Mobil hitam legam terparkir sempurna di depan outlet Surat Ajaib, dan "Hehe," yang keluar dari bibir Mahendra untuk pertama kalinya adalah kekeh tawa yang mencurigakan dan sudah dapat dipastikan apa alasannya.
Aruna hanya bisa membuka mulutnya dengan ekspresi tercengang, bagaimana tidak? Tiga orang yang dikenal sebagai ajudan suaminya tengah memegang sapu, kemoceng, dan peralatan pel.
Herry, Wisnu dan Alvin masih memegang peralatan-peralatan tersebut disaat Aruna menggali pemahaman, bagaimana mungkin para lelaki berperawakan atletis tersebut dengan suka rela menjalankan perintah suaminya membersihkan Surat Ajaib. Bukankah hal tersebut sangat kontras? Perempuan bermata coklat menggeleng kepalanya.
"Maaf," Mahendra menggaruk sudut lehernya, matanya menatap tiga orang ajudannya dengan kode tertentu. Kepalanya bergerak meminta mereka untuk lekas pergi dan menghilang dari tempat tersebut.