Bab Tujuh.
Kota Jakarta malam hari terlihat sangat indah,menyenangkan bagi mereka yang suka dengan kehidupan malam.Heri tergoda lalu ia meminta Herman berkeliling terlebih dahulu sebelum mencari tempat menginap.Heri ingin melihat Monas,sudah lama hatinya penasaran ingin melihat Monumen Nasional.Ia bercerita setiap ke Jakarta ingin melihat Monas namun selalu gagal di tengah perjalanan.Kali pertama ia terjebak macet karena ada kegiatan kelompok orang sedang demontrasi di sepanjang jalan Medanmerdeka Selatan.Dan kali kedua nya semua jalan melewati Monas ditutup,karena area Monas sedang ada kegiatan perkumpulan perkumpulan orang berdemontrasi.
" Dari Mentengdalam ke Monas,kamu harus tahu jalan terdekat ",kata Herman."Di Jakarta jika tidak tahu jalan bisa kesasar ".
Heri menghentikan mobilnya,dalam beberapa meter lagi di depan ia akan menemui jalan Dr.Saharjo.Kebingungan untuk ambil arah jalan.Belok ke kanan,ambil arah ke Pancoran lalu masuk jalan Gatotsubrota,lurus menuju jalan Jendral Sudirman,kemudian putar arah ke Bendunganhilir,lurus menuju Jalan Moch.Tamrin sampai jalan Medanmerdeka barat.Atau ia mengambil arah kiri,ke arah Manggarai dan selanjutnya tidak tahu jalan menuju Monas.Kemudian setelah beberapa menit berpikir Heri memutuskan mengambil arah kanan menuju Pancoran.Herman heran.
" Mau kemana,Heri ? " tanya Herman.
" Kita ke Monas ", jawab Heri.
" Jangan ke Pancoran,terlalu jauh.Ambil arah Manggarai...nanti masuk jalan Gunungagung,belok ke kanan ke arah Menteng...lurus tembus bunderan Tugutani..masuk jalan Kebonsirih..", kata Herman.
" Kamu penunjuk jalan ya ? ",ujar Heri. " Supaya saya menyetir tidak kagok ". Kemudian menjalankan mobil tanpa ragu-ragu lagi.
Tugu Monumen Nasional,kelihatan sangat megah dan kokoh.
Heri mengatakan hatinya sangat senang setelah melihat tugu Monas dari dekat. " Kalau punya uang dan ada waktu ia ingin jalan-jalan keliling kota Jakarta ", katanya dalam hati.
Di sebuah Hotel di kawasan Pulogadung Herman dan Heri bermalam.Saat Heri masih pulas tidur Herman pergi naik taxi menuju kantor Maiwirman.Saat itu jam baru menunjukan pukul delapan lewat tapi jalan jalan sudah ramai.Tiba di kantor Maiwirman sekitar pukul sembilan,tapi Maiwirman belum datang.Herman menunggu di ruang tamu beberapa saat,lalu seorang karyawan datang menyapa." Pak Herman ? ".
" Benar, saya Herman ", sahut Herman.
" Pak Mai baru saja menelpon saya,dia bilang pak Herman harus menunggu.Dia sedang di kantor pajak ".
Herman manggut-manggut.
" Sebelum pak Mai menelpon , ibu Astuti juga menelpon menyakan pak Herman apakah sudah datang ", karyawan itu berkata lagi.Setelah itu ia mengajak Herman untuk masuk ke ruangan kerja Maiwirman.
Ruangan kerja Maiwirman cukup luas,selain mejakerja dan kursi ada juga meja dan kursi tamu.Herman mengamati suasana ruangan itu,setelah itu dia menengok kepada karyawan ramah itu." Nama Bung ,siapa ? " tanya Herman.
" Budiman,Pak ",
" Sudah lama kerja di PT.Rejeki ? ".
" Sudah pak..saya kerja hampir 10 tahun ".ujar Budiman.Menghadapi Herman banyak bertanya perasaannya jadi takut." Maaf pak,saya tinggal.Saya harus kembali ke ruang kerja ",katanya lagi,setelah itu ia buru-buru pergi.
Jam 11.00 WIB Maiwirman datang.Ia nampak gembira melihat Herman menunggu di ruangan kerja." Begini lah suasana kantor saya ",ujar Maiwirman setelah menanyakan Heri kawan Herman.
" Kantor kamu bagus, Mai ", sahut Heri, memuji.Tapi yang dipuji biasa saja.
" Bulan depan PT.Rejeki akan membuat produk baru.Saya masih masih bingung mencari orang untuk jadi direktur pemasarannya.Beberapa hari kemarin Astuti meminta saya agar menarik kamu untuk bekerja di PT.Rejeki... ". ujar Maiwirman.
Herman sedikit terkejut.Dia merasa ada kejanggalan,sepertinya Maiwirman patuh terhadap Astuti,seperti ada sesuatu diantara Astuti dengan Maiwirman.Lalu dia berusaha ingin mengetahui lebih jauh soal kedua kawannya itu." Kamu akan mengikuti keinginan Astuti ? ". tanya Herman.
" Semua saran dan keinginan Astuti selalu saya ikuti ",jawab Maiwirman,ia seperti sedang memperlihatkan sebuah loyalitas.
" Saran saya sih kamu jangan mengikuti apa kemauan Astuti...sebelum terlambat..kasihan istri dan anak-anak kamu.. ", ujar Heri semangat memberi nasehat.
Maiwirman tercengang ! " Stop stop.Kamu jangan bicara dulu sebelum saya bicara banyak ". seru Maiwirman." Parah kamu,Herman ".Kemudian ia bercerita.Saham terbesar PT.Rejeki dimiliki oleh Astuti. " Dia sebagai komisaris PT ", kata Maiwirman." Saham milik saya kecil,hanya 30% saja. Saya memenej PT.Rejeki dengan selalu berkoordinasi dengan Astuti ".
Ops ! Herman tertawa dalam hati,menyadari kata-kata yang dia lontarkan tadi tidak sinkron..Buat pelajaran,jangan pernah menimpali atau berlagak mengerti dari mendengar setengah perkataan orang.
" Kamu menjadi orang yang beruntung,Herman...", ujar Maiwirman.Tak lama kemudian ia bercerita bagaimana perasaan Astuti sampai sekarang terhadap Herman." Jangan kamu sakiti hati Astuti,Herman ",ujarnya lagi seperti sebuah permintaan." Hanya kepada saya dia mau menceritakan soal perasaannya yang sepi.Dari luar Astuti nampak tegar,namun sesungguhnya dia bagaikan sekuntum bunga layu ".
" Tapi bagaimana dengan pacarnya yang dulu ?", tanya Herman,dia mengenang pengalamannya dulu yang pahit,yang selalu disimpannya agar tak seorang kawan pun.
tahu.
" Pacar Astuti yang mana ? ", Maiwirman langsung bertanya,ia jadi penasaran." Sejak dahulu kamu memang hebat soal berkarya,sampai sekolah kita terkenal di seluruh Jakarta.Tetapi kamu tidak bisa membaca hati seorang Astuti...".
" Dengar kata kata saya dulu,Mai ", Herman menyela.Dia merasa ucapan Maiwirman menyudutkan.Ini pendapat sepihak gerah saya mendengarnya,kata hatinya.Kemudian dia utarakan,biar Maiwirman tahu,biar nanti Maiwirman bercerita kepada Astuti.
Sebuah malam minggu yang membuat hatinya sakit,malam minggu yang membuat lidahnya jadi kelu,malam minggu yang membuat langkahnya gontai seperti orang mabuk alkohol.Dari semua pengalaman itu dia merasakan seluruhnya gelap.Melihat Astuti bercengkrama dengan lelaki di teras rumah." Jam 19.00 WIB, tanggal 1 April.... catatan sakit hati di kehidupan saya ", ujar Herman lirih.
Tiba tiba Maiwirman tertawa terbahak-bahak.Ia mengaku sebagai pria yang berada di teras rumah Astuti itu.
Herman menilai pengakuan Maiwirman sebagai upaya penghiburan , maka dia belum percaya." Kamu jangan menghibur saya "'.Kemudian Maiwirman berusaha menjelaskan,katanya sambil mengenangkan suasana yang sudah lampau itu.Maksudnya waktu itu ingin mengetahui siapa pacar atau pria yang menyukai Astuti.Ia dengan sengaja berdandan untuk tidak dikenali oleh kawan,datang ke rumah Astuti.Diajaknya Astuti bersendagurau dengan cerita-cerita lucu.Maksudnya bila pacar Astuti datang melihatnya cemburu.Maiwirman merasa sudah kehabisan bahan cerita namun belum juga ada pria yang datang,lalu ia cepat cepat pulang.
Herman membelalakan mata,dia percaya cerita Maiwirman.Dan dalam sekejap kawannya itu berkata menyampaikan penyesalan." Seandainya saya tahu kamu ada datang cuma berdiri di luar pagar,saya akan memanggil kamu ".
Sekarang semuanya sudah terungkap,Herman merasa telah cemburu yang berlebihan.Semuanya sudah jelas.Dia harus maju bersama pekerjaannya menyegarkan hati Astuti yang sudah lama layu.