Aku merasa kepalaku pusing, kalau gadis itu hanya ada dalam ilusiku tentunya Ria tak akan bisa melihatnya, sama seperti cincin yang kupakai, harusnya cincin ini juga hilang saat dia menghilang. Tapi cincin ini masih ada di jariku dan bahkan tak mau lepas.
Pertanyaan tentang cincin membuatku teringat kembali tentang penyatuan dua cincin itu. "Aku mau pulang dulu, pusing." kataku sambil berdiri dari dudukku,sebnarnya rasa pusing yang kurasakan tidak seberapa tapi suara hingar bingar di dalam gedung membuatku merasa sangat tidak nyaman
Ria segera mengikutiku, "Aku akan minta tolong kak Salman buat mengantarmu,"
"Ria, Zie... kalian mau kemana?" tanya Tia tang baru keluar dari toilet.
"Ini Zie mau pulang, biasa dia kan alergi acra beginian, aku mau minta tolong kak Salman buat ngantar dia. Tadi kan kak Salman bawa motor," kata Ria.
Tadi Ria datang ke balai desa berboncengan dengan Salman, sementara aku dan para gadis yang lain diantar pakai mobil pak kadus.