Denmark dan beberapa negara sangat menyukai Matilda, karena dia adalah seorang bangsawan yang berbeda, ia tak takut untuk bersifat independen dan berbeda. Ditambah lagi dengan kegiatan perdamaian yang membuat mereka semakian menyukainya, Matilda selalu mengikuti kegiatan amal, dia sering menjadi relawan untuk ke wilayah-wilayah perang maupun wilayah yang kekurangan air dan makanan. Dia menjadi duta perdamaian PBB tahun lalu. Tak lupa tentang busananya, di Inggris ada Kate Middleton sedangkan di Denmark ada Matilda Princeton, Matilda bahkan telah melanggar beberapa peraturan dan sang Ratu—Nenek buyutnya hanya bisa menggeleng dan tersenyum karena Matilda adalah cucu yang paling ia sayangi.
Matilda mempunyai perasaan aneh tentang hal makan siang ini karena kedua orang tuanya tidak pernah mengajaknya makan bersama jika ada tamu. Dalam hati ia bisa menebak bahwa kali ini ibunya akan menjodohkannya dengan salah satu dari dua pria tampan didepannya. Tidak lagi.
Makan siang telah usai dan ibu Matilda menyeretnya untuk menemaninya mengucapkan salam perpisahan pada kedua kolega sang ayah. Modus sang ibu untuk mendapatkan seorang menantu terkadang membuatnya malu. Ibunya yang satu itu sangat gencar menyarikan putri tertuanya seorang suami, apa masalahnya dengan single?
"Hati-hati dijalan Tuan Shawn. Anda sangat cocok dengan putri saya, saya sangat berharap anda menjadi menantu saya, sangat bibit unggul."ucap ibu dengan kalimat terakhir ia baca dengan suara kecil yang hanya dapat Matilda dengar karena saat ini ia berada disebelah sang ibu, Matilda saat ini hanya ingin mengirim sang ibu ke Antartika, harga diri Matilda seakan meluap seketika.
Pria tampan didepannya ini tengah tersenyum kecil dengan sedikit tertawa lalu menatap Matilda dengan pandangan lembut,
"Saya akan sering berkunjung ke rumah anda kalau begitu Nyonya Princeton, saya pun berharap Nona Matilda menjadi pendamping hidup saya."ucap Shawn dengan tertawa, Matilda hanya ingin berteriak sekuat tenaga dibalik selimutnya, ini sungguh memalukan.
Matilda melirik kearah pria tampan yang saat ini tengah berbincang dengan ayahnya, wajahnya seperti menahan tawa.
Setelah selesai dengan Tuan Shawn, ibu menyalami Tuan Warren dengan senyuman keibuannya,
"Hati-hati dijalan Tuan Warren."ucap ibu lalu menarik tangan Matilda menuju sang ayah yang kini sudah berada diambang pintu,
Matilda menatap sang ayah dengan pandangan malu, sedangkan ayahnya kini tengah tertawa kecil akan kelakukan putrinya yang malu akan tingkah sang istri.
Setelah mobil yang dikendarai Tuan Warren dan Shawn tidak terlihat dari pandangan, mereka masuk kedalam rumah dan setibanya diruang tamu Matilda menatap sang ibu, "Ibu tak seharusnya membuatku malu didepan Tuan Shawn," Ibunya menepuk pundaknya pelan,
"Ibu tau yang terbaik untukmu maka dari itu tolong coba sekali, demi ibu." Matilda mengerang, jika ibunya seperti ini dia tidak bisa menolak, dengan berat hati Matilda menyetujuinya karena ia yakin ibunya memilih jalan yang terbaik untuknya, hati kecilnya berharap bahwa sistem soulmate itu ada.
"Baiklah akan Matilda coba untuk ibu, kali ini,"
"Jangan untuk ibu Matilda, untuk dirimu sendiri."
Matilda kembali kekamarnya dengan langkah gontai, pikirannya berkecamuk, ia harus mencoba membuka hati untuk seorang pria terutama pria tampan, dia pecinta pria tampan,toh tidak ada salahnya jika dia menuruti ibu, jika dirinya menjadi istri seorang Shawn Dawson dia bisa memamerkan pria tampan itu ketemannya.
Matilda membaringkan tubuhnya ke tempat tidur lalu mengambil laptopnya dan mulai mengerjakan beberapa proyek dan logo yang dimintai oleh kliennya.
Beberapa saat kemudian suara ketukan terdengar setelah Matilda mempersilahkan masuk untuk orabg tersebut munculah Vivian dengan membawa tabel yang berisi segudang jadwal untuknya, "Ada apa Vivian" tanya Matilda dengan menghela nafas,
Vivian menunduk hormat sebelum berdeham pelan, "Nyonya Princeton mengadakan pesta minum teh besok sore dihalaman belakang, pesta ini merayakan kembalinya anda ke Denmark," Pusing yang Matilda rasakan saat ini,
"Bukankah tadi kau bilang tidak ada jadwal untukku?"tanya Matilda dengan memposisikan badannya menjadi duduk,
"Nyonya Princeton baru saja memberitau saya akan hal ini Nona," Matilda menjawab dengan anggukan, ia terlalu lelah untuk berdebat,
"Saya ijin untuk undur diri,"ucap Vivian dengan menutup pintu kamar milik Matilda
Rasanya saat ini ia ingin lenyap dari muka bumi.
Waktu terus berjalan hingga Matilda tidak menyadari bahwa sebentar lagi pesta minum teh dimulai, beberapa kali ia melirik jam dinding Matilda bergegas membersihkan diri lalu memakaikan tubuhnya gaun selutut dengan potongan v-neck berwarna biru bluerries dan krem yang menciptakan kesan klasik tempo dulu dan elegan, Matilda memadukannya dengan stilleto berwarna krem dan juga topi casque berwarna krem, saat ini Matilda terlihat bersinar.
Matilda berjalan menuju taman belakang rumahnya dan menjumpai berpuluh-puluh putri bangsawan dari segala penjuru Eropa. Setelah membacakan pembukaan Matilda menghampiri ketiga sahabatnya, Katherine Renaldi, Mia Elexandra , dan juga Everly Mineotta yang sedang memakan kudapan.
Katherine Renaldi, Matilda bertemu dengannya ketika Katherine manampar seorang gadis bangsawan yang tengah menggoda suaminya disebuah pesta dansa, dan dari situ ia mengenal Katherine dan bersahabat,
Mia Elexandra, ia bertemu dengan Mia ketika mereka satu tim untuk sebuah lomba di acara amal dua tahun lalu
Sedangkan Everly Mineotta, ia tak tau pasti tetapi dulu Everly sangat tidak menyukai Katherine, Mia, dan Matilda. Entah bagaimana akhirnya mereka bersahabat
"Matilda, aku dengar kau akan segera dilamar Shawn Dawson?" Matilda membulatkan matanya dengan melirik kearah Everly,
"Dilamar?"
Mereka bertiga mengangguk, "Shawn sepupu jauh suamiku, dia berkata akan segera melamarmu," Matilda merasa pening ketika mendengar nama Shawn,
"Kami baru bertemu sekali dan itu pun kemarin," Mia menggelengkan kepalanya,
"Jika aku menjadi dirimu aku akan menerimanya, aku tak mau menyia-nyiakan pria tampan dan setia seperti Shawn Dawson"ucap Mia yang membuat ketiga sahabatnya tertawa kecil. Pecinta Pria Tampan.
"Teman-teman aku mau memberi pengunguman," Katherine membuka suara, kami semua menatapnya penasaran lalu Katherine menarik salah satu tangan kami ke atas perutnya, "Kalian akan menjadi seorang bibi!"ucap Katherine dengan semangat
"Oh astaga, Selamat Katherine!"ucap kami bertiga sebelum memeluknya. "Aku mempunyai firasat anak pertamamu adalah perempuan, jika iya jodohkan dengan anakku ya!"ucap Everly yang membuat keempatnya tetawa. Setidaknya Matilda kali ini tidak berpikiran tentang Shawn dan lamaran yang tergolong cepat itu.
**
Shawn datang seminggu kemudian, melamar seorang Matilda Princeton. Dan kini, Matilda tengah duduk disamping sang ayah, didepan keduanya terdapat Shawn yang sedang menatap Matilda dengan tatapan lembut.
Raut wajah Matilda muram ketika mendengar bahwa pria yang kini berstatus 'Calon Suami' melamarnya terlalu dini, ia masih ingin menggapai ambisinya dan urusan pernikahan ini mengganggu jalannya.
"I'll treat her like a Queen sir,"ucap Shawn tegas dengan menatap tepat dimanik mata ayah Matilda, dari tatapannya Matilda bisa menebak bahwa Shawn sangat serius dengannya, dan ia tak bisa menolaknya kali ini karena pertama, kedua orang tuanya menyukainya, kedua, Shawn langsung melamar Matilda tanpa embel-embel 'berpacaran'
Nina Princeton menatap anaknya yang saat ini sedang memasang ekspresi muram. Ia paham dengan anak perempuannya yang masih ingin menggapai ambisinya,
Nina menepuk pundak anaknya untuk mengikutinya dan sampailah meteka di kamar Matilda, "Ibu tau kau tidak suka dengan keputusan kami, tapi kali ini terimalah dan buka hatimu untuk Shawn. Dia pria yang baik, percaya ibu."ucap Nina sebelum mengelus puncak kepala Matilda dan meninggalkannya sendiri dikamar.
'Tapi bu bukan pernikahan yang aku mau' ingin sekali Matilda meneriakan batinnya
Ini semua sungguh berat baginya, ayahnya dan pria berlabel Calon Suami menetapkan dua minggu lagi tepatnya lima belas September sebagai hari pernikahannya. Terlalu cepat.
"Matilda,saya harap kau membuka hatimu"bisik Shawn sebelum mengecup pipi tembamnya lalu memasuki mobil berwarna hitam mengkilat, Matilda menatap mobil yang dinaiki Shawn dengan pandangan terkejut, pria itu mengecup pipinya tanpa izin darinya!
Setelah mobil Shawn hilang dari pandangan, Matilda menatap ayahnya dengan pandangan kesal sebelum berjalan menuju kamar dan menguncinya. Ia mengambil salah satu bantalnya yang lalu ia taruh diatas mukanya lalu ia berteriak keras, tak peduli jika sang ibu memarahinya, Matilda hanya butuh pelepasan emosi dan berteriak adalah satu-satunya jalan.
Seandainya ia tak mengunjungi ibunya mungkin dirinya tidak akan dijodohkan dengan seorang Shawn Dawson yang terkenal tampan itu, tapi tidak untuk Matilda tentunya.
"Matilda, kau itu seorang bangsawan tak sepantasnya berteriak seperti itu!"ucap ibunya tegas dengan mengetuk pintu kamarnya berkali-kali. Matilda menghela nafas sebelum meninju bantal yang terdapat diwajahnya, emosinya saat ini tidak dapat dikontrol. Mengapa ayahnya langsung menerima lamaran Shawn tanpa memikirkan perasaan anaknya?
Sesungguhnya, Matilda ingin menikah dan hidup bahagia dengan pilihannya sendiri dan dengan orang yang ia cintai. Ini semua membuatnya pusing setengah mati.
Kini, Matilda tengah duduk didepan perapian di ruang perpustakaannya, salah satu tangannya membaca buku berjudul After Taste mencoba mengeyahkan pikiran tentang calon suaminya. Suara langkah kaki membuat fokus Matilda terganggu lalu menatap sang pemilik langkah kaki itu dan ditataplah sang ibu yang kini tengah membawa nampan berisi kudupan dan teh kesukaannya.
"Sedang membaca apa nak?"tanya ibunya dengan mengambil duduk disebelahnya,
"After Taste ibu,"jawab Matilda dengan menatap sang ibu,
"Shawn memberi salam padamu, ia tak bisa berkunjung hari ini karena ada kerjaan di Belgia,"ujar sang ibu dengan mengelus puncak kepalanya dengan pelan
"Iya ibu" ucap Matilda yang dibalas anggukan oleh sang ibu, yang kemudian sang ibu beranjak pergi meninggalkan Matilda.
Beberapa menit kemudian suara pintu terbuka dan suara langkah kaki kembali terdengar, "Matilda, ada kiriman untukmu dibawah,"ucap Vivian yang membuat Matilda menutup bukunya dan berjalan menuju ruang tamu,
Sesampainya diruang tamu, Matilda dikejutkan dengan sebuket bunga yang kini berada di tangan sang ibu yang menatapnya dengan alis terangkat satu dan seringaian penuh makna yang membuatnya tersipu, Matilda mengambil buket bunga tersebut dari tangan ibunya lalu membaca note yang terpasang,
Buket bunga untuk calon istri cantikku
Yours truly,
Shawn Dawson
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña