Rafka merasa ada yang aneh dengan Zakiya yang sering terlihat diam-diam menelpon seseorang. Dari yang samar dia dengar Zakiya menelpon Papinya. Karena Zakiya memanggil orang yang ditelpon dengan sebutan Pi. Yang tentu saja itu adalah Darren. Papinya Zakiya. Dan setelah menelpon, Zakiya akan berubah murung. Ketika ditanya, istrinya itu tidak mau menjawab. Semakin di desak akan semakin menangis.
Rafka bingung harus mencari tahu pada siapa. Dia yakin tanya pada Darren pun tidak akan mungkin dijawab. Ada apa? pertanyaan itu yang selalu dia tanyakan pada dirinya sendiri.
"Sepertinya kali ini aku tidak bisa lagi tinggal diam. Apa aku akan menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa tentang istriku?" Rafka memikirkan ini semalaman. Hingga kini dia dalam perjalanan menuju ke kantornya.