Aeychan diam sejenak " Karena aku tidak tau keberadaan nya"
" Bohong... , kau sudah mengetahui nya kan.. jika di hati nya .. posisi mu hanya sebagai adik nya saja. Dan kau juga tau kan kalau sebagian besar sifat mu mirip dengan adik nya"
" CUKUP!!! , aku tidak perlu ceramah dari mu."
" Jujurlah pada diri mu sendiri, jujur lah pada Albert jika memang kau mencintai nya, tapi tanyakan diri mu sendiri apakah kau benar mencintai nya... atau kau hanya terobsesi pada diri nya, takut tidak ada lagi yang menyayangi mu.., berhenti lah sok kuat Aeychan"
Aeychan tertegun dengan kata-kata Maurer , yang masih menatap dan melihat setiap ekspresi yang di keluarkan oleh Aeychan. Entahlah... kata-kata nya membuat diri nya sendiri jadi bimbang.
" Nah.. ayo kita jalan." Maurer mengandeng tangan Aeychan dengan lembut sambil tersenyum lembut " Itu hanya nasihat dari ku, hati-hati di depan mu tangga" Maurer membuka pintu ruang bawah tanah yang sudah sangat berdebu dan tak terurus, dengan gentle nya Maurer berjalan di depan Aeychan sambil memegang tangan Aeychan , dan menyenteri setiap anak tangga yang di pijak Aeychan, menuntun nya dengan kehangatan di setiap anak tangga.
" Tunggu lah di sini, di dalam sangat kotor, mungkin juga banyak hewan-hewan aneh di dalam nya"
" Aku tidak takut" Aeychan memang tidak takut pada binatang buas, karena kebuasan nya bisa di sama artikan oleh beberapa orang sebagai kebuasan binatang , ia berjalan menusuri ruangan tersebut dengan santai nya dan memperhatikan setiap isi yang berada di dalam nya, semua barang-barang bekas yang sudah tua dan usang
" Ketemu " Teriak Aeychan, Maurer segera kearah nya sambil sekali-kali menyibak kan sarang laba-laba yang menutupi jalan nya
" Hm... aku harap ini masih bisa berfungsi " Maurer mengelap debu-debu yang ada di atas genset dengan sebuah kain, sambil menutupi hidung nya sendiri , debu yang sangat tebal itu berterbangan begitu usapan tangan Maurer menyentuh nya
"Uhuk... uhuk" Aeychan menutup hidung nya begitu debu itu terhirup oleh nya , namun batuk nya tak kunjung berhenti
" Kau kenapa?" Maurer menatap nya, sambil menyinari wajah Aeychan , mencari jawaban yang ia tanyakan dari raut wajah Aeychan.
" Tidak apa-apa, aku hanya terhirup debu saja"
Maurer mendekat kearah Aeychan, sangat dekat hingga tidak ada lagi jarak di antara kedua nya, Maurer memiringkan kepala nya sambil memperhatikan wajah Aeychan di remang-remang ke gelapan, ia menurunkan cahaya di tangan nya ke lantai ruangan, terlalu menyilaukan jika kau menyorotkan cahaya itu ke seseorang
" Kau mau apa?" Tanya Aeychan yang masih diam di tempat dan masih menutupi mulut dan hidung nya dengan sebelah tangan
" Tunggu.. jangan bergerak" Maurer menarik tangan Aeychan yang menutupi wajah nya , tangan nya bergerak memegangi wajah Aeychan, mengusap nya lembut, ia menatap pupil mata Aeychan membesar dan sedikit bergetar. Menangkap gerakan mata tersebut membuat Maurer tersenyum lebar, menampakan deretan gigi nya yang rapi dan putih, tangan nya kembali bergerak ke atas kepala Aeychan, mengusap rambut nya lembut hingga menjalar ke wajah nya
" Tunggu.. kau mau apa?" Aeychan langsung menarik tangan Maurer dari wajah nya " Jangan seenak nya menyentuh diri ku, atau aku patah kan tangan mu"
" Menurut mu, aku mau apa? " Makin mendekatkan tubuhnya kearah Aeychan, sehingga tidak ada lagi jarak yang benar-benar tersisa untuk mereka, tubuh mereka saling menyentuh, dan bibir mereka akan bersentuhan jika mereka saling tatap, Aeychan memutar kan kepala nya kearah kiri, sebenar nya ia dapat melangkah mundur dan menjauh dari Maurer, tapi ia mengurungkan niat nya, ia tidak ingin terlihat ketakutan di depan siapapun, karena itu dia tetap berdiri kokoh di tempat nya, jika Maurer berani berbuat macam-macam, ia sudah siap memukul nya dengan senter yang ia pegang erat dari tadi.
" Apa yang kau pikirkan? " Lanjut Maurer " Aku hanya membersihkan kotoran di wajah dan rambut mu.." Memperlihatkan sarang laba-laba yang ada di kepala Aeychan " Atau mengharapkan lebih"
" Apa maksud mu berharap lebih, sana cepat bereskan.. di sini bau , lembab dan dingin Uhuk.."
" Ah.." Maurer mencoba menghidupkan genset itu berkali-kali dan memanaskan mesin nya, namun tidak hidup sama sekali, Maurer mengelengkan kepala nya dan mengelap keringat nya yang sekali-kali terjatuh dari wajah nya, cuaca yang dingin ini tidak bisa mengalahkan kelelahan yang di akibat mesin sialan itu. Ia mengaruk kepala nya yang tidak gatal sambil memperhatikan semua komponen mesin yang masih tersambung dengan semesti nya, sampai hal yang terakhir yang ia sendiri tidak sadari dari tadi, ia membuka sebuah tutup besi yang berada di atas mesin dan menyinari dengan cahaya , memperhatikan dengan seksama sambil mengoyangkan mesin itu sekali-sekali.
" Gawat... ternyata kita kehabisan bahan bakar untuk menyalakan nya"
" Jadi ... apa yang harus kita lakukan? Jika tidak... kita bisa mati kedinginan atau mati kelaparan" Aeychan mengerutkan kening nya saat memikirkan harus mati muda
" Seperti nya Cuma dua cara itu yang terpikirkan oleh mu untuk mati? Hahahaha , seingat ku paman sering menulang minyak di gudang. Hanya saja kita harus menyebrang di cuaca seperti ini..."
" Kita tidak punya pilihan lain kan? Ayo jalan , sebelum hari semakin gelap" Aeychan memimpin jalan menaiki tangga di ikuti oleh Maurer.
ikut kesemsem sama maurer.... ><