Descargar la aplicación
73.8% Istri Kecil CEO Tampan & Dingin / Chapter 62: Bab 62

Capítulo 62: Bab 62

"Papa.."

Tuan Arjun Saputra yang menyadari Dinda mulai sedih. Memutuskan untuk menyudahi obrolan itu. Inisiatif ia mengajak Dinda pergi keluar untuk mencairkan suasana.

"Jangan terlalu di pikirkan sayang. Papa mertua pasti akan segera kita selamatkan."

"Tapi bagaimana? Tania saja tidak tau dimana markas berada."

"Kau jangan putus asa. Pasti kita akan menemukan petunjuk mereka. Papa mertua akan kembali dengan selamat. Berkumpul kembali dengan mama mertua dan anak-anak nya. Aku janji akan menjemput papa mertua dengan selamat sayang."

Dinda menghela nafas panjangnya "Semoga papa senantiasa diberi kekuatan di sana. Aku sudah berjanji pada mama untuk menyatukan mereka kembali. Dan kamu harus menepati janjimu tadi ya."

"Iya sayang."

Tuan Arjun menatap iba istri kecilnya, dia dapat merasakan apa yang saat ini Dinda rasakan.

Dia juga gelisah, Bima yang bengis itu tentu tidak akan melepaskan ayah mertuanya itu dengan mudah.

"Apakah papa mertuaku tau sesuatu yang penting, sehingga bedebah gila itu tidak mau melepaskan papa mertua dan keluarganya?" kata tuan Arjun Saputra di dalam hati.

----

Setelah beberapa hari menetap di rumah sakit, akhirnya mereka semua bisa pulang, pergi meninggalkan rumah sakit hari ini.

Tuan Arjun Saputra mengirim Ambar kembali ke rumah pak Ferdi. Sementara Tania, tuan Arjun Saputra mengirimnya di tempat persembunyian yang aman. Dengan penjagaan yang sangat ketat, mustahil untuk tembus oleh musuh.

"Akhirnya kita kembali ke kediaman, rencana bulan madu saja sampai gagal. Huh." gerutu tuan Arjun Saputra.

Dinda tersenyum kecut saat mendengarnya "Halah, kaya nggak bisa bulan madu di sini saja."

"Hehehehe, rumahku istanaku sayang."

"Hoooooooaaaaaammmmmm.. Kok tiba-tiba aku ngantuk banget ya."

"Ya sudah yuk sayang kita bobo bareng." ajak tuan Arjun Saputra.

"Bobo bareng apa melek bareng nih?"

"Memangnya apa bedanya sayang?"

"Kalau bobo bareng kita sama-sama tidur. Kalau melek bareng ya.. Kamu tau lah.."

"Kalau begitu kita melek bareng saja ya."

"Yah, tapi aku ngantuk. Wleeeekk.." ejek Dinda.

"Ayo lah sayang. Sudah nggak tahan nih."

"Dih apaan sih sana sana!!"

"Hikz.. Hikz.. Hikz.. Hikz.."

Tengah malam tuan Arjun Saputra terbangun, ia kaget karena mendengar rintihan seseorang di dekatnya. Ia merasa kasur di sebelahnya. Terkejut karena istri kecilnya itu tidak berada di sana.

Menuruni tempat tidur, tuan Arjun Saputra menemukan Dinda di sudut ruangan. Dengan berlinangan air mata yang begitu sangat menyayat hati.

"Kenapa kamu menangis sayang? Apa yang sebenarnya terjadi."

Tuan Arjun memeluk Dinda, berusaha untuk menenangkannya "Ada apa sayang?" tanya tuan Arjun Saputra dengan lembut.

"Hiks.. Aku hanya ingat papa, Arjun."

Tuan Arjun tidak bisa berkata apapun. Sudah sewajarnya Dinda bersikap seperti itu. Bagaimanapun ayahnya sekarang sedang dalam situasi yang mengancam nyawanya.

"Tidak apa sayang, ayo kita kembali ke tempat tidur, di sini dingin."

Tuan Arjun menggendong kembali Dinda ke kasur. Dinda hanya menurut saja. Toh ia juga sudah kepalang basah. Ketahun tengah malam sedang menangis di pojokan.

"Tidurlah sayangku, matahari saja masih nyenyak tidur. Beristirahatlah, aku tau jika kamu sangat lelah. Bukan hanya tubuhmu, mentalmu juga sudah sangat lelah."

Dinda mengangguk sembari memeluk tuan Arjun. Sesenggukan menahan tangisnya di sana.

Tuan Arjun hanya bisa diam membiarkan diam-diam menangis.

Walaupun terlihat diam, tapi percayalah. Tuan Arjun Saputra juga sangat sedih sekaligus marah.

Hampir dua jam mereka berada di posisi itu. Tangisan Dinda sudah mereda, yang ada ia mungkin sudah terlelap saking lelahnya menangis.

Tuan Arjun membetulkan posisi Dinda tidur. Menyelimuti tubuhnya kemudian mengecup keningnya.

Pergi ke perpustakaan pribadinya, tuan Arjun Saputra bermaksud menenangkan pikirannya.

Namun yang terjadi justru malah perasaannya semakin tidak karuan.

"Aku akan membunuh semua orang yang telah membuat setan kecilku menangis."

Tuan Arjun tau betul karakter Dinda walau belum genap setahun ia menjadi suaminya.

Senyumnya palsu akhir-akhir ini. Tawanya hanya untuk menutupi kesedihannya. Candanya hanya untuk menyembunyikan rasa sakitnya. Ia bersikap riang di depan semua orang, tapi di belakangnya dia akan menangis sesenggukan.

Dinda tidak ada di jati dirinya yang asli. Semua itu palsu dan hanya tuan Arjun yang tau.

Menarik laci meja bacanya, tuan Arjun tersenyum menyeringai. Mengambil dua pucuk senjata. Itu adalah pistol jenis S&W 500M, bisa dibilang pistol sejenis itu adalah salah satu pistol yang paling mematikan.

Tuan Arjun Saputra mengelap dua pistolnya sembari mengisi penuh peluru di dalamnya. Menatap tajam lurus ke depan "Sudah lama aku tidak pergi berburu."

Ia beranjak pergi dari perpustakaan pribadinya saat matahari belum sepenuhnya menyingsing.

Dengan langkah penuh dendam, ia akan pergi menaklukan para musuh-musuhnya.

"Aku minta tolong pada kalian. Pastikan dia baik-baik saja selama aku pergi." kata tuan Arjun pada pengawal yang berjaga di depan paviliunnya.

"Dan kamu, tolong hibur dia selepas ia bangun. Jika dia bertanya dimana aku jawab saja aku perlu menyelesaikan pekerjaanku di luar."

"Baik tuan." Daniar langsung mengangguk mengerti dengan apa yang di perintahkan padanya.

Tuan Arjun pergi degan di ikuti Rendi dan beberapa pengawal terbaik.

Berjalan dengan cepat menuju ke mobilnya.

"Arjun!!"

Tuan Arjun menoleh, terlihat Dona yang tengah berlari ke arahnya.

"Ada apa Dona?" tanya tuan Arjun Saputra.

"Kamu mau pergi kemana pagi-pagi buta begini?"

"Kamu tidak melihat, bukankah dari pakaianku susah terlihat. Tentu saja aku ingin pergi ke kantor."

"Iya aku tau, itu hanya basa-basi saja. Ini bawalah bersamamu. Kamu bisa memakannya nanti dijalan." kata Dona sambil memberikan kotak bekal pada tuan Arjun.

"Aku pergi dulu."

"Hati-hati Arjun."

Tuan Arjun Saputra menoleh, kemudian tersenyum pada Dona "Tentu, aku terbiasa menjadi pemenang bukan? Dan tidak ada yang bisa dengan mudah membodohi ku."

Rendi membukakan pintu mobil untuk tuan Arjun. Kemudian menunduk memberi hormat pada Dona sebelum ikut masuk dan duduk di samping tuan Arjun.

Dona melambaikan tangannya saat perlahan mobil yang di tumpangi tuan Arjun Saputra beranjak pergi. Begitu senang saat kotak bekalnya akhirnya di sambut dengan manis oleh tuan Arjun Saputra.

"Akhirnya dia menyambut baik niat baikku. Aku membuatnya dengan penuh cinta Denok."

"Iya nyonya, selamat ya."

Walau baru kotak bekalnya yang di terima, tapi bagi Dona itu adalah sebuah kemajuan dalam hubungan mereka. Usahanya dari malam tidak sia-siakan kali ini.

"Buang ini." kata tuan Arjun Saputra memberikan kotak bekal yang baru saja diberikan oleh Dona.

"Ini di buang tuan?" tanya Rendi.

"Ya buang saja, lagi pula aku tidak butuh makanan itu."

Tanpa berpikir panjang Rendi segera membuangnya lewat jendela. Makanan itu berserakan saat terbanting ke tanah.

"Tidak sudi aku menerima pemberian dari wanita itu."

"Apakah nyonya Dona telah melakukan kesalahan tuan?"

"Aku sudah tau semuanya, dia bertindak di luar batas, Bahkan bukan hanya sekali. Dia juga berniat mencelakai cintaku karena cemburu. Aku juga yakin jika dia lupa alasan mengapa aku menikahinya."

Rendi tidak yakin jika tuan Arjun juga tau perihal siapa yang mengambil dokumen penting itu. Jadi dia tidak membocorkannya hari ini. Yang terpenting adalah tuan Arjun sudah tau jika Dona tidak sebaik kelihatannya.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C62
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión