"Uuuh.... HAAAAAAAAAAARRRRRGHHHHHH!" Teriak Kurosa.
Kurosa melemparkan balok besar itu ke arah lelaki itu.
"Hoosh... hoosh.."
Lelaki itu tersenyum.
"Baiklah, mari kita memperindah kastil ini!" Kata lelaki itu.
Balok-balok muncul dari lantai, dinding, dan langit-langit.
Kurosa melompat-lompat untuk menghindari semuanya itu, begitu juga dengan Takusan.
Odelia berayun-ayun dengan mudah.
Odelia menembakkan sebuah kabel kepada lelaki itu, tetapi lelaki itu menahannya dengan sebuah balok yang muncul secara tiba-tiba dari kedua telapak tangannya.
Odelia meluncurkan kabel-kabel lainnya, tetapi sama saja, lelaki itu dapat melindungi diri.
"Odelia, biar aku serang balok-baloknya, lalu kamu luncurkan kabelnya! Biar Takusan memperkuat kekuatan kita--" kata Kurosa.
"Enak saja! Jika ingin menang, menangkan sendiri sana!" Kata Odelia dengan kasar.
Kurosa diam.
"Oooh begitu! Jadi kita taruhan rupanya! Heheheh... jika kamu kalah, kamu harus membelikanku jajanan yang enak-enak! Dan jika aku menang, kamu harus membelikanku jajanan yang enak-enak!" Kata Kurosa.
"Eeh... HAH?! Apa-apaan itu?" Keluh Odelia.
"Benarkan?" Tanya Kurosa.
Odelia diam saja.
"Ahaa! Berarti sudah sepakat ya?" Tanya Kurosa.
"Berisik! Siapa juga yang mau taruhan dengan orang lemah seperti dirimu?" Tanya Odelia dengan nada yang sangat tegas dan mengesalkan untuk didengar.
"Hm.... siapa ya yang mau... oh! Kamu!" Kata Kurosa.
"Siapa yang bilang?" Tanya Odelia kesal.
"Teman-teman... bukan saat yang tepat untuk berdebat!" Teriak Takusan.
"Teman-teman? Cih!" Keluh Odelia.
Kurosa diam sebentar sambil melihat ke arah Odelia.
"Mengapa melihatku seperti ini?!" Tanya Odelia dengan kasar.
Tak lama Kurosa tersenyum, lalu tertawa kecil,
"Ehehehehehehehehe...."
"Dasar anak gila!" Kata Odelia dengan kasar.
.
.
"TEMAN-TEMAN! EEEEEEEEEH! EXTRAAAA!" Teriak Takusan yang masih diombang-ambing dengan balok-balok itu. Salah satu balok yang menerjang terkena sihir Takusan, lalu menggemuk dan meledak.
.
.
"Anak gila.... hm... ooooh! Anak gila!" Kejut Kurosa.
"Dia benar-benar gila ya?" Pikir Odelia.
"Jadi kamu menganggapku anak gila? Ehehehehe!" Kata Kurosa sambil tertawa.
"Bukan hanya menganggap lagi sekarang, itu adalah sebuah fakta." Kata Odelia dengan kasar.
Kurosa tertawa kecil lagi.
.
.
.
"Ohoo! Pembicaraan kalian sepertinya seru! Tetapi kita harus membangun kastil dan menghiasinya! Hahahaha!" Kata lelaki itu.
Sebuah balok besar melemparkan tubuh Odelia ke arah langit-langit, lalu balok yang berada di langit-langit menghantam tubub Odelia ke bawah.
"HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE HOE!" Teriak Kurosa yang berlari mondar-mandir untuk menangkap tubuh Odelia.
Tetapi bukannya menangkap, kepalanya justru dijadikan pijakan oleh Odelia.
"HOEEEEE?!" Kejut Kurosa.
Odelia menerjang ke arah lelaki itu dengan kencang. Kabel-kabelnya ia terjangkan semua, tetapi.... tak satupun mengenai lelaki itu.
Lelaki itu mengarahkan tangannya kepada Odelia yang masih mengayun-ayun di udara dengan kabelnya. Sebuah balok besar menerjang ke arah Odelia dengan kencang sekali.
.
.
"EXTRAAAAA!" Teriak Takusan.
Pilar itu menjadi gemuk, tetapi aneh... justru ia menjadi semakin kuat.
Odelia hampir terhantam, untungnya Kurosa selalu siap. Tetapi tubuh kecilnya tidak terlalu kuat untuk menahan balok besar itu. Kurosa terhantam dengan kuat, tetapi Odelia berhasil ia dorong menjauh dari balok itu.
Kurosa terjatuh ke atas tanah dengan kuat, hingga tubuhnya mengeluarkan darah.
Kurosa berusaha untuk berdiri lagi, tetapi sebuah balok besar sekarang menimpa di atas punggungnya.
Kurosa merasa lemas... Kurosa berusaha untuk membebaskan diri dari balom itu, tetapi ia tidak dapat.
"Aduh! Bagaimana ini? Justru karena sihirku, baloknya menjadi lebih kuat..." kata Takusan kecewa.
Odelia hanya melihat ke arah Kurosa.
"Dasar lemah!" Pikirnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku.... sepertinya.... akan menyusul ayah... Pollyaana.... Alicia.... dan juga Night Hero dan Sun Hero...." pikir Kurosa.
Kurosa memejamkan kedua matanya.
"Padahal aku masih harus menyelamatkannya... seseorang yang aku lupa siapa dia..." pikir Kurosa.
.
.
"Kurosa... serangan ini tak seberapa kok."
Kurosa terkejut, ia berusaha untuk melihat dengan jelas di dalam pikirannya.
"Night Hero!" Kejut Kurosa.
Night Hero tersenyum, sangat jarang ia tersenyum selama hidupnya.
Night Hero memegang pundaknya.
"Kamu pernah merasakan serangan yang lebih mengerikan. Jadi, ini tidak seberapanya kok... tenang saja... begitu juga dengan Asuka, ia sering terluka hingga sekarat, tetapi kamu ini masih belum sekarat. Itu sebenarnya tidak penting sih, tetapi yang penting adalah..... jangan tidur!" Kata Night Hero.
"Aaaaah... ngantuk..." keluh Kurosa.
Night Hero mencubit pipi Kurosa dengan kencang.
"HOWEEEEEEEEWEWEWEWEWEWEWWWEEEWEWEWEWEWWEWWEEWEEWEEEEEE!" Teriak Kurosa.
"Dasar..." keluh Night Hero sambil tertawa.
"HOEWWEEE..." teriak Kurosa.
"Kamu lucu... mengingatkanku pada Sun Hero saat ia masih berumur 7 tahun." Kata Night Hero.
"Benawkah?" Tanya Kurosa.
Night Hero tersenyum.
"Kamu tidak punya banyak waktu untuk tertidur terus. Ayo! Teman-temanmu membutuhkanmu!" Kata Night Hero dengan tegas, lalu melepaskan cubitan pipi Kurosa.
"HOEEEEE! BENAR! AKU LUPA!" Kejut Kurosa.
"Baguslah sekarang kamu sudah ingat!" Kata Night Hero.
"Eh... ingat apa ya?" Tanya Kurosa.
Night Hero kembali mencubit kedua pipi Kurosa dengan lebih keras.
"HOEWEWEWEWWWWEEEEEEWEWEWWWWWWEWEWWWWEEEE!" Teriak Kurosa.
"BAIKLWAH BAIKLWAH! AWU IWNGAT!" Teriak Kurosa.
"Baguslah kalau begitu, bangunlah!" Kata Night Hero.
.
.
.
.
.
.
.
Tubuh Kurosa bercahaya kembali. Balok di atas tubuhnya hancur.
Kurosa menerjang ke arah lelaki itu dengan cepat, tetapi balok-balok itu datang secara tiba-tiba selalu. Kurosa sering terlemparkan. Odelia berusaha untuk menyerang lelaki itu, tetapi balok-balok itu terlalu banyak dan rapat.
"Time Cycle!" Teriak Kurosa.
Dari tubuh Kurosa yang bagian kiri, aura gelap menyelimutinya, dan mata kirinya bercahaya bagaikan rembulan pada malam hari. Dari tubuh Kurosa yang bagian kanan, cahaya menyelimutinya, dan mata kanannya menjadi terang benderang bagaikan matahari pada siang hari.
Kurosa memutar tubuhnya dengan cepat. Bagaikan sebuah lingkaran cahaya dan gelap, itulah yang nampak dari putaran yang Kurosa baru saja lakukan. Putaran itu berhasil menghancurkan balok-balok yang menghalangi Odelia untuk menerjang dan menyerang ke arah lelaki itu.
.
.
"Kurosa.. ingat tarian kita."
Kurosa tersenyum,
"Baiklah, Night Hero." Kata Kurosa di dalam hati.
.
.
"EEEEEEH TUNGGU TUNGGU TUNGGUUUU! AKU SUDAH LUPA!" Teriak Kurosa.
Odelia, Takusan, dan lelaki itu menjadi terheran-heran akan Kurosa.
.
.
"Sudahlah, seingatmu saja!"
"Baiklah, Night Hero." Kata Kurosa di dalam hatinya.
.
.
.
.
.
"KUROSA! BALOK YANG LEBIH KUAT BERWARNA LEBIH TUA DIBANDINGKAN YANG CERAH! INGAT ITU!" Teriak Takusan.
Kurosa menerjang. Balok-balok mulai terbentuk secara rapat,
"Darkness in the air, darkness in the sky, you will feel it."
Kurosa bernyanyi, lalu tubuhnya sedikit menari-nari.
Kaki kanan Kurosa ditendangnya ke atas, sehingga balok-balok yang muncul dari samping dan dari atas hancur. Kurosa memutar kaki kanannya ke belakang tubuhnya dengan cepat dan kuat, balok-balok yang muncul dari belakang pun hancur ditendangnya.
Kurosa berlutut, kaki kanannya ditekuk di depan, kaki kirinya diluruskan ke belakang, posisi tubuh Kurosa menghandap ke samping. Kurosa mengayun-ayunkan tubuhnya ke depan dan ke belakang, gerakan-gerakan tersebut membuat Kurosa terhindar dari balok-balok yang menerjang dengan sangat kuat.
"Benar-benar gile..." pikir Kurosa.
Kurosa memutar kaki kirinya ke atas dan meletakkan bokongnya ke atas lantai. Kaki kirinya menghancurkan balok yang hendak menyerang ke arah Odelia.
Kurosa menekuk kaki kirinya, sementara kaki kanannya ia luruskan, badan Kurosa direbahkan. Rupanya saat Kurosa merebahkan tubuhnya, sebuah balok berwarna sangat tua menerjang. Kurosa berhasil menghindarinya.
"No one could escape, no one blah bla bla blah blah bleh wah oh... aku lupa liriknya... ini bukan bagianku, ini bagian Asuka!" Kata Kurosa.
Kurosa bergerak, dari rebah hingga berlutut. Kaki kiri dijadikan tumpuan. Kedua tangan Kurosa digerakkan memutar ke atas, lalu secara perlahan-lahan ia mulai berdiri.
Semua serangan lelaki itu terhindari dan terhancurkan, lelaki itu menjadi kesal, ia mulai menargetkan teman-teman Kurosa.
Kurosa berdiri, lalu berjongkok sebentar, lalu berdiri lagi. Kurosa bergerak, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah sebuah balok yang menerjang ke arah Takusan. Dari tangan kanannya, sebuah sihir sinar dan gelap menerjang dan menghancurkan balok itu.
Kurosa berjalan perlahan ke arah Odelia dan Takusan. Balok-balok itu menerjang lagi..
"We are the darkness, the darkest night.. the blah blah bleh wah blah blah blah blah bleh blah blah wuuu.... ini bukan bagianku tapi bagian.. siapa ya? Mengapa aku tidak mengingatnya?" Tanya Kurosa.
Lalu ia menari.
Kurosa membungkuk ke samping, lalu berdiri tegak lagi, hal itu membuat balok-balok lelaki itu meleset.
Kurosa terus menari.
"Mengapa ia menari?" Tanya Odelia.
"Mungkin inilah salah satu caranya untuk melawan musuh!" Kata Takusan semangat.
Lalu Kurosa berhenti,
"Ini bagian di mana Sun datang." Pikir Kurosa.
"Kita sepertinya tidak melakukan apapun dan hanya melihat musuh, dalam arti Sun Hero." Pikir Kurosa.
Kurosa mulai melihat lelaki itu, lelaki itu kesal, ia membangun banyak sekali balok-balok yang mengarah ke arah Kurosa.
"Aku lelah menghindar..." kata Kurosa.
"It's so noisy here.. huh...you guys... Sun Hero...nice to see you...did you think you could defeat us, the moon villains? Then let's see....." Kata Kurosa dengan tampang sedikit sombong dan bergaya.
"Dia sombong begitu?" Tanya Takusan.
"Bukan, sepertinya itu adalah tarian dari sekolah Kannoya Ampas itu." Kata Odelia.
"Sejak kapan Kurosa menjadi fasih dalam berbahasa Inggris?!" Kejut Takusan.
Lalu Kurosa berjalan sedikit jauh dari tempat di mana ia berada,
"Senyum sombong senyum sombong!" Pikir Kurosa.
Kurosa tersenyum, senyumannya sangat manis.
"Maniiis..." pikir Takusan.
Kurosa mulai menari lagi, balok-balok itu sudah dekat. Tetapi saat lelaki itu melihat bahwa Kurosa menari lagi, ia mengarahkan semua serangannya pada teman-teman Kurosa dengan cepat.
Kurosa membuka kedua kakinya selebar bahu, tubuh Kurosa sedikit dicondongkan ke samping kiri, lalu Kurosa berdiri tegak menghadap ke kanan, tetapi pandangan tetap ke depan, kedua tangannya diangkat ke atas. Lalu Kurosa mencondongkan tubuhnya dengan sangat ke arah kanan, tubuh menghadap ke depan, saat mencondongkan tubuh, kedua bahu digoyangkan secara anggun.
Kembali kepada posisi awal.
Kurosa membuka kedua kaki selebar bahu, kedua tangan diarahkan ke arah kirinya, lalu ke bawah dan ke kanan, jadi seperti membuat setengah lingkaran. Lalu sambil berjalan sedikit kedua tangan ditarik dari kanan ke kiri secara lurus.
Kurosa berputar sekali.
Lalu setelah berputar, ia berlutut. Tangan diarahkan ke depan dan melakukan gerakan sedikit mendorong, badan sedikit dicondongkan ke belakang. Lalu tangan melakukan gerakan menarik, lalu tubuh dicondongkan sedikit ke depan. Kedua tangan diarahkan ke samping kiri, tangan kanan diangkat dan ditarik ke arah kanan, membentuk setengah lingkaran lagi di atas, dan tangan kiri menyusul tangan kanan Kurosa.
.
.
Takusan menyadari, bahwa balok-balok itu sekarang mengarah ke arahnya dan Odelia.
"Jika aku menggunakan sihirku, nanti akan menjadi lebih kuat baloknya." Pikir Takusan.
"Kurosaaa! Jangan menari terus! Kita terjebak di sini!" Teriak Takusan.
Kurosa menarik kedua tangannya dari samping kanan ke samping kiri setinggi dada dengan gerakan lurus. Lalu tangan kiri dibiarkannya berada setinggi dada di samping kirinya, lalu ia menarik tangan kanannya ke samping kanan. Lalu Kurosa menapakkan kedua tangannya di atas lantai.
Lantai bercahaya dan berguncang. Lantainya mulai retak, balok-balok hancur karena lantai menjadi tidak seimbang. Ledakan-ledakan terjadi.
"Fiuh... setelah itu aku lupa." Kata Kurosa dengan sangat tenang.
.
.
"KUROSAAAA!" Teriak Takusan yang terjatuh ke dalam lobang yang tercipta karena tidak stabilnya tanah.
Odelia berayun-ayun, tetapi ia tidak mau membantu Takusan maupun Kurosa sedikitpun.
Saat Odelia berayun-ayun, Odelia terhantam oleh sebuah balok yang terjatuh dari atas. Odelia terjatuh bersama dengan takusan.
.
.
Kurosa segera berlari ke arah mereka berdua. Kurosa memegang tangan Takusan, tetapi Odelia menolak bantuan Kurosa.
Kurosa meletakkan Takusan ke tempat yang aman, lalu berlari ke arah Odelia.
"Odeliaaa!" Teriak Kurosa.
"Pergi! Aku bisa sendiri!" Teriak Odelia.
Kurosa tetap datang, Kurosa menghancurkan beberapa balok yang menghalangi Odelia, tetapi saat membantu Odelia, justru Odelia memukul muka Kurosa dengan kabelnya dan sedikit memberinya setruman.
"Aaaw!" Kejut Kurosa.
"Sudh kubilang, pergi!" Teriak Odelia.
"Tapi--" kata Kurosa perlahan.
"PERGI! AKU TIDAK INGIN DENGAR DONGENG KEKANAK-KANAKAN KALIAN SEMUA!" Teriak Odelia.
"HOEEEEE?! SELAMA INI ITU ADALAH DONGENG?" Kejut Kurosa.
"Terserah! Bodoh!" Bentak Odelia.
Bukannya sedih ataupun kesal, justru Kurosa terlihat bahagia.
"Apa?" Tanya Odelia dengan kasar.
"Terserah? Berarti aku boleh menolongmu! Yahaaaa!" Teriak Kurosa bahagia.
Kurosa menarik tangan Odelia agar keluar dari tumpukan balok-balok. Setengah tubuh Odelia sudah keluar dari tumpukan balok-balok, sekarang tinggal kedua kakinya.
Kurosa hendak menarik lebih lagi, tetapi Odelia memukul kedua tangannya dan menyetrumnya lagi dengan kabel-kabelnya.
"Aaaw!" Kejut Kurosa.
"Sudah kubilang! Pergi! Aku tidak menganggapmu sebagai teman! Tidak akan pernah! Aku tidak sudi berteman dengan anak gila sepertimu!" Kata Odelia dengan kasar.
Kurosa diam sebentar.
"Oooh tidak.." pikir Takusan.
"Berarti... kamu bebas menganggap ku seperti apa?" Tanya Kurosa dengan nada pelan.
"Tentu saja!" Balas Odelia dengan kasar.
Kurosa tersenyum lebar lagi.
"Aduh apa lagi..." keluh Odelia.
Kurosa menarik kedua tangan Odelia dengan kuat sambil berkata,
"Berarti aku juga bebas menganggapmu seperti apapun dong! Hahaha!"
"Woi! Sudah kubilang! Aku tidak memerlukan bantuan muuAAAAAAAAH!" Teriak Odelia yang ditarik, lalu mereka berdua terjatuh bersama.
Bukannya takut, tetapi Kurosa justru tertawa lebar.
"KARENA AKU BEBAS MENGANGGAPMU SEPERTI APA, AKU AKAN MENGANGGAPMU SEBAGAI TEMAN YANG KEREN!" Teriak Kurosa saat terjatuh.
Odelia melihat muka bahagia Kurosa,
.
.
.
.
.
.
.
.
"AYAH AKAN MENGANGGAP ODELIA SEBAGAI ANAK TERBAIK DI DUNIAA!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Tch... sama gilanya dengan ayah..." pikir Odelia.
Kurosa terus tertawa.
"TUNGGU KUROSA! BAHAYA! BAHAYA!" Teriak Takusan dari jauh.
"TIDAK APA-APA JIKA BAHAYA, YANG PENTING.... AKU MENDAPATKAN TEMAN KEREN BARU!" Teriak Kurosa.
"KUROSAAA! KAMU BENAR-BENAR GILA, BAIK DALAM ARTI BURUK MAUPUN BAIK!" Teriak Takusan.
Kurosa makin keras tertawanya.
Odelia melihat ke arah Kurosa.
"...."
.
.
.
.
.
.
.
"Aku jadi ingat ayah gilaku.... sungguh menjengkelkan... tapi...." pikir Odelia.
"Ia tidak pernah sakit, meskipun pola hidupnya kacau.... apakah itu karena dia gila?" Pikir Odelia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"ADUH!" Teriak Kurosa yang akhirnya terjatuh di atas tanah dari ketinggian yang sangat tinggi.
"KUROSA, KAMU BENAR-BENAR GILA!" Teriak Takusan sambil berlari ke arah Kurosa secepatnya.
"KUROSA? KAMU BAIK-BAIK SAJA?!" Tanya Takusan khawatir.
Kurosa tertawa kecil,
"Ehehehheheheehee..."
"Dasar...." keluh Takusan yang merasa lega.
"Kamu tidak merasa sakit?" Tanya Odelia.
"Woooh! Baru kali ini Odelia memperdulikan diriku! ODELIA BENAR-BENAR TEMAN KEREN!" Teriak Kurosa.
"Jawab pertanyaanku!" Kata Odelia.
"Yaah... hanya nyeri sedikit kok! Apakah karena aku tertawa ya?" Tanya Kurosa.
"Dasar Kurosa... tubuhmu juga aneh-aneh..." keluh Takusan.
"Benar-benar aneh..." pikir Odelia.
Odelia berdiri kembali.
"Aku merasa sakit, padahal aku terjatuh tepat di atas tubuh Kurosa, mengapa ya?" Pikir Odelia.
Kurosa berusaha untuk berdiri,
"Aduh!" Kejut Kurosa.
"Ada apa Kurosa?" Tanya Takusan.
"Ehehe... tidak apa-apa!" Kata Kurosa.
Kurosa berdiri dengan tegak.
"Lihat!" Kata Kurosa.
"Aneh... seharusnya dia terluka sekarang." Pikir Odelia.
"Memang banyak sekali darah yang ia keluarkan, tetapi ia hanya mengeluh sakit sedikit sekali." Pikir Odelia.
"Justru... ia tertawa." Pikir Odelia.
.
.
.
.
.
Kurosa masih tertawa dan menceritakan hal-hal yang tidak berguna.
Takusan juga ikut tertawa.
"Kukira dianggap lebih menyakitkan daripada tidak dianggap, karena jika tidak dianggap pasti tidak ada yang mempedulikan dirimu dan mereka tidak akan protes tentang apa yang kamu perbuat, tetapi...." pikir Odelia.
Odelia melihat ke arah Kurosa yang masih tertawa.
Odelia tersenyum.
"Dianggap tidak begitu buruk." Pikir Odelia.
"Seharusnya aku senang dan bangga memiliki ayahku... meskipun ia menjadi gila sejak diriku terlahir. Dan seharusnya, aku mengabaikan perkataan-perkataan teman-temanku yang selalu berkata jika ayahmu gila kamu juga akan gila." Pikir Odelia.
"Tapi.... sepertinya menjadi gila bersama dengan teman-temanku boleh deh... sesekali saja.." pikir Odelia.
Kurosa melihat ke salah satu balok.
"Takusan! Ayo taruhan! Jika aku dapat membenturkan kepalaku pada balok berwarna tua itu, belikan aku jajanan, jika aku mati, kamu menang! Bagaimana bagaimana?" Tanya Kurosa.
"Mana mau lah! Kamu benar-benar... seperti orang mabuk.." kata Takusan.
"Yaaah... aku berubah pikiran." Pikir Odelia.