"bos, anda tidak ingin memberi saya sedikit jajan untuk hari ini?" entah bagaimana ceritanya Heri menjadi kehilangan rasa gugupnya menghadapi tuan muda Djoyodiningrat. Dulu dia selalu tunduk dan menaruh rasa hormat yang luar biasa kepada Mahendra.
Kayaknya kejadian hari ini sudah membuka mata ajudan itu lebar-lebar, tuan muda juga manusia biasa. Dia bahkan bisa bucin pada istrinya, dan melakukan hal-hal aneh seperti kebanyakan manusia pada umumnya.
"jajan? Buat apa? kau bukan anak kecil" Mahendra terlalu lurus untuk memahami sarkas semacam ini.
"untuk ini" kini Hery menunjukkan tangannya yang merah bentol-bentol.
"AH, kenapa itu?" Hendra mundur beberapa langkah saking terkejutnya.
"Anda dapat kecupan istri anda, sedangkan saya dikecup banyak nyamuk" ucapan memelas itu menimbulkan senyum di bibir Mahendra.