Descargar la aplicación
19.35% SERENDIPITY (Jimin BTS) / Chapter 6: CHAPTER 6

Capítulo 6: CHAPTER 6

Kang Seul Gi masuk kedalam rumahnya dan merasa ia sedikit lega karena telah berpisah dengan Park Ji Min. Sebenarnya ia bingung mengapa lelaki itu bisa menyukainya dengan cepat dan beralasan ingin menjadi partner menarinya.

Ia juga tidak mengerti maksud Jimin mengenai partner menari. Apa keuntungannya ia menjadi partner menari Jimin. Untuk Seul Gi jika ia melakukan sesuatu tapi tidak menghasilkan uang, ia merasa itu sia-sia. Karena untuk saat ini yang ia butuhkan hanya uang untuk membantu ibunya.

"Akhirnya kau pulang juga", Mata Eomma langsung saja memerah saat ia menatap Seul Gi memakar jaket over size dan pahanya seperti tidak memakai celana maupun rok. Namun ia tahu betul apa yang anaknya lakukan bukanlah untuk dirinya sendiri.

"aigoo... ayo ganti bajumu. Beruntung sekali kau tidak pulang larut, Eomma baru saja membuat kimchi lobak untuk dijual dan Eomma menyisakanmu".

Seul Gi tersenyum, ia memeluk Eommanya. Ia melihat wajah tua itu semakin lama semakin terlihat kelelahan, "Maafkan aku Eomma. Kau bisa rugi kalau selalu menyisakan makanan untuk jualan untukku".

Eomma menepuk pundak Seul Gi, "bicara apa kau ini! cepat ganti bajumu nanti adik adikmu lihat".

"arrasseo", Seul Gi buru-buru kekamarnya. Ia dan Eomma sudah berjanji untuk merahasiakan pekerjaannya kepada dua adiknya. Mereka masih terlalu dini untuk mengetahui pekerjaan Seul Gi.

Setelah selesai mandi Seul Gi keluar kamar untuk makan. Hanya dirinya yang belum makan dirumah ini, walaupun sebenarnya ia sudah makan tadi saat di club namun perutnya akan otomatis kosong jika Eomma menyuruhnya untuk makan.

"Eomma. Maaf, hari ini aku tidak dapat upah. Semakin sering petugas datang ke club kami. Mungkin suntikan dana dari bos kami kurang".

"sshhh, jangan asal bicara", Eomma menaruh semangkuk penuh nasi dan beberapa lauk buatannya.

Seul Gi memainkan sumpitnya, "aku janji akan mencari pekerjaan tambahan karena tidak mungkin aku hanya menunggu club itu kalau dalam sebulan sudah 3 kali ada inspeksi".

Eomma menaruh kimchi lobak dengan kasar, "Sudah ku bilang. Tugasmu adalah belajar. Kalau memang kita butuh tambahan uang, akulah yang harus menambah pekerjaan. Bukan dirimu! Lagian bisnis ayam goreng kita sedang meningkat. Nilaimu selalu buruk karena menjadi kurir dan penari. Bagaimana kau mau menambah pekerjaan lagi".

Seul Gi menahan agar air matanya tidak jatuh karena Eomma tidak suka ketika melihat anaknya menangis, ia akan menyalahkan dirinya sendiri. "maaf".

"sudahlah makan yang banyak dan pergi tidur. Jadilah orang yang sukses setelah lulus sekolah".

Eomma masuk kedalam kamarnya setelah menuangkan air minum. Meninggalkan Seul Gi yang masih termenung. Ia melahap makanan buatan ibunya sembari meneteskan air mata.

Rasa benci didalam dadanya akan Ayahnya kembali lagi. Kalau bukan karena Ayahnya hidup mereka tidak akan sesusah ini. Melihat ibunya setiap hari berkutat dengan Ayam dan minyak goreng. Sering kali ia mengalami kecelakaan, entah kena minyak panas, terpotong ataupun magh karena tidak bisa makan sehabis mencuci ayam yang banyak.

Kehidupan keluarga Kang dahulu memang bukanlah orang kaya tapi mereka berkecukupan. Walaupun hidup sederhana namun ibunya tidak pernah bekerja. Ia hanya sibuk mengurusi Seul Gi dan dua adiknya.

Ayahnya bekerja sebagai manajer disalah satu cafe milik temannya. Ayahnya mengabdi sudah lama dan membuat cafe itu menjadi besar. Namun tiba-tiba Ibunya menangis dan mengatakan bahwa mereka harus pindah dan menjual rumahnya.

Ibu membeli rumah kecil ini dan menyulapnya menjadi kedai sederhana. Ibu memang jago memasak dan pada saat itu modalnya hanya cukup untul membuat ayam goreng biasa.

Seul Gi selalu bertanya dimana Ayahnya namun sampai detik ini Ibunya pun tidak bisa menjawab hingga akhirnya Seul Gi mendengar saat malam hari ketika ia terbangun karena mimpi buruk, ia mendengar ibunya menangis. Ia menyesali karena memilih Ayahnya sebagai suami. Ia menyesali karena mempercayakan Ayahnya sebagai pemimpin.

Pada saat itu hingga sekarang Seul Gi tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Yang ia tahu hanya kenyataan kalau Ayahnya tidak pernah menghubunginya sama sekali.

Mulai dari saat itu Seul Gi membanting tulang untuk membantu ibunya mencari nafkah. Hingga ia tidak sengaja bertemu Oh Jin Shim noona. Seul Gi memohon untuk mendapatkan pekerjaan saat ia sudah beranjak dikelas 1 SMA.

Oh Jin Shim yang memang sexy dance akhirnya merekrut Seul Gi karena bakat Seul Gi dan juga ia tahu bahwa menjadi penari itu akan mendapatkan uang yang lebih banyak. Mulai dari situlah Kang Seul Gi popular karena ia bekerja di club malam. Desas-desus itu menyebar disekolah karena Seul Gi sering terlihat didaerah yang memang menyediakan tempat hiburan malam.

Namun belum ada yang melihat pasti karena anak-anak SMAnya belum ada yang legal untuk masuk club. Jadi Seul Gi hanya perlu untuk menutup telinganya rapat-rapat.

Ia sudah bertekad akan membantu ibunya dan tidak memperdulikan apapun kata orang.

❤❤❤

Ibu Seul Gi memukulnya untuk membangunkannya.

"bangun!!!! sudah siang!! temanmu sudah menunggu sedari tadi!! ayo bangun!!!".

Seul Gi langsung berdiri tegak, ia tidak menyangka Jimin benar-benar datang bahkan menunggunya yang telat. Ia melesat ke kamar mandi. Karena rumahnya kecil, Jimin yang sedang duduk diruang tengah dan menikmati ayam goreng terkejut melihat Seul Gi dengan rambut berantakan dan masuk kedalam kamar mandi sampai tersandung sangking paniknya.

"anak itu memang begitu. maklumi ya", kata Ibu Seul Gi.

"baiklah", Jimin tersenyum dan melanjutkan sarapan mewahnya dengan ayam goreng favoritenya namun yang rasa original karena masih pagi.

15 menit kemudian Seul Gi siap. Jimin merasa tidak yakin apakah Seul Gi mandi dengan benar. Untuk ukuran perempuan, 15 menit dia rapih itu sangat sebentar. Jimin saja yang laki laki butuh paling tidak 30 menit untuk mandi cepat namun bersih.

"kenapa?", tanya Seul Gi karena Jimin menatapnya dari atas ke bawah dan ke atas lagi.

"tidak ku sangka kau begini. Ayo", Jimin berpamitak kepada Ibu, "Eommani, terima kasih atas sarapan gratisnya. Kami pamit".

"iya nak Ji Min, kau boleh datang lagi kapanpuk kau mau. Seul Gi hati-hati dan jangan lupa untuk makan siang ya".

Seul Gi mengecup pipi ibunya dan pergi. Ia tidak sadar bahwa Jimin memperhatikan anak dan ibu dengan perasaan yang janggal. Selama ini saat Ibunya berusaha untuk bersikap manis, Jimin malah bersikap dingin seperti biasa. Ia tidak bisa benar-benar menyayangi Ibunya karena ia adalah ibu tirinya saat Jimin berusaha kelas 3 sekolah dasar.

"ayo", Seul Gi menarik lengan Jimin.

Sebentar lagi mobil Jimin akan memasuki halaman sekolah namun Seul Gi memintanya untuk berhenti.

"ku rasa sebaiknya kita berpisah disini. aku akan turun", Namun Seul Gi tidak dapat membuka pintunya karena Jimin masih menguncinya.

Jimin tetap menjalankan mobilnya lagi.

"kau sangat keras kepala", gumam Seul Gi.

Seul Gi sangat tidak nyaman ketika murid-murid memperhatikannya berjalan berdampingan bersama Jimin.

Berbeda dengan Seul Gi justru Jimin menyukai dimana ia menjadi pemandangan bagi orang-orang.

"mau kemana kau?", tanya Jimin saat Seul Gi hendak berbalik badan.

"kekantin", jawab Seul Gi sekenanya.

Jimin menarik tas ransel Seul Gi hingga perempuan itu mau tidak mau mengikutinya hingga sampai kelas.

"kalau kau mau aman berada dikelompokku, perhatikanlah pelajaran dan buat catatan. Salah kau sendiri bangun terlambat dan membuat kita terlambat sekarang jadi jangan macam-macam".

Seul Gi merasa seperti diceramahi oleh seorang guru menyebalkan. Mereka pun masuk ke dalam kelas dan duduk ditempat masing-masing.

Nam Joon melirik Jimin dan Seul Gi yang datang berbarengan. Begitu juga dengan anak-anak yang lain.

❤❤❤

Ye Ri menghampiri Jimin saat makan siang, "kapan kita belajar bersama?", tanya Ye Ri sembari melahap makan siangnya.

"yang jelas tidak boleh hari rabu, kamis, dan sabtu. Kau boleh atur selebihnya, aku dan Seul Gi akan mengikuti".

Ye Ri memutar bola matanya saat Jimin menyebut nama Seul Gi. Perempuan itu biasa mengerjakan tugas sendiri namun kenapa sekarang ia harus setuju untuk bergabung bersama kelompoknya.

"Kang Seul Gi! duduklah disini".

Seul Gi melihat ke arah Jimin yang duduk bersama Ye Ri dan teman-temannya. Ia melihat ke arah meja yang lain namun sepertinya sudah penuh.

"kenapa kau sangat lambat? nanti keburu diambil orang lain", Jimin melempar tatapan ke Seul Gi agar ia cepat duduk disampingnya dan mau tidak mau Seul Gi pun duduk dengan berat hati.

Menu makan siang hari ini membuat Seul Gi tidak terlalu suka. Karena ia tidak bisa makan daging. Ia tidak menyukai rasa daging.

"ada apa Seul Gi? kau tidak biasa ya makan daging?", tanya Ye Ri saat melihat Seul Gi hanya mengaduk-aduk lauk daging asam manisnya.

Seul Gi mengangguk.

"wajar sih, kaukan anak dari penjual ayam. pasti kau hanya tau rasa ayam karena sering makan sisaan jualankan".

Jimin menatap Ye Ri dengan sadis, "lalu kau sendiri makan apa? emas? perhiasan atau anting-anting yang kau pakai setiap hari itu?", Jimin berdiri, "kau membuatku tidak selera", ia membawa nampan makanannya dan pergi dari meja itu.

Ye Ri menatap punggung Jimin tidak percaya, "hah semua karena kau muncul. Menyebalkan!", Ye Ri ikutan pergi dan diikuti oleh teman-temannya.

Seul Gi menggedikkan bahu berbicara pada dirinya sendiri, "buang-buang waktu memikirkan mereka semua". Ia melanjutkan makan siangnya dengan damai tanpa orang-orang berisik ditelinganya.

❤❤❤


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C6
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión