebut dengan gambar yang dimaksud. Semakin dipahami mereka mulai mengerti.

"Datanglah ke sebuah rumah tua yang cukup besar di desa ini. 600 meter dari sini. Kalian hanya tinggal lurus mengikuti arah jalan. Di dalam tembok rumah itu tergambar apa yang ada dalam kertas yang kalian miliki. Nah di sana, terdapat benda yang kalian cari," Laki-laki tua itu menjelaskan. "Aku hanya menunjukkan jalannya. Ini semua tergantung pilihan kalian. Hanya aku peringatkan. Tidak ada yang bisa dengan mudah masuk atau pun keluar dari rumah tersebut. Dan aku juga tidak yakin kalian bisa pergi dari desa ini dalam keadaan selamat."

Krekk krekk

Sebuah suara di balik semak-semak dan pohon mengalihkan perhatian Yunsoul dan Hansol. Mereka menoleh ke belakang untuk melihat sesuatu yang menimbulkan suara tersebut. Nihil. Tidak ada apapun.

"Ke mana kakek tadi?" Hansol bertanya saat menoleh kembali pada kakek itu, namun dia tidak menemukannya.

Yunsoul bergidik ngeri, "Mungkin dia bukan manusia, Oppa. Muncul dan menghilang tiba-tiba," komentarnya. "Apa kita akan mengikuti saran darinya?"

Hansol menatap Yunsoul. Tatapannya menyiratkan antara kebingungan, ketakutan, dan rasa penasaran. "Entahlah aku tidak yakin."

"Oppa, kurasa tidak ada pilihan lain, kita ikuti sarannya. Tapi kita juga harus lebih waspada. Semoga Tuhan masih melindungi kita."

Hansol menyetujui. Mereka berdua pun mengambil jalan untuk menuruti saran dari lelaki tua tersebut. Hansol menyetir mobilnya dengan hati-hati. Sementara, Yunsoul sesekali melirik ke kiri kanan. Memastikan tidak ada hal yang mencurigakan. Memang tidak ada yang mencurigakan, namun adanya kegelapan yang menyelimuti desa itu.

***


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C8
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión