Perjumpaan
.
Atmosfer bumi kala itu sedang membara, bukan karena ada erupsi gunung berapi. Namun sekedar rasa di dada yang tidak tahan menunggu perjumpaan.
Dia yang hidup dalam angan-angan akan tertangkap secara nyata oleh mata. Fisiknya bisa disentuh. Partikel yang menyusunnya bukan lagi lukisan maya di dalam otak.
Lebih kepada sel sel yang membentuk jaringan kemudian kumpulan jaringan menyusun organ. Dan organ yang saling berinteraksi dan bercengkerama satu sama lain memenuhi keberadaan makhluk hidup sempurna bernama manusia.
Tambah sempurna lagi karena dia tertaut rasa. Seperti rasa yang kini masih berkecamuk di dada, padahal dia ada secara nyata sekian jam lalu. Nikmat sebuah perjumpaan ketika rindu telah di tampung dalam wadah tak terbendung.
Kapan aku bisa berjumpa lagi dengan mu?.
Kenapa perjumpaan sesingkat itu bisa membakar atmosfer bumi di sekitar ku?.
Apa aku boleh menampung rindu dalam wadah sekali lagi?.
.