Descargar la aplicación
97.61% Istri Kecil CEO Tampan & Dingin / Chapter 82: Bab 82

Capítulo 82: Bab 82

"Kau ini tidak suka melihatku senang saja."

Dinda pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya, menunjukkan jika ia marah pada tuan Arjun Saputra yang hanya bisa menatap kepergian istri kecilnya itu.

"Tuan.."

"Kau ini, mulai sekarang jangan berolahraga pagi dengan telanjang dada begitu."

"Baik tuan."

"Ayo.." ajak tuan Arjun Saputra.

"Kemana tuan?"

"Temani aku bikin roti sobek. Lihat ini, perutku di bilang kaya roti donat oleh setan kecil yang menggemaskan itu."

Rendi terkekeh, tidak bisa menahan ekspresinya ketika mendengar celetukan dari tuannya itu.

"Jangan tertawa. Dalam sebulan, tubuhku yang dulu harus kembali."

"Baik tuan."

"Awas saja kau setan kecil. Janji bola matamu tidak akan keluar saat tubuhku kembali seperti semula." kata tuan Arjun Saputra di dalam hati.

----

Dinda bersenandung kecil sembari menyirami tanamannya yang sudah mulai berbunga. Dinda sendiri merasa bangga, karena untuk pertama kalinya tanaman yang ia rawat bisa tumbuh dengan subur.

"Ini berkat ilmu darimu Daniar. Lihatlah ini bunganya sangat cantik."

"Tentu saja, di kampung dulu aku suka menanam sayuran-sayuran juga buah-buahan bersama dengan bapak. Jadi ilmunya bermanfaat juga kan."

"Ooh bapakmu punya ladang?" tanya Dinda.

"Enggak, itu ladang orang lain. Kami hanya membantu merawatnya saja."

"Hmmmm.... Pasti enak yah tinggal di bawah gunung begitu. Dingin begitu cuacanya."

"Ya begitulah."

"Kau tidak merindukan keluargamu Daniar."

Pertanyaan Dinda membuat Daniar seketika menghentikan kesibukannya. Daniar terpaku tidak tau harus menjawab apa pada Dinda.

"Kenapa diam? Apakah aku salah berbicara."

"Tidak, aku tidak apa kok. Hehe."

"Ada apa Daniar? Apa ada yang belum aku tau tentangmu?"

Daniar menunduk sembari meremas selang air yang ia pegang.

"Keluargaku sudah meninggal Dinda." kata Daniar lirih.

"Kenapa begitu? Bagaimana bisa?"

"Ini semua gara-gara kakak tertuaku. Dia wanita gila sialan."

Dinda gegas mencoba menenangkan Daniar, saat ia melihat ekspresi yang berubah dari wajahnya.

"Kakakku membunuh bapak dan ibuku."

"Sabar ya Daniar. Kenapa dia sejahat itu?"

"Itu gara-gara kakakku. Minta dibelikan mobil. Tapi tidak melihat keadaan ekonomi kami yang sulit. Untuk makan saja susah, mau beli mobil gimana? Kakakku yang marah karena keinginannya tidak dituruti menikam bapak dan ibu saat mereka tidur. Lalu membakar rumah kami. Untunglah aku masih sempat di selamatkan oleh warga."

"Ya ampun. Lalu dimana kakakmu sekarang?"

"Di penjara tentu saja."

"Dan setelah itu, tetangga mengajakku melamar kerja di sini. Namun syaratnya begitu sangat berat dia menyerah. Hanya aku yang bersedia menjadi abdi dalem di sini."

"Kau hebat Daniar. Kau pemberani."

Daniar tersenyum pada Dinda.

"Awalnya aku tidak seberani ini, karena kau lah Din, aku jadi berani dan percaya diri."

"Hah aku?" Dinda tidak percaya apa yang di katakan oleh Daniar.

"Ya, aku terinspirasi oleh dirimu. Kau berani, tidak takut dengan apapun. Bahkan tuan Arjun. Ya walaupun kadang kau ceroboh dan tidak taat dengan aturan. Tapi aku masih kagum pada keberanianmu. Kecuali hantu, hujan dan gelap tentunya."

"Yeh.... Sudah memuji setinggi langit tiba-tiba di jatuhkan sedalam lautan. Sakit hatiku.. Huhuhuhu."

Saat Dinda dan Daniar sibuk dengan tanaman dan topik pembicaraan mereka. Tiba-tiba saja mereka di kejutkan oleh dokter yang berlarian bersama Rendi.

"Rendi!!" Dinda memanggil.

Seketika itu juga Rendi menghentikan langkahnya. "Ada apa nyonya. Saya harus segera pergi."

"Ada apa? Kenapa kau bersama dokter?"

"Tuan Nyonya.."

"Kenapa dengan Arjun?"

"Tuan pingsan.."

"Kok bisa.."

Dinda segara menyusul dokter bersama Rendi. Berlarian ke tempat yang Rendi tunjukkan.

"Di sana nyonya."

Gegas Dinda masuk ke dalam tempat tuan Arjun Saputra tak sadarkan Diri.

"Aaaa Arjun.. Kau kenapa?"

Melihat tuan Arjun Saputra yang tengah di kerubungi dokter dan perawat, tentu membuat Dinda sangat khawatir.

"Dia kenapa Rendi?" tanya Dinda pada Rendi.

"Emmmm anu nyonya."

"Kenapa?"

"Anu.. Tuan...."

"Anu anu terus.. Kenapa memang anunya tuanmu?"

"Bukan begitu maksudnya."

"Katakan saja, kenapa Arjun bisa pingsan."

"Tuan pingsan karena kelelahan nge gym nyonya."

"Haaaahh...." Dinda tercengang.

"Saya sudah mencoba memperingatkan tuan agar tak terlalu memforsir tenaganya."

"Mengapa tiba-tiba dia jadi semangat nge gym ya."

"Maaf nyonya sebelumnya, tuan ingin bikin roti sobek katanya."

Dinda menepuk jidatnya "OMG om itu.... Sudah gemoy juga badannya."

Dinda menghela nafas panjang. Tak habis pikir dengan suaminya itu. "Cuma karena aku terobsesi roti sobek para pengawal itu. Dia jadi begitu? Ya allah.."

Dinda menghempaskan tubuhnya ke sofa. Menatap tuan Arjun Saputra yang sepertinya tengah di pasang alat bantu pernafasan oleh dokter.

"Sudah berumur juga sok-sokan dah."

"Aaaarrrgghhhh sayang tolong aku." tuan Arjun terus berteriak meski Dinda sebenarnya hanya pergi ke kamar mandi sebentar.

"Dindaaaa kamu dimana?!"

Jebreett.... Dinda membanting pintu kamar mandi ketika suaminya berteriak. Takut akan ada hal penting sehingga mencarinya.

"Ada apa?" tanya Dinda panik.

"Tolong ambilkan aku bantal lagi. Ganjal pinggangku. Ini nyeri sekali sayang. Ahhhh.."

Dinda menghela nafas karena kesal.

"Bisa tidak sih panggilnya nggak usah teriak segala. Aku di kamar madi juga bukannya pergi."

"Iya maaf, tapi tolong sebentar saja sayang."

Terpaksa Dinda membantu mengganjal pinggang tuan Arjun Saputra agar lebih nyaman untuk duduk.

"Aaaahh begini kan enak. Maacih ya sayang." kata tuan Arjun sembari nyengir kuda.

Dinda beranjak pergi, hendak pergi ke kamar mandi.

"Mau kemana sayang?"

"Mau kemana lagi sih. Kesel deh. Dinda loh mau BAB lagi." kata Dinda sembari memegangi perutnya yang terasa mulas.

"Oh ya sudah iya iya."

Dinda kembali lagi duduk di tepian ranjang.

"Kok nggak jadi?"

"Nggak jadi.. Sudah masuk kedalam lagi."

"Kamu kenapa sih cemberut begitu. Jelek tau."

"Ya habisnya Dinda gerak dikit sudah di tanya mau kemana? Terus juga Dinda ngilang sedikit sudah di teriakin. Arjun itu sakit bukan stroke."

"Dih amit-amit deh kena stroke."

"Makanya gerak dikit dong biar pinggangnya nggak sakit lagi."

"Tapi benar ini sumpah, sakit banget lho setan kecilku."

"Kemarikan tangan Arjun."

Tuan Arjun gegas mengulurkan tangannya. Dengan sengaja Dinda menarik tangan tuan Arjun.

"Aaaaaa setan kecilku sakit pinggangku."

"Cepat berdiri. Super hero masa sakit pinggang. Nggak cool banget tau."

"Aw aw aw aw.... Aargh.." sekuat tenaga tuan Arjun mencoba berdiri semampunya.

Memegangi pinggangnya seperti kakek-kakek yang butuh sebuah tongkat.

"Dinda pulang ya. Sudah capek."

"Setan kecilku jangan tinggalkan aku."

"Salahmu sendiri kan, ngapain coba pakai acara nge gym segala. Padahal sudah lama banget nggak olah raga."

"Ini salahmu juga tau."

"Lah kok jadi salahkan aku sih."

"Janji matamu itu nggak keluar seperti pagi tadi. Mana mungkin aku susah-susah olahraga sampai pinggangku sakit begini."

"Hah susah ya ngasih pengertian pada orang tua. Jadi gini ya om, Dinda memang suka lihat roti sobek mereka. Tetapi kue donat Arjun lebih seksi dari mereka. Yang seperti punya Arjun nggak ada duanya deh.."

"Benarkah?"

"Iya lah. Emangnya mereka punya apa yang seperti ini." Dinda mencubit perut tuan Arjun gemas.

"Aw sakit setan kecilku."

"Hemm ya sudah deh Dinda pulang dulu ya ke kamar."

"Jangan dong setan kecilku. Terus kalau kamu pulang ke kamar, aku sama siapa dong."

"Mereka itu gunanya apa sih? Pajangan doang?" Dinda menunjuk para pelayan dan pengawal yang tengah berjaga di luar.

"Sudah ya bye." Dinda melenggang dengan riang meninggalkan tuan Arjun yang nampak sekali kesulitan untuk bergerak.

"Dindaaaa.."


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C82
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión