Sesungguhnya aku begitu terkejut dan tak menyangka dengan keberanian Ali untuk memintaku menjadi pendamping hidupnya, padahal kami baru saja jadian dan dia juga baru bertemu mereka dua kali. Satu kali saat dia mengantarku pulang dari praktek di sebuah rumah sakit, saat itu aku masih bersama Harsya. Dan satu kali lagi adalah saat ini! Padahal waktu bersama Harsya dulu aku butuh waktu lebih dari enam bulan setelah kami jadian untuk memperkenalkannya dengan kedua orang tuaku itupun aku tak berani langsung bilang kalau dia teman istimewaku.
"Aku pulang dulu, besok aku jemput," katanya saat kami berada di teras.
Tangannya terulur membelai pipiku membuatku merasa panas dingin. Dadaku berdebar lebih kencang sementara darahku terasa berdesir. Aku menatap wajah tampannya yang disinari lampu teras, dia terlihat begitu indah membuatku merasa enggan berpisah dengannya.
"Hati-hati di jalan," aku tersenyum.