Descargar la aplicación
64.96% Kannoya Academy / Chapter 292: Icy heart

Capítulo 292: Icy heart

"Asuka..."

"Asuka...."

"Asuka...."

Asuka tetap saja diam.

"Asuka, teman-temanmu....."

Asuka mulai membuka matanya sedikit.

"Aah...." keluhnya.

Asuka berusaha untuk menggerakkan tangan kanannya, tetapi ia tidak dapat, rasanya sangat sakit.

Asuka berusaha untuk menggerakkan kakinya, tetapi rasanya tidak ada tenaga dan tubuhnya merasakan sakit yang hebat.

"T-t....." kata Asuka perlahan sekali.

"Asuka... jangan berkata kamu tidak bisa...."

"Huh?" Kejut Asuka lemas.

Asuka berusaha untuk mengangkat kepalanya.

"A.. a...Alicia?" Kejut Asuka perlahan.

Alicia tersenyum.

.

.

Pedang Alicia bercahaya biru dan kuning.

.

.

"Ayo Asuka, aku bantu." Kata Alicia sambil mengulurkan tangannya.

.

.

.

"Baik..." jawab Asuka lemah.

.

.

.

Asuka mulai berusaha untuk berdiri.

"Semua sakit ini... tidak ada bandingannya dengan sakit yang dialami oleh Yukina!" Pikir Asuka.

Asuka mulai berusaha untuk berdiri kembali.

"Hoosh..."

Asuka menarik nafasnya dengan dalam.

"Ice raiper..." kata Asuka sedikit lemas.

Raiper es muncul. Asuka mengambilnya dengan tangan kirinya. Asuka berjalan pada pedang Alicia yang bercahaya.

"Hm... masih berdiri ya..." kata Gravi Boy.

Gravi Boy dan Asuka saling bertatapan dengan tajam.

Mereka bersiap, lalu Asuka menerjang.

Gravi Boy mengayunkan tangannya ke atas samping kanan. Saat Asuka mulai terjatuh, Asuka menyentuhkan pedang Alicia ke atas tanah sedikit.

Saat pedang itu bersentuhan dengan tanah, es dingin mulai merambat dari pedang itu ke tanah itu menuju ke arag Gravi Boy.

Asuka mulai terjatuh ke samping kanan atas, Asuka menyentuhkan pedang Alicia ke udara dan langit. Langit bercahaya sangat terang. Asuka masih terjatuh, tetapi ia hendak melawan gravitasi lagi.

"Ice step!" Kata Asuka.

Dari telapak kakinya, muncul sebuah bidang es di langit. Asuka menginjaknya, dan ia dapat melompat ke bawah.

Asuka mengayunkan pedang Alicia. Langit yang bercahaya berubah menjadi pedang-pedang cahaya yang banyak sekali.

Asuka mengarahkan pedang Alicia ke arah Gravi Boy. Gravi Boy menapakkan tangannya ke udara di depan Asuka agar menambahkan tekanan.

Asuka dan semua pedangnya sedikit mengalami tekanan, tetapi,

"Tidak boleh...." pikir Asuka.

"Ice step!" Kata Asuka.

Asuka membuat bidang es dari telapak kakinya lagi, dan ia menginjak bidang itu dan melompat ke bawah.

Asuka mengayunkan pedang Alicia ke samping kiri. Pedang-pedang cahaya yang berada di belakang Asuka, mulai berterbangan ke arah Gravi Boy dengan cepat. Asuka menyilangkan pedang Alicia dan raiper esnya di depan dadanya.

Langit bercahaya sangat terang, udara dingin mulai muncul di sekitar Asuka. Pipi Asuka yang tadi membeku, sekarang makin membeku.

"Alicia.... terimakasih karena telah menyelamatkanku. Aku berjanji aku tidak akan melupakanmu..." pikir Asuka.

Asuka tersenyum, langit semakin bercahaya hangat, tetapi udara terasa dingin.

Kepingan-kepingan es salju mulai tercipta di sekitar Asuka, dan semua kepingan es itu berkumpul pada raiper es Asuka. Cahaya langit dan juga beberapa kepingan es salju berkumpul kepada pedang Alicia.

Asuka masih menerjang ke arah Gravi Boy.

"Ia melawan tekanan gravitasi ya..." kata Gravi Boy.

Asuka mulai melambat,

"Tolonglah aku...." pikir Asuka.

"Alicia... ayah... ibu... kakak... Sylia... dan teman-teman..." pikir Asuka.

Asuka mulai memfokuskan diri.

"Ice step!" Kata Asuka.

Bidang es muncul lagi, Asuka menginjak bidang itu, tetapi ini berbeda dari yang dulu. Kedua kaki Asuka bercahaya, yang kaki kiri bercahaya biru dan yang kaki kanan bercahaya kuning.

Saat Asuka menginjak bidang es itu, Asuka meluncur sangat cepat sekali.

Dengan pedang yang disilangkan, Asuka sudah berada tepat di atas samping kanan Gravi Boy.

Asuka hendak menebasnya dengan raiper es nya dan pedang Alicia. Tetapi Gravi Boy mengayunkan tangannya ke bawah, sehingga Asuka tergelincir ke bawah. Asuka berhasil mengenai sedikit dari kaki Gravi Boy dan saat pedang Alicia menghantam tanah, tanah hancur dan membeku.

Asuka kembali berdiri dengan kaki kanannya. Asuka mengayunkan raiper esnya. Gravi Boy berusaha untuk mendorong tubuh Asuka, tetapi Asuka mengelak dan Asuka berhasil melukai leher Gravi Boy sedikit.

Asuka berusaha untuk menusuk Gravi Boy dengan pedang Alicia yang ia bawa di tangan kanannya. Sebelum sampai ke perut Gravi Boy, Asuka membekukan tubuh Gravi Boy secara menyeluruh.

Asuka melompat mundur sedikit. Asuka melihat ke arah teman-temannya, gravitasi masih menekan mereka.

"Bagaimana ya..." pikir Asuka.

.

.

Tak lama es yang menahan Gravi Boy hancur.

"Kamu harus mati!" Teriak Gravi Boy.

"Kamu harus membebaskan teman-temanku!" Kata Asuka.

Asuka dan Gravi Boy saling berteriak bersama sesaat, lalu Asuka berlari dengan kencang ke arah Gravi Boy.

Gravi Boy mengayunkan tangan kanannya ke belakang dan tangan kirinya ke depan. Tubuh Asuka yang sebagian tertarik ke belakang dan yang sebagian tertarik ke depan dengan kuat.

"Ayolah..." pikir Asuka.

Asuka menahan kaki kirinya agar ia tidak tertarik ke belakang, dan Asuka melemahkan kaki kanannya agar ia dapat menerjang ke arah Gravi Boy.

Gravi Boy menepuk kedua tangannya dengan kuat, tubub Asuka terpukul dengan kuat dan berkali-kali Gravi Boy menepukkan kedua tangannya.

Asuka berteriak.

Tanah di bawah kaki kiri Asuka mulai hancur. Kaki kirinya makin bercahaya.

Lalu, makin lama tak hanya kakinya saja, tetapi seluruh tubuhnya bercahaya. Tubuh bagian kiri bercahaya kebiruan dan tubuh bagian kanan bercahaya kekuningan.

Kaki kiri Asuka makin kuat, meskipun ia menerima banyak sekali hantaman.

"Dasar, kamu menyebalkan." Kata Gravi Boy.

Gravi Boy mengayunkan kedua tangannya dengan sembarangan.

Asuka mulai berputar-putar karena gravitasi yang tidak menentu arahnya.

"Saat berputar-putar begini..." pikir Asuka.

Asuka menutup kedua matanya.

"Ayah...." pikirnya.

Asuka kembali membuka kedua matanya. Asuka melemparkan raiper esnya dengan kuat ke arah Gravi Boy pada saat Asuka berhasil melihat Gravi Boy. Karena sibuk dengan Asuka, Gravi Boy tidak melihat raiper es yang dilemparkan oleh Asuka dengan kuat. Raiper itu menancap pada kaki kanan Gravi Boy.

Asuka membuka kepalan tangannya ke arah raiper esnya itu. Dengan cepat Asuka meluncur ke arah raiper es itu. Asuka mencabut raiper es itu dari kaki kanan Gravi Boy. Asuka berusaha menebas Gravi Boy berkali-kali, dan hanya satu tebasan yang menenai tubuh Gravi Boy pada kaki kirinya. Dari bekas tebasan itu, es mulai merambat dengan cepat.

Asuka berputar dan menebas dan berputar melompat menebas. Saat Gravi Boy mengayunkan tangannya ke sini, Asuka masih bisa menyerang Gravi Boy. Saat Gravi Boy mengayunkan tangannya ke sana, Asuka masih bisa menyerang Gravi Boy.

"Gerakannya tak... terbaca!" Kata Zeko.

"Meskipun pedang itu... sangat.. berat.... ia tetap cepat." Kata Takana.

Asuka terus berusaha untuk menebas.

"Tetapi.... Gravi Boy.... juga... cepat... hanya 1 dari banyak gerakan.... yang mengenainya." Kata Zeko.

Asuka berhasil memukul Gravi Boy sedikit mundur.

"Tch.... dasar....!" Kata Gravi Boy kesal.

Gravi Boy terlihat sangat marah.

Tetapi, kedua matanya meneteskan sedikit air mata.

"Eh?" Kejut Asuka.

"Cih, dasar!" Kata Gravi Boy dengan amarah yang besar sambil mengusapkan air matanya.

"Kamu membunuhnya! Itulah sebabnya kamu harus mati tanpa ada yang menguburkannya!" Teriak Gravi Boy sambil menangis, tetapi ia berusaha untuk menahan tangisannya.

"Kamu menangis." Kata Asuka.

"Tch... mata..." keluh Gravi Boy.

Asuka diam sebentar. Asuka menancapkan pedang Alicia ke atas tanah, dengan cepat tanah membeku dan es itu merambat ke kaki Gravi Boy dengan cepat dan menahannya. Langit di atas pedang itu bercahaya. Asuka berjalan ke arah Gravi Boy.

"Apa-apaan kamu?!" Tanya Gravi Boy dengan emosi yang campur aduk.

Gravi Boy mendorong tubuh Asuka ke belakang, sehingga ia terjatuh ke atas tanah dengan keras.

Asuka berusaha untuk berdiri lagi.

Asuka menggerakkan pedangnya sedikit ke kanan, es merambat dengan cepat dan membekukan tubuh Gravi Boy, hanya kepalanya yang tidak dibekukan. Ranting-ranting beku melapisinya.

"Mengapa ini jauh lebih susah...?" Pikir Gravi Boy.

Asuka mendatangi Gravi Boy dengan jalan yang sedikit pincang dan sempoyongan.

Asuka melihat mata Gravi Boy secara mendalam.

Asuka ikut meneteskan air mata,

"Begitu ya.... maaf..." kata Asuka.

Gravi Boy menjadi semakin marah. Tetapi air matanya menjadi semakin deras.

"Aku juga baru saja kehilangan sahabat terbaikku. Itu sebabnya kamu ingin sekali menghancurkanku kan? Karena sahabatku meninggal, aku jadi kelewatan marah dan membunuh sahabatmu.... sepertinya jika seperti ini terus.... tidak akan berakhir bunuh-membunuhnya..." kata Asuka.

"Memangnya kamu ingin apa?! Memang ini akan terus berlajur seperti ini! Tidak akan pernah berhenti peperangan yang seperti ini!" Kata Gravi Boy kesal.

"Aku ingin mencoba untuk menghentikannya... tetapi aku tidak tahu bagaimana.." kata Asuka.

"Tidak akan bisa..." jawan Gravi Boy kesal. Gravi Boy memalingkan mukanya dari Asuka.

Gravi Boy mengeluarkan lebih banyak air mata dari sebelumnya.

"Tidak apa-apa menangis.... menangislah... aku juga ingin melakukan hal itu... tapi sebelumnya, lepaskanlah teman-temanku." Kata Asuka.

Asuka duduk di samping pedang Alicia.

Gravi Boy semakin kesal.

"Jadi kamu menganggapku lemah? Hingga harus menangis di depanmu? Dasar! Aku tidak perlu belas kasihmu!" Kata Gravi Boy kesal dan memberi tekanan gravitasi yang lebih banyak pada Asuka dan teman-temannya.

Asuka berusaha untuk melawan tekanan gravitasi itu. Asuka melihat Gravi Boy, es yang menahan tubuhnya mulai hancur.

"Apakah menangis tidak boleh? Apakah tangisan menandakan kelemahan?" Tanya Asuka sambil berusaha untuk bertahan dari tekanan gravitasi itu.

"Tentu saja! Menangis adalah sesuatu yang sangat memalukan, jika kamu menangis di depan siapapun, kamu pasti merasa lemah dan memalukan kan?" Kata Gravi Boy.

"Tetapi baru saja kamu menangis..." kata Asuka.

Gravi Boy semakin kesal. Gravi Boy menambahkan tekanan gravitasinya lagi dan lagi.

"Begitu ya..... kamu merasa bahwa menangis itu kelemahan... jadi kamu ingin menyingkirkannya..." kata Asuka.

Asuka berusaha untuk berdiri dari tekanan yang sangat kuat itu.

"Benar kan? Menangis itu lemah... ayahku selalu berkata begitu..." kata Gravi Boy sambil menundukkan kepalanya.

"Tetapi... aku bukan anak cengeng lagi! Aku tidak akan menangis dengan apapun yang terjadi!" Kata Gravi Boy dengan penuh emosi, tetapi matanya mengeluarkan air mata dengan derasnya.

"Tch! Dasar!" Teriak Gravi Boy berusaha untuk menahan air matanya.

"Lihatlah... saat kamu menangis begitu.... aku bahkan tidak bisa berdiri..." kata Asuka.

Gravi Boy kebingungan dengan perkataan Asuka, tak percaya, ia berusaha untuk melihat Asuka. Benar, Asuka hampir tidak bisa berdiri.

"Huh..." keluh Gravi Boy yang masih berusaha untuk menahan air matanya.

"Justru dengan menangis... kamu bertambah kuat.... tetapi janganlah kamu dikendalikan olehnya.... lihatlah... bahkan orang terkuat pun pernah menangis... semuanya pernah menangis... meskipun tidak disaat masih bayi... tetapi tangisan adalah emosi yang tidak bisa dihilangkan.... jika kamu semakin menahannya, suatu saat akan semakin deras mengalirnya." Kata Asuka.

Gravi Boy masih berusaha menahan kedua air matanya.

"Sudahlah... tangiskan saja jika kamu merasa ingin menangis.... kalau tidak.... jiwamu bisa kesakitan..." kata Asuka.

"Diamlah!" teriak Gravi Boy.

Asuka merangkak untuk mendekati Gravi Boy.

"Kamu tidak tahu apa-apa! Diamlah!" Teriak Gravi Boy.

Asuka sudah sampai di depan Gravi Boy.

"Aku tahu.... perasaanmu..." kata Asuka.

"Bodoh!" Teriak Gravi Boy sambil menginjak punggung Asuka dengan kuat.

Asuka tersenyum.

"Memang.... tangisan.... memalukan terkadang.... tetapi itu adalah emosi kita.... biar aku tunjukkan." Kata Asuka.

Pedang Alicia meluncur ke arah tangan kanan Asuka, Asuka mengambilnya.

"Ice raiper." Kata Asuka.

Asuka membuat sebuah raiper es. Asuka mengambil raiper esnya, Asuka menyentuhkan pedang Alicia dan raiper es itu. Kedua senjata itu bercahaya di depan Gravi Boy.

Asuka meneteskan satu air mata dari salah satu matanya.

"Alicia..." kata Asuka.

Kedua senjata itu bercahaya menyilaukan.

Es merambat dengan lebih cepat, langit lebih bercahaya. Es itu membekukan tubuh Gravi Boy dan hanya menyisakan kepalanya lagi. Es itu merambat hingga hampir seluruh kota itu. Sihir Gravi Boy terhentikan oleh cahaya dari pedang Alicia. Asuka berdiri di depan Gravi Boy, meskipun tubuhnya sangat banyak terluka.

Asuka menancapkan pedang Alicia ke tanah, maka ranting-ranting beku mulai melilit tubuh Gravi Boy.

"Lihatlah... tidak apa-apa untuk menangis." Kata Asuka.

"Justru dengan bertarung dengan perasaan.... kita bisa lebih kuat atau lebih lemah... jangan lupa untuk menjaga perasaanmu." Kata Asuka.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C292
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión