Aku sedang menatap Astro yang sedang membantuku membersihkan makam keluargaku. Entah sudah berapa kali dia menemaniku ke sini.
Semalam saat dia mengantarku pulang, Opa terkejut karena tak tahu dia baru saja membawaku ke restoran miliknya. Dia meminta maaf dengan bersedia menemani Opa bermain catur hingga sore hari ini setelah kami pulang dari makam.
Astro menghampiriku dan duduk bersila menghadap ke arahku. Kemudian mendekap kepalaku di dadanya, dengan bibir mengecup dahiku dan jari tangannya mengelus rambutku, "Kamu boleh nangis kalau mau."
Aku sengaja membiarkannya menyentuhku. Dia berkata ini adalah terakhir aku bertemu dengannya sebelum kami menikah. Dia berjanji hanya akan menggenggam tangan, memeluk dan mengecup dahiku. Dia tak akan melakukan lebih dari itu. Sebetulnya aku keberatan, tapi aku tak tega untuk menolaknya karena dia terlihat begitu gusar setelah aku mengabaikannya kemarin.
"Aku ga pengen nangis."
"Mau aku bikin nangis?"