Descargar la aplicación
33.33% BILLION BUCKS / Chapter 13: BB.012 i am your doll

Capítulo 13: BB.012 i am your doll

Happy Reading 💛💛

"Je."

Suara itu semakin dekat. Jean memaku tidak tahu harus berbuat apa. Ia merindukan suara ini, sangat. Tapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jean tidak siap mengatakan semua yang terjadi.

"Je." Panggilnya lagi, serta membalikan tubuh Jean agar menghadap kepadanya.

"C-chan, aku--" Belum sempat Jean melanjutkan ucapannya, Chanyeol langsung menarik tubuh Jean dan memeluknya erat.

"Kamu kemana saja. Kau tahu, aku mencarimu seperti orang gila. Kamu kemana saja." Tangan Chanyeol menyentuh pipi Jean. Terlihat sekali rasa khawatirnya. Mata panda terlihat jelas kalau dia kurang tidur. Rasa bersalah menghinggapi Jean.

"Maaf." Kata Jean lirih.

"Tidak, jangan meminta maaf. Yang terpenting kamu sudah ada. Aku mencarimu pada ibu tirimu. Mereka tidak menjawab pertanyaanku dan malah menyiram ku dengan air." Chanyeol kambali memeluk Jean erat. Dan menceritakan usahanya mencari Jean dengan cara bertanya dengan ibu tiri Jean. Ada rasa kelegaan dari Chanyeol dapat bertemu kembali dengan Jean.

"Sayang, apa kau berselingkuh dariku." Ucap seseorang dari belakang Jean.

Jean kembali memaku. Kali ini rasa takut yang berlebih. Dominic datang memergoki mereka. Tangan Jean bergetar mengingat perjanjiannya dengan Dominic. Ia takut Dominic akan melakukan sesuatu pada Chanyeol.

"Maaf mengganggu acara mesra-mesra kalian. Tapi dia--" Dominic menarik tangan Jean.

"Dia adalah calon istriku." Dominic menekankan setiap ucapannya.

Chanyeol bingung dengan yang di ucapkan Dominic. Hanya kurang dari tiga minggu ia kehilangan Jean dan sekarang harus mendengar ucapan yang tidak masuk diakal.

"Je, bisa kamu jelaskan padaku?" Tanya Chanyeol. Ia benar-benar tidak bisa mencerna apapun.

"Aku akan menjelaskan padamu. Tapi nanti, sekarang kamu pulang." Jean mendorong Chanyeol untuk menjauh. Ia benar-benar takut Dominic akan bertindak sesuatu.

"Je." Chanyeol tidak mau dan menghentikan dorongan Jean padanya dan meminta penjelasan dari Jean 

"Kumohon Chan, pergilah. Aku berjanji akan memberitahumu." Jantung Jean berdetak dengan cepat.

Jean pun beralih ke Dominic. Ia menggengam tangannya dan menariknya untuk pulang. Chanyeol hanya bisa pasrah melihat punggung Jean yang menjauh.

**

Sesampainya di rumah, Jean dan Dominic makan malam bersama dengan hening. Ini kali pertama mereka dinner hanya berdua. Karena biasanya Dominic berangkat pagi pulang sampai larut malam.

Jean sesekali melirik Dominic yang sedang asik dengan makanannya. Saat Dominic menyadari Jean sedang menatapnya, Jean tersentak dan pura-pura menyuapkan makanan.

"Minggu depan kita akan menikah." Kata Dominic to the poin.

Jean tersedak makanannya, karena perkataan Dominic.

'Apa-apaan dia, seenaknya memutuskan sesuatu tanpa bertanya padaku sebelumnya.' batin Jean kesal kepada Dominic yang seenaknya.

"Apa kau selalu seperti ini? " Tanya Jean dengan berani.

Dominic menghentikan makannya, dan menatap Jean.

Jean yang di tatap seperti itu menjadi gugup. "M-maksudku, apa kau selalu bertindak tanpa bertanya atau berdiskusi padaku lebih dulu?" Nyalin Jean menciut saat Dominic menatapnya.

Tidak ada jawaban dari Dominic. Jean menghela nafas pasrah. 'Bukankah dia memang seperti ini? Selalu seenaknya sendiri. Bahkan sebuah pernikahan pun dia jadikan hal yang menurutnya sepele.'

"Apa aku harus meminta izin padamu? Apa kau lupa, kau kubeli jadi kau sepenuhnya milikku."

Jean memutar bola mata malas. Ia sudah tidak lagi marah jika Dominic menyinggung soal lelang ataupun jalang. Sudah terlalu sering Dominic mengucapkan itu, sehingga membuat Jean sudah kebal.

"Ya, ya. Kau telah membeliku, aku jalangmu, jadi lakukan apa yang kau mau. Aku adalah barang yang telah kau beli. Jadi kau berhak melakukan apapun padaku. Bukan begitu?" Jean memilih pergi kekamar tidak memperdulikan Dominic. Tanpa Jean sadari, Dominic menyunggingkan bibirnya penuh arti.

Jean merebahkan diri. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan Dominic yang seenaknya memutuskan sendiri. Bagi Jean pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan suci, yang hanya ia lakukan sekali seumur hidupnya. Dia juga tidak mengerti jalan pikiran Dominic ada dimana. Lagi-lagi Jean menghela nafas untuk yang sekian kalinya. Ia memikirkan bagaimana reaksi ayahnya jika mengetahui anak semata wayangnya menikah dengan orang asing. Tapi dari pada itu, Jean memikirkan reaksi ayahnya jika tahu dirinya dijual oleh ibu tirinya, istri ayahnya.

Cklek..

Pintu terbuka dan terdengar mengunci kembali pintu itu. Jean melihat Dominic yang sudah melepas jas nya dan hanya meninggalkan kemeja serta dasi yang acak-acakan tergantung di lehernya. Jean meneguk salivanya. Melihat Dominic berantakan seperti itu membangkitkan sesuatu dalam dirinya.

"M-mau apa kau." Jean terduduk sambil memegang erat selimut.

Pandangan Dominic berbeda dari yang sebelumnya ia lihat. Matanya menggelap dengan sedikit peluh keringat membasuh leher dan juga wajahnya.

"Bukankah tadi kau yang bilang sendiri." Dominic berhenti di hadapan Jean. Jean mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Aku telah membelimu. Jadi aku bisa melakukan apapun semauku." Ucap Dominic dengan seringai nya.

Jean meneguk salivanya takut. Sepertinya ia salah bicara dengan Dominic. Dan Dominic salah mengartikan ucapannya.

Dominic mendorong tubuh Jean hingga terlentang. Ia menaiki tubuh Jean serta membisikan sesuatu.

"Aku menginginkanmu." Ucapnya parau dan hendak mencium bibir Jean.

Jean yang tidak mau menghindari Dominic dengan cara mendorong dada bidang miliknya. Bukan Dominic jika ia tidak memiliki akal. Diambilnya kedua tangan Jean dan diikatkan pada tiang ranjang.

Jean meronta meminta ikatannya di buka. Namun Dominic menghiraukan Jean. Ia malah menarik kasar baju yang dikenakan hingga terlepas.

"Tidak seburuk yang aku kira." Kata Dominic di sela-sela payudara Jean. Lidahnya menyusuri kulit nan lembut itu meski masih tertutup bra berwarna hitam berenda.

"Strawberry." Kata Dominic setelah mencecap setiap inci tubuh Jean.

Jean menggelinjang tidak karuan karena lidah Dominic. Disatu sisi ia ingin melarikan diri, namun disisi lain tubuhnya berkata lain. Ia mendamba setiap perlakuan Dominic pada tubuhnya.

Dominic membuka kemeja dan menampakan tubuh atletik nya. Jean tercekat, matanya ikut menggelap karena tubuh Dominic.

"Kau menyukainya?" Dominic melihat reaksi Jean.

Jean yang memiliki harga diri yang tinggi memilih memakinya.

"Kau lalat brengsek, lepaskan aku." Katanya dengan lantang.

Bukan marah, Dominic malah tertawa terbahak. "Lucu sekali, tubuhmu dengan mulutmu berlainan. Aku tahu kau menginginkannya juga bukan?" Kali ini Dominic menarik bra yang dikenakan Jean.

Jean sedikit meringis karena kawat bra menggores kulitnya hingga berdarah. "Kau brengsek, Dominic."

"Mulutmu ini harus di beri pelajaran sampai dia tidak berkutik dan tidak menyebutkan kata kotor itu lagi." Dominic meraih rahang Jean hingga ia mendongak dan mengigit bibir Jean hingga berdarah. Jean menutup matanya merasakan darah segar mengalir dari bibirnya. Rasa perih tidak ia hiraukan, hanya ada kebencian menghinggapi nya.

Dominic membuka celana hingga g-string tanpa ampun. Jean sudah tidak mengenakan apapun. Ia pun menutupi bagian bawahnya yang terekspos dengan cara menutup pahanya kuat-kuat.

"Dia merekah untukku." Dominic menyeringai puas karena melihat kewanitaan Jean yang basah akibat ulah lidahnya.

"Buka." Perintah Dominic. Namun tentu saja Jean tidak mengindahkan ucapan Dominic.

"Jadi kamu suka yang kasar? " Dominic beranjak dari tempat tidur dan mengambil sesuatu.

Jean meronta-ronta, berharap ikatan dasi itu terlepas. Namun Dominic mengikatnya begitu kuat hingga sulit untuk terlepas.

"Dengan ini, kau tidak akan memberontak Flo." Dominic menunjukan borgol pada Jean.

Dari mana ia mendapatkan benda seperti itu. Jean bertanya-tanya.

Dominic pun memborgol kedua kaki Jean.

Jean masih bisa meronta namun sulit karena satu borgol ia gunakan pada kedua kakinya.

Dominic membuka sisa-sisa benang yang menempel padanya. Celana hingga dalamannya yang bermerek Calvin Klein. Jean meneguk salivanya berkali-kali melihat suguhan pemandangan dari Dominic. Inti dalam tubuhnya terasa seperti ada sengatan listrik melihat tonjolan dari balik celana dalam itu. Dominic tersenyum menang melihat reaksi Jean yang menurutnya menyukai tubuh dan bagian dalamnya.

"Masih menyanggah kalau tidak menyukainya?" Dominic sengaja menggoda Jean.

"Sialan." Umpat Jean.

Dominic mengambil sabuknya dan mengarahkannya pada Jean.

Satu pecutan mengarah pada paha Jean hingga memerah. Jean menutup mata merasakan perih dari sabuk kulit itu.

"Masih mau berucap kotor dari bubur manismu itu?" Dominic menyunggingkan smirk nya.

"Brengsek, sialan." Jean tidak takut dengan ancaman Dominic.

Satu pecutan lagi mendarat di perut Jean. Karena terlalu kuat, sabuk itu menggores kulit perut Jean hingga mengeluarkan darah. Tidak terlalu dalam lukanya namun menimbulkan rasa perih. Disela-sela ikatan, tangan Jean bergetar. Ia kesakitan, padahal baru dua kali Dominic melayangkan pecutan itu.

"Mau berkata kotor lagi?" Tanpa ada rasa iba dari Dominic, ia tetap melayangkan pecutan itu ke arah yang sama hingga luka itu menjadi lebih panjang dan mengeluarkan darah.

Karena takut, Jean menggelengkan kepalanya.

"Memohonlah." Perintah Dominic pada Jean.

Tapi Jean tidak bersuara membuat Dominic lagi-lagi melayangkan pecutan nya di paha.

"A-aku mohon b-berhenti. Sa-kit." Jean pasrah, tubuhnya terasa perih akibat Dominic.

"Good girl." Dominic kembali naik ke atas kasur. Tangannya sudah memegang sesuatu. Ia dekatkan pada payudara Jean dan membiarkannya berlama-lama disitu.

Jean menggelinjang karena getaran dari benda yang dipegang Dominic. Tubuhnya terasa ingin meminta lebih.  "Kau menyukainya." Kata Dominic memperhatikan setiap reaksi Jean.

Jean menggelengkan kepala nya.

"Mungkin kurang." Dominic menaikan getarannya dan sukses membuat Jean berteriak.

"Ah... Ku-mo-hon ber-henti." Jean benar-benar tidak kuat.

Dominic menulikan kupingnya. Dan lebih memilih bermain di area kewanitaan Jean. Jarinya menelusuri titik sensitif Jean. Kini vibrator itu pindah kearea vagina Jean.

"Oh.." Desahan itu kembali terdengar dari bibir manis Jean.

"Sangat seksi." Dominic memejamkan matanya mendengar desahan dari Jean.

Jarinya memasuki lubang Jean dan mendorongnya hingga benar-benar masuk. Sempit, satu kata untuk vagina Jean. Dominic memajukan mundurkan tangannya hingga menimbulkan suara. Tubuh Jean melambung tinggi akibat permainan jari Damian dan juga vibrator itu.

"Ah.. I wanna come.. Oh.. Dominic." Jean benar-benar dibuat melambung oleh permainan jari Dominic.

Dan ia pun mengeluarkan cairan begitu banyak di tangan Dominic. Melupakan ucapannya yang membenci Dominic.

___________________

Udah ada peringatan warning ya.

jika kalian tetep keukeuh aku bisa apa?

yang penting kalian bisa menyikapi dengan benar. bisa membedakan mana yang baik dan tidak di kehidupan real life kalian.

Terimakasih 🙏

oh iya, dicerita ini tidak ada unsur BDSM ya.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C13
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión