Gadis ini menjadi bingung atas susunan kalimat yang diucapkan Vian. Pernyataan lelaki bermata sendu tersebut membuat kepalanya pening.
Denyutan itu nyata dan dia tak bisa mengelaknya. Adiknya adalah hartanya, dia menjadi gila bekerja dengan dalih menyelamatkan masa depan adiknya. Kihrani tidak pernah memandang kesenangan untuk dirinya sendiri.
Dia kacau. Dan kini dia mengharap pertolongan dari pria yang baru saja berhasil meruntuhkan segala tembok besi yang dia bangun, hanya dari permainan katanya.
"Aku pening! Berikan berkasnya, aku ingin menyelesaikan tugasku," gadis ini mencoba bertahan dari kemelut jiwa dan pikiran yang berantakan.
"Kau tak bisa melarikan diri terhadap tanggung jawab memperbaiki sudut pandangmu tentang ikatan pernikahan, hanya dengan menghindariku," dia yang duduk di ujung meja masih bicara. Kata-kata sebelumnya sudah berhasil menghantuinya. Kini Vian kembali bicara dan hal itu seolah kian memojokan dirinya.