Descargar la aplicación
20% Blooming Rose / Chapter 2: Kesempatan Kedua

Capítulo 2: Kesempatan Kedua

Ketika sang ayah membenci dirinya. Dunia pun serasa turut membenci dirinya. Gadis kecil yang masih tak mengerti apa-apa hanya mampu diam. Terkungkung. Terbelenggu. Tersakiti. Oleh ayah yang ia sayangi. Menyedihkan. Di dalam hatinya ia terus berujar..'ini sementara Kinan.. ayah hanya sedang marah, begitu ibu pulang...semua akan baik-baik saja...' Hiburnya dalam hati.

Tidak....sedikitpun ia tidak membenci sang ayah. Tidak....ia juga tak membenci ibunya. Anak berusia 4 tahun...dipaksa keadaan untuk menjadi dewasa. Berangan bahwa semua hanya mimpi buruk sementara. Terus berpikir bahwa semua akan indah pada waktunya...tapi, ternyata dunia tak mendukungnya.

"Kinaaaaan....kemari kau!!" Teriak Rian. Kinan yang ketika itu di dapur sontak berlari terseok ke arah datangnya teriakan itu. Sesampainya di hadapan ayahnya, ia menunduk. "Kinan...mulai sekarang Meriam akan jadi istriku. Melati akan jadi anakku. Kamu harus membantu mereka di rumah ini..kalau tidak...kamu harus pergi dari sini!!" ujarnya, dingin.

"Tapi ayah...ibu...bagaimana dengan ibu??" Tanyanya sendu..sedikit terisak.

"Ibu siapaaa? ibumu??" Tanya Rian. "Ibumu sudah pergi..mungkin dia sudah mati jauh disana. Aku nggak peduli... Nggak penting!" Lanjutnya. Suaranya sedikit bergetar. Mengandung kebencian.

Mendengar ucapan sang ayah, bak tersambar petir. Tubuhnya menggigil. Gemetar. Dahinya mulai berpeluh. Hatinya teriris. 'Ooh...ayah...' hanya itu yang mampu ia sebut dalam hatinya.

Gadis kecil itu berlari ke kamarnya. Terisak. 'Tuhan.....benarkah ibu sudah meninggal?? Benarkah yang ayah bilang...??' Tanyanya dalam tangis.

Dunia tak mendukung mimpinya. Keadaan tak berpihak padanya. Kesedihan mulai mendatanginya. Harapannya mulai runtuh satu per satu. Takdir begitu kejam. Tak sedikitpun memberinya kesempatan untuk bermimpi.

*-------*

Di hadapannya nampak seorang pria paruh baya tersenyum tipis. Rian tersenyum ke arahnya. "Kinan..." ucapnya pelan. Halus. Terselip kesedihan dalam suaranya. "Kinan...nak.." Imbuhnya.

Rose yang melihat Rian bergetar. Nampak kilatan kecil di matanya. Kenangan masa lalu muncul satu per satu. Kesedihan menghampirinya. Tapi ia masih kukuh berdiri. Mata yang dulu penuh kasih sayang untuk pria di hadapannya, kini hanya memiliki kilatan amarah. "Ma'af...Anda siapa?" Tanyanya ragu.

"Kinan..ini ayah Kinan..." Ujar pria itu. "Ayah...ayah... ma'afkan ayah Kinan" Tangisnya.

"Rose...dia...?" Tanya Andini ragu. Sebenarnya ia tahu jawabannya. Tapi ia memilih untuk mendukung sahabatnya Rose. Pura-pura tak tahu siapa Rian. Mendengar kisah masa kecil Rose..kemarahan dan kebencian untuk pria di hadapannya pun tak terelakkan.

"Ayo, Din... kita pergi" Ajak Rose sambil melangkah perlahan melewati Rian. Ia tak mau berhadapan dengan Rian lagi. Sebelum amarahnya membucah dan air mata kebenciannya jatuh..ia memilih untuk pergi.

'Belum saatnya...' Ujarnya dalam hati.. 'Belum saatnya kamu mendatanginya.. belum saatnya...sebelum kamu sukses dan mampu menginjaknya seperti semut..Belum...' Kata hati kecilnya.

Rose dan Andini teris berjalan menuju temoat wisuda tanpa sepatah kata. Pikiran mereka penuh dengan angan mereka sendiri. Hati mereka bergelut dengan kenangan dan cerita masa lalu. Tapi..tampak jelas kepedihan di mata Andini untuk sahabatnya.

5 tahun kemudian

Nampak seorang wanita berjalan penuh percaya diri memasuki sebuah perusahaan ternama. Tak ada senyum di bibirnya.. tapi matanya hidup. Berkilat kegembiraan.

"Selamat pagi bu.." Sapa resepsionis. Para karyawan menganggukkan kepala setiap wanita ini berjalan melewati mereka, yang kadang ia balas dengan sesekali menggangguk.

Wanita itu terus berjalan menuju lift. Di depan lift sekretarisnya sudah menunggunya. Ia memasuki lift menuju ke atas.


REFLEXIONES DE LOS CREADORES
pHie pHie

'selamat membaca':)

Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C2
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión