Pagi harinya setelah sarapan, mereka berjalan-jalan di perkebunan teh dan menikmati udara pagi yang dingin. Sembari berjalan-jalan, mereka melihat para pemetik teh sudah bersiaga memetik pucuk-pucuk teh yang terhampar di sepanjang perkebunan. Mumut membalas sapaan mereka dengan ramah. Bian bercerita kalau perkebunan teh ini adalah warisan turun temurun dari kakeknya dari pihak mama. Sekitar delapan tahun lalu perkebunan ini hampir bangkrut dan berpindah tangan tapi ayahnya berhasil membuat perkebunan ini lepas dari krisis dengan melakukan berbagai pembenahan di dalam perusahaan dan meningkatkan lobi ke luar, kini sahamnya bahkan sudah cukup tinggi apalagi dengan inovasi-inovasi yang dilakukan. Kini produk mereka tidak hanya berupa teh seduh dan the celup saja tapi beberapa varian teh dalam botol yang cukup laris di pasaran. Mumut tersenyum karena dia cukup familiar dengan produk-produk teh produksi pabrik milik suaminya.