Di balik noda yang tersimpan peti suara...
Mampukah aku mengungkap kata maaf yang terakhir...
Sebelum jasadku membeku dengan dosa yang tak terhapus..
Bahkan bayangan bahang azab kian terasa membakar setiap urat sarafku
Takkan mampu aku melepaskan diri..
Walhal bermimpi syurgawi andai diriku terbelit dosa derhaka...
Wahai sang bidadari...
Mimpi malamku, igaukan suaramu yang ketawa bebas...
Kadang bicaramu jelas di halwa telingaku yang dibuka luas..
Jauh hatiku, membisik untaian kata-kata rindu...
Bahawa tangisku merembes mencemar muka dengan nada sendu...
Membawa hati membujuk perasaan sendiri pada Dia yang SATU...
Terngiang-giang lontaran kata-katamu yang lalu..
Akulah anak derhakamu..
Aku jualah anak yang melukakan hatimu...
Andai ini pesan kata terakhirku...
Inginku khabarkan...bahawa tiap doaku...
Aku korbankan separuh dari kehidupanku untukmu..
Moga..umurmu dipanjangkan dari usia kehidupanku..
Doaku..tiada lagi yang meninggalkan kami seperti suamimu..
Jangan diungkap nyawamu seperti bunga yang hidup seketika...
Walhal..saban waktu...anakmu, mengorbankan separuh kehidupannya untukmu semata..
Anakmu tak minta apa-apa...cuma, dampingilah anak taatmu..
Maafkan anakmu...