"Seperti apa cara Anda membuat ramalan,"
"putri Lesmana mau tahu?" Aruna mengangguk tegas.
"Berdirilah di tempat yang aku tunjuk," Aruna mengikuti arah telunjuk tetua Wiryo, "Sekarang berbalik lah!, buka matamu!"
Deg
_Cermin??_
Aruna terdiam lama, dia mencoba menerka, Apa maksud tetua Wiryo. Istri Mahendra menggunakan seluruh isi kepala tentu saja termasuk rasa yang tersembunyi di dadanya, bersama dengan gerakan meraba perut -tanpa sadar ia tunjukan-. Aruna menemukan sesuatu yang menurutnya sejalan dengan isi kepala tetua Wiryo, "apa karena aku terlihat lemah di mata anda?" dia membalik arah pandangnya. Mengamati tetua Wiryo. Perempuan tersebut tidak gentar sedikit pun.
"bisa jadi," lelaki tua mengangguk.
"Siapa perempuan hebat yang bisa memenuhi standar kuat di mata anda pada keluarga Djoyodiningrat?" Wiryo terdiam. Bahkan matanya tidak mengembara. Jelas dia tidak punya jawaban.