Descargar la aplicación
20.07% My New Neighbour / Chapter 51: Rencana Karin

Capítulo 51: Rencana Karin

Di apartemenku dan Ryan

Saat itu, aku dan Shina sedang melakukan negosiasi untuk meringankan hukuman Ryan.. hingga akhirnya terbentuk kesepakatan baru, dimana sehari Shina menginap di apartemen kami sebanding dengan 4 bulan pengurangan masa kontrak Ryan. Shina juga meminta padaku agar pertukaran tersebut diadakan mulai nanti malam, dan dia akan menginap denganku disini. Namun, belum sempat aku menyetujui usulannya itu, tiba-tiba Ryan datang dan berkata

"Sayang.. selingkuhan kamu datang tuh.." ucap Ryan

"Selingkuhan??" Shina terlihat bingung sambil mengulangi kata tersebut

"Karin..!" ucapku senang sambil memeluknya yang tiba-tiba muncul dibalik Ryan

Karin yang terkejut melihat Shina bisa ada diapartemen kami bersama denganku, kemudian berkomentar

"Ternyata.. gak cuma suami sama mantan lw doang yang bisa akur, tapi lw juga Len.. sama mantannya Ryan atau.. istri dari mantan lw dulu Aris." ledek Karin

"Gw gak habis pikir, dengan hidup tetanggaan kayak gini.. kalian berempat bisa jadi terlihat harmonis ya? Hahahaa.. Salut gw.. Salut.." lanjut Karin

"Dia siapa?" tanya Shina padaku

Tanpa menunggu aku memperkenalkannya, Karin pun langsung menjawab Shina dengan berkata

"Karin.. Selingkuhannya Lena. Dulu sempet jadi orang ketiga, waktu Lena pacaran sama Aris, tapi.. begitu Lena nikah sama Ryan, gw juga naik pangkat jadi selirnya" ucap Karin tersenyum sambil mengajak Shina berjabat tangan

Saat itu, Ryan yang mendengar ucapan Karin pun ikut tersenyum. Kemudian, dia memilih meninggalkan ruangan itu untuk pergi mandi dan bersiap kekantor. Sementara Aris, dia masih berdiri menunggu Shina didepan pintu luar unit kami (tidak masuk kedalam), karena Ryan tidak memperkenankannya. Alasan sebenarnya adalah karena Ryan dan Aris tidak ingin mengganggu Karin yang saat itu sedang menjalankan aksinya terhadap Shina.

Setelah perkenalan dengan Karin, Shina kemudian mengambil kopornya itu dan hendak membawanya keluar dari unit kami.. Hingga beberapa saat setelah dia berjalan, langkahnya terhenti seketika, saat mendengar Karin berkata

"Len, katanya si Jessy itu tinggal di apartemen sini juga ya? Kok bisa sih.. Maksud gw, apa sampe sekarang tu anak belum berhenti juga buat usaha dapetin Aris. Gila juga tu orang.." ucap Karin yang sengaja agak sedikit mengeraskan suaranya untuk memancing Shina

Shina yang sudah terpancing dengan situasi saat itu, kemudian dengan segera kedepan.. menyuruh Aris untuk menaruh kopernya itu dan kembali ke unitnya, sedangkan dia kemudian masuk kembali ke unit kami dan langsung duduk disamping Karin.

"Kau kenal Jessy?" tanya Shina tiba-tiba pada Karin setelah dia duduk

"Bukan hanya kenal, tapi dulu Karin juga sempat jadi rivalnya.." aku menambahkan

Shina yang terkejut mendengar penjelasan dariku, kemudian kembali bertanya

"Jadi kau dulu juga sempat naksir Aris?" tanya Shina penasaran

"Aris?? Hahahaa.." respon Karin geli saat mendengar Shina menanyakan hal tersebut

"Karin itu gak doyan produk lokal Shina, dia mah doyannya bule.." aku menjawab

"Ihh.. Siapa bilang. Buktinya gw masih setia mendampingi lw sampai detik ini kan Len?" jawab Karin

Tanpa mempedulikan omongan kami, Shina lanjut bertanya

"Terus.. maksudnya rival?"

"Iya, dulu pacarnya Karin sempet selingkuh sama Jessy." aku menceritakan

"Bukan selingkuh, tapi emang Jessynya aja tuh yang nikung. Udah tahu Alex lagi sama gw, main sok deket-deket.." jawab Karin

"Gw peringatin sama lw ya.. Jaga baik-baik suami lw itu. Jangan sampai ditikung juga sama Jessy.." Karin memperingatkan Shina

"Aris gak tertarik sama Jessy. Mereka itu akrab karena temenan.." aku membalas Karin

"Gak tertarik.. tapi kalau dideketin terus kan bisa aja Len. Kucing mana yang mau nolak kalau dikasih ikan gratis didepan matanya? Gitu-gitu kan Aris juga cowok.. Apalagi model kayak Jessy" balas Karin

"Loh, bukannya kemarin lw bilang kalau Aris itu gak normal karna dia nolak Jessy.. Kok tiba-tiba lw bisa bilang gini sekarang, Rin?" tanyaku heran pada Karin

"Dulu itu dia kan masih polos Len, gak ngerti apa-apa. Selain lw, urusan organisasi, kerjaan, sama kampus, gak ada lagi yang menarik minatnya. Tapi sekarang, dia aja bisa nikah sama artis terkenal dan cantik, gak menutup kemungkinan dia juga bisa tertarik sama Jessy. Apalagi sekantor.. seapartemen.. Peluangnya lebih gede kan.." Karin menjelaskan

Shina yang mendengar ucapan Karin pun dibuatnya cemburu.. Kemudian,

"Kok bisa ya mereka sekantor? Sebenarnya kemarin, pengen gw tanyain ke Aris.. tapi belum sempat" respon Shina yang sudah mulai merasa nyaman ngobrol dengan kami, sehingga mengganti kata ganti dirinya menjadi gw.

"Iya Rin. Lw tau darimana kalau mereka sekantor. Gw aja baru tau waktu Jessy datang kemarin dan bilang kayak gitu.." jawabku

"Ohh itu.. Gw denger info dari temen gw yg sejurusan juga ma dia. Dia bilang kayak gitu. Hehehee.." Karin berbohong. Sebenarnya dia tahu info itu langsung dari Aris tadi

"Temen lw yang mana? Berarti sejurusan juga dong sama Aris n' Jessy" tanyaku penasaran

"Lw gak kenal Bu ma temen gw yang ini.." balas Karin

"Apa temen lw itu sekantor juga sama mereka sekarang?" tanya Shina penasaran

Saat Shina menanyakan hal tersebut pada Karin, tiba-tiba Karin terpikirkan satu ide.. sehingga kemudian dia menjawab pertanyaan Shina dengan

"Iya.. dia sekantor ma mereka. Nanti, gw tanyain dia ya kalau lw penasaran.." jawab Karin

"Boleh gw minta nomor temen lw itu Karin? Kalau ada apa-apa sama Aris, gw bisa hubungi dia" pinta Shina

"Iya, nanti gw minta ijin ke dia dulu.. Gak enak soalnya kalau langsung ngasih nomornya ke lw" jawab Karin

"Kalau gitu kita tukeran nomor.." ajak Shina pada Karin

Dan mereka pun bertukar nomor. Kemudian tak lama dari itu, Karin mengajakku ke Mall untuk refreshing, melakukan perawatan bersama di salon. Dia merasa suntuk dirumah sendirian, karena sampai saat ini suaminya masih berada diluar negeri. Tanpa berpikir panjang, aku pun langsung menerima ajakannya itu, dan kami pun turut mengajak Shina. Shina yang kebetulan saat itu ingin menghindari Aris, kemudian mengiyakan ajakan dari kami. Dan dia pun pergi ke unitnya untuk mandi dan bersiap-siap.

Di apartemen Aris dan juga Shina

"Hari ini aku akan pergi bersama Lena dan juga Karin untuk melakukan perawatan bersama disalon.. Dan ada kemungkinan aku tidak akan menginap disini malam ini tapi disebelah.." ucap Shina pada Aris yang saat itu sedang menyiapkan sarapan didapur

Saat itu Aris diam tidak merespon. Hingga ketika Shina akan beranjak pergi dari tempatnya, kemudian dia berkata

"Shina mengenai yang kemarin.. kejadian saat kita berdua di kursi, aku minta maaf.. Maaf kalau gara-gara perbuatanku itu, jadi membuatmu merasa tidak nyaman.. Aku melakukannya karena terbawa suasana saat itu. Dan.. karena kita sekarang sudah tinggal bersama, maka kedepannya aku akan lebih berhati-hati.. agar hal seperti itu tidak terulang lagi. Atau kalau kau mau, kau bisa melupakannya. Anggap saja itu tidak pernah terjadi.." ucap Aris yang membuat Shina merasa sedih

Shina yang ingin menyembunyikan ekspresi kesedihannya tersebut kemudian memberi respon,

"Melupakan katamu? Bahkan ciuman itu saja tidak bisa dianggap sungguh-sungguh.. Ryan bisa melakukannya jauh lebih baik dari itu, atau.. semua lawan mainku juga di beberapa film. Jadi kau tidak perlu merasa risau atau tidak enak padaku Aris. Aku hanya menganggap itu sebagai kecupan biasa, sama halnya seperti yang aku lakukan padamu ketika direstoran bersama Jessy waktu itu.. tidak berarti apa-apa.." dan Shina pun pergi berlalu meninggalkan dapur dengan wajah serius sambil menutupi ekspresi kesedihannya.

Sementara Aris, dia merasa menyesal telah mengucapkan kata-kata itu. Dia mengira kalau perbuatan yang dilakukannya dengan mencium Shina  kemarin telah membuat Shina malu dan merasa enggan untuk berada didekatnya, sehingga Shina memutuskan untuk menginap di unit Ryan dan Lena malam ini. Akan tetapi, ternyata prediksinya salah. Kini yang ada, hubungannya dan Shina kembali mendingin seperti dulu saat pertama kali Shina pindah ke apartemen ini..

Dimeja makan, Shina sudah bisa mengatur ekspresi wajahnya menjadi biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

"Rani, aku, Tante Lena dan temannya akan ke Mall hari ini. Kita akan melakukan perawatan bersama di salon. Kau mau ikut? Semenjak pindah disini kau kan belum pernah pergi keluar.. Bagaimana kalau kita keluar bersama hari ini?" ajak Shina pada putrinya

"Ayah.. Bolehkah aku ikut?" tanya Rani pada Aris

"Tentu saja Sayang. Menurut Ayah lebih baik kau pergi saja dengan Mamimu ini. Kau bisa sekalian refreshing.." jawab Aris

"Seandainya saja Ayah juga bisa pergi.. pasti akan lebih menyenangkan" keluh Rani

"Ayah tidak bisa Sayang.. Ayah harus ke kantor, ada proyek baru pembangunan apartemen di kawasan Tangerang sana. Sebagai ketua tim Ayah harus hadir dan menyelesaikan pekerjaan ini. Rani tidak mau kan Ayah menjadi orang yang tidak bertanggung jawab?" jawab Aris yang dibalas dengan ekspresi cemberut dari Rani

"Bagaimana kalau weekend, sabtu atau minggu nanti Ayah akan mengajakmu ke Dufan?" Aris menawarkan

"Iya mau.." jawab Rani antusias

"Kalau hari sabtu atau minggu, apa Mami bisa pergi juga ke dufan dengan kami? Rani ingin kita bertiga melakukan rekreasi bersama" ajak Rani

"Maaf Sayang Mami tidak bisa.. Mami tidak bisa keluar dengan Ayahmu karena suatu hal.. Waktu itu ada video yang menunjukkan kebersamaan kami ketika direstoran.. untuk menghindari gosip buruk dan skandal, terutama yang dapat mencemarkan nama baik Ayahmu itu, Mami tidak bisa melakukannya.." jawab Shina

"Sebenarnya aku tidak keberatan.. Lagipula kita ini kan juga pasangan walaupun hanya sebatas pernikahan kontrak.." Aris tiba-tiba berkomentar

Tanpa mempedulikan perkataan Aris, Shina menelpon Lucy.

"Lucy..! Carikan aku artis pria, terserah mau pendatang baru atau siapapun.. yang memiliki postur yang sama dengan pria yang ada di videoku itu. Aku ingin bagaimana pun caranya, kau buat lah skandal hubunganku dengan pria itu.. "

"Iya.. tidak masalah berapapun bayarannya.. Katakan pada media nanti bahwa aku telah menjalin hubungan dengannya.."

"Iya.. seperti biasa kau mengatur gosip tentangku itu.. Ok baiklah"

"Apa..? Pak Sutradara??"

"Siapa lawan mainnya kau bilang.."

"Roy?.. Maksudmu Roy Saputra si Brengsek itu??" ucap Shina meninggikan suaranya karena terkejut mendapat lawan main si Roy

Seketika itu, Aris pun mengarahkan pandangannya ke arah Shina. Shina yang saat itu bertemu mata dengan Aris kemudian sesegera mungkin memalingkan wajahnya.

"Iya tidak masalah.. Nanti aku pertimbangkan.."

"Apa menurutmu Roy itu cocok?"

"Aku ada kontaknya. Nanti aku sendiri yang akan menghubunginya.."

"Tidak masalah.. Kau tidak perlu khawatir tentang masalah itu Lucy, lagipula aku kan sekarang tidak bersama dengan Ryan.. Tidak akan ada yang cemburu juga nanti ketika aku melakukan ciuman atau berbagai adegan intim lainnya."

"Kau tidak perlu khawatir.. Aku akan menangani Roy dengan baik. Dia tidak akan bisa melakukan apapun padaku.."

"Iya, terima kasih Lucy.."

Dan Shina mengakhiri panggilannya.

Kemudian,

"Roy itu siapa?" tanya Aris penasaran

"Salah satu artis terkenal dengan sejuta masalah dan skandalnya.. Dia salah satu dari ribuan pria brengsek yang aku kenal cukup dekat di industri entertainment ini." jawab Shina

"Tapi.. Sebrengsek-brengseknya Roy dia tidak semenyebalkan seperti pria bodoh yang aku kenal itu." lanjut Shina

"Maksudmu aku menyebalkan?" tanya Aris kemudian

"Ohh.. Kau merasa tersindir?" tanya Shina

"Kau kan biasanya mengataiku dengan pria bodoh." jawab Aris

Tanpa menjawab Aris, Shina pun memilih bangkit dan pergi dengan ekspresi dinginnya itu.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C51
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión