Bab Delapan.
Siang itu Darmo mengendarai sepedamotor sangat kencang,dari kampung Setengah menuju kampung Wates.Ia seperti sedang tergesa-gesa.Setibanya ia di kampung Wates ia berhenti di depan Alfa,sesaat ia menengok ke kiri dan ke kanan seperti ada yang sedang ia cari.Seharusnya Asih sudah datang menunggu saya di sini,ujar Darmo dalam hati.Atau dia sudah datang,karena aku terlambat dia tidak mau menunggu ?Darmo sedikit kecewa.Dadanya berdebar - debar karena pikirannya tidak karuan memikirkan Asih.Lalu Darmo memutuskan untuk menunggu Asih sampai satu jam lagi lamanya, ia memarkirkan motor setelah itu duduk di emperan alfa.
Bintang Darmo sedang terang.Hatinya gembira melihat Asih datang,badan Asih yang gempal mengenakan kaos berwarna kuning dan celana panjang ketat.Wanita di Kampung sudah banyak berpakaian seperti itu akan tetapi bagi Darmo hanya Asih yang sedap dipandang.Dengan lenggang lenggok gaya manis Asih menghapiri Darmo.
" Sudah lama menunggu,Kang Darmo ? ", tanya Asih.Lalu katanya lagi," Maaf saya terlambat datang ".
Darmo hanya tersenyum.
" Tadi Asih mengantar ibu dulu ke rumah Kang Sana mencari informasi keberadaan Kang Herman.Teteh Halimun tadi malam menelpon,dia marah-marah mendengar Kang Herman tidak tinggal di kampung Setengah ".
Darmo berdiri kemudian melangkah menuju motornya,Asih berjalan mengikuti disamping." Kata kang Sana apa ? ", tanya Darmo.
" Kang Sana tidak ada di rumah,ia sedang ngojeg bawa penumpang ke kota Subang ",sahut Asih tidak begitu gembira. " Apakah kang Darmo tahu berada dimana Kang Herman ? ".
Darmo menggelengkan kepala.
" Sekarang kita mau pergi kemana,Kang ? "
" Terserah Asih mau kemana.Bagi kang Darmo yang penting hari ini bisa bertemu dengan Asih " Darmo mulai merayu.
Asih merenung sejenak. " Bagaimana kalau kita mencari kang Herman ke rumahnya di Kotasari ? ".
Darmo segera naik motornya dan menyelag.Sebentar saja suara motor terdengar.Asih duduk di jok belakang sambil memegang erat pinggang Darmo.Tak lama kemudian motor melaju menuju desa Kotasari melewati Pamanukan.
Dua orang penduduk kampung Setengah yang sedang jalan-jalan di Pamanukan terkejut melihat Darmo berboncengan dengan Asih.Mereka menunjuk-nunjuk sambil memperolok.Asih melihat mereka ia jadi tersipu malu menyembunyikan muka ke punggung Darmo.
" Ada apa ? " tanya Darmo,ia merasa ada sesuatu yang membuat geli di punggung.
" Mang Jahara dan Mang Darwin melihat kita ", jawab Asih.Hatinya gelisah.
" Jangan hiraukan mereka ",kata Darmo tanpa beban.Tapi Asih sungguh merasa malu dan takut.Mang Jahara dan Mang Darwin bisa mengadukan kepada Suryan dan Rumi melihat Asih berboncengan dengan Darmo.Asih menepak nepak pundak Darmo meminta agar lebih cepat menjalankan motornya.Tetapi sayang sekali baru beberapa meter motor meluncur cepat ia terjegat macet ,Asih melirik ke belakang dilihatnya Mang Jahara dan Mang Darwin sedang mengacung -acungkan tangan.Seperti menakut-nakuti.Dan hati Asih menjadi tidak nyaman.
Darmo dan Asih telah sampai di kampung Kotasari,memasuki jalan yang menuju rumah Herman.
Dari jauh Asih melihat sebuah mobil berwarna merah sedang berhenti di muka rumah Herman.Asih mengira ada Herman di dalam mobil itu,karena perkiraannya itu maka hatinya senang.Bagaimana pun caranya Asih bertekad untuk bisa membawa Herman ke kampung setengah.Namun setelah tiba di depan rumah milik Herman hati Asih sangat kecewa karena ternyata pria yang dilihatnya bukan Herman.Pria itu mengetuk -ketuk pintu seraya memanggil nama Herman.
Asih turun dari motor dan langsung menyapa ", pemilik rumahnya ada tidak ,pak ? ". Yang disapa kelihatan sedang kecewa.
" Bapak ini siapa ? " tanya Asih.
Yang ditanya kelihatan ragu ragu akan menjawab.
" Saya Asih adik ipar kang Herman.Saya juga sedang mencarinya,saya kira kang Herman ada di rumahnya ", ujar Asih perlahan , ada keluhan dalam hatinya.
Orang itu kemudian bicara.Sudah lama mencari Herman,setiap mampir ke rumahnya selalu tidak ada.Sesudah itu ia menuju mobil dan pergi.
Asih seperti sedang bingung,melihat orang tadi sudah pergi.Ia mencoba mengetuk-ketuk pintu seraya memanggil-manggil Herman.Tak ada jawaban.Darmo memarkirkan motor sesudah itu menghapiri Asih,mengintip dari kaca jendela.Asih mengetuk pintu untuk kesekian kali , sampai seorang tetangga keluar dari rumahnya dan berkata : " Kang Herman tidak ada,sudah hampir satu bulan rumah ini kelihatan kosong.Neng dari mana ?".Asih menengok ke arah tetangga itu,kemudian mengajak Darmo menghampiri.Tetangga itu berkata lagi," Saya dengar Kang Herman punya istri orang kampung Setengah,apakah Neng sudah mencari ke sana ? ".
" Saya adik ipar nya,Bu.Kang Herman sudah dua minggu tidak pulang,saya pikir ia ada di sini ",sahut Asih.
Tetangga itu menatap Asih sambil manggut-manggut.Ia kagum melihat Asih wanita kampung dandanannya bagaikan wanita kota.Asih merasa risih diperhatikan begitu rupa lalu segera mengajak Darmo pergi.
" Kemana kita sekarang ? ",tanya Darmo setelah mengambil motor.
" Terserah kang Darmo ", jawab Asih,hatinya masih dirundung kecewa karena tidak menemukan Herman.
" Bagaimana kalau kita makan ikan bakar di Pondokbali ? ",tanya Darmo.
" Terserah Kang Darmo, tapi pulangnya jangan terlalu malam ",sahut Asih.
" Kalau kita pulang malam memangnya kenapa ? ".
" Nanti orang mengira kita habis berbuat mesum ".
" Lho kenapa punya pikiran seperti itu ?"
Asih terdiam,sekejap ia sudah duduk di jok belakang Darmo.
" Kalau tidak mau ke Pondokbali, kita ke penginapan saja ya ?",kata Darmo menggoda.
" Idihhh ! Amit amit ! ", seru Asih sambil mencubit pinggang Darmo.
Darmo segera menjalankan motornya.
Hati Darmo senang bukan kepalang.Ia menjalankan motornya pergi mencari tempat nyaman untuk bercengkrama,yang dibonceng memeluk erat panggang Darmo dan hatinya gembira.Sementara pikirannya mengingat-ingat tempat aman untuk ngobrol berdua.
Banyak tempat yang sudah ia kunjungi,tetapi tempat tempat itu tidak cocok untuk isi kantong.Ia memang menikmati nyamannya tempat itu namun harga makana disana terlalu mahal.Akhirnya Darmo memilih tempat penjual baksa di daerah Rancabogo Pagaden.Baksourat.
Setelah memesan dua porsi bakso,Darmo dan Asih duduk berhadapan.Waktu makan bakso Darmo tak pernah merasa bosan memandang Asih.Ketika melihat wajah Asih berkeringat menahan rasa pedas Darmo dengan tenang mengambil saputangan dan memberikan kepada Asih.
Saputangan warna coklatmuda wangi farvum itu oleh Asih digunakan untuk mengelap hidung.Karena wangi farvumnya,Asih juga mencium saputangan dengan penuh keharuman.
" Simpanlah saputangan itu sebagai tanda kita sudah bersama ",kata Darmo menatap Asih.
" Terima kasih ", sahut Asih sambil tertunduk,tatapan mata Darmo terasa menusuk-nusuk kalbunya.
Saat Darmo membayar bakso,Asih minta dibelikan lagi bakso empat porsi,dibungkus plastik.Buat oleh oleh dibagikan ke orang rumah.Barangkali inilah ciri khas bila kencan di luar dengan wanita kampung Setengah pulangnya harus membawa buahtangan untuk kedua orang tua.Buat Darmo hal hal seperti itu tidak menjadi masalah,apabila orangtuanya minta dibelikan rokok kegemarannya juga ia tetap bersedia demi kelancaran merajut benang cinta.