Kantor Kepolisian Metropolis Tokyo.
Di salah satu lantai gedung itu, terdapat ruangan yang sangat luas dan modern.
Lantai dan dindingnya dilapisi oleh marmer berwarna putih keabuan samar. Kaca-kaca tembus pandang menghiasi sebagian besar tempat itu. Benda-benda di sekitarnya sangat minim, hanya ada beberapa bangku dan sebuah meja resepsionis yang berada di dekat eskalator ganda yang menampilkan beberapa orang bergantian naik turun dari dan ke lantai bawah.
Di dinding belakang meja resepsionis terlihat tiga huruf kapital berwarna biru tua bertuliskan MPD. Di bawahnya, singkatan itu diperjelas dengan bunyi:
[Metropolitan Police Department]
Tak jauh dari meja resepsionis itu, seorang pria berjas abu-abu tua dengan badan berukuran sedang, tinggi, berambut hitam pendek yang rapi, dengan usia sekitar empat puluhan baru saja selesai menutup telepon dengan wajah cemas dan gelisah. Ponsel dimasukkan ke saku.
"Futaba-san! Bagaimana penyelidikan para anggotamu?" tegur sebuah suara berat dari arah eskalator.
"Ah... itu..." Futaba tampak tak tahu harus berkata apa, matanya melirik canggung ke arah sudut ruangan.
"Aku memberikan kehormatan menangani kasus ini padamu karena kau pernah berpengalaman dengan kasus yang serupa. Ini adalah narkoba jenis yang sama, kan, dari kasus sebelumnya yang pernah kau tangani beberapa tahun lalu?"
Lelaki yang baru muncul ini memiliki ekspresi keras dan tajam. Ia terlihat lebih tua beberapa tahun dari Futaba dan memakai jas cokelat dengan dasi senada yang agak gelap. Di wajahnya terbingkai kacamata tebal. Futaba memang lebih tinggi dibanding pria berjas cokelat itu, tapi sosok yang baru muncul ini adalah seniornya yang berada di Divisi Kepolisian dengan status yang sangat disegani. Jadi, Futaba hanya bisa membungkuk memberi hormat dengan kepala ditundukkan, mulut terkatup rapat.
"Jangan bilang sekarang kau kurang kompeten dalam bekerja? Apa prestasimu selama ini hanya bisa mengandalkan bantuan seorang bocah asing?" sindirnya dengan tatapan meledek.
Hati Futaba panas mendengarnya.
"Kami mungkin adalah sub-divisi yang paling rendah dan baru berjalan 3 tahun, tapi kerja kami tak pernah mengecewakan."
Pria berjas cokelat itu mendengus meremehkan, sorot matanya angkuh.
"Jika memang tak mengecewakan, kenapa sampai sekarang aku belum mendengar hasil penyelidikanmu?"
"Kami mendapat sedikit masalah."
"Masalah?"
"Maaf. Aku tak bisa mengatakannya pada siapa pun."
Lawan bicara Futaba tersenyum kecut, memandang remeh padanya.
"Masalah apa sampai lima anggotamu masuk rumah sakit?"
Futaba terkejut mendengarnya, "kau tahu?"
"Tentu saja. Sub-Divisimu dalam pengawasan, jika tak bisa menyelesaikan kasus kali ini, maka pihak atas akan membubarkan dan memindahkan kalian ke tempat lain."
"Apa? Apa yang kau katakan? Tim kami akan berumur 3 tahun tepat bulan Oktober nanti!"
"Kau bodoh? Kasus ini dilimpahkan padamu atas persetujuanku agar kalian bisa menunjukkan kemampuan terbaik kalian, tapi jika gagal..." ia mendelikkan mata yang tersenyum mengejek.
"KAU!" Futaba mengepalkan kedua tangannya, ekspresinya menjadi sengit.
"Harusnya kau berterima kasih padaku. Aku orang yang murah hati," lelaki itu menyapukan jemari kanannya pada bahu depan Futaba, sebuah gerakan seolah membersihkan debu dengan hati-hati. Bibirnya secara terang-terangan memperlihatkan senyum kemenangan yang tak ada niat untuk disembunyikan.
"MATSUNO-SAN!"
"Berteriak seperti itu pada seniormu akan memberikan pandangan jelek dari orang sekitar," lelaki berjas cokelat yang bernama Matsuno, menyampaikan hal ini dengan nada berbisik di sisi bahu Futaba. "Anggaran kalian hanya buang-buang uang saja. Lebih berguna jika uang itu dialihkan pada Divisi Gabungan Khusus."
"Ini tidak adil!" protesnya dengan nada emosional.
"Siapa bilang tidak adil? Jika kalian bisa menyelesaikan kasus ini, bukankah posisi kalian aman? Jangan manja!"
"Kau tahu ini adalah kasus berat! Apa kau sengaja ingin menjatuhkan kami?" suara Futaba menjadi tajam.
Matsuno hanya melempar senyum misterius, sorot matanya menjadi menyebalkan bagi siapa pun yang melihatnya.
"Apa kau mengakui kalau kalian akan bubar dengan sendirinya?"
"MATSUNO-SAN!"
"Orang-orang menatapmu, Futaba."
"Bagaimana bisa pihak komisaris melakukan ini pada kami? Apa yang kau katakan padanya?"
"Jangan berburuk sangka begitu. Aku sudah menjadi pahlawan kalian. Kau seperti orang tidak punya sopan santun!" Matsuno melipat tangan di dada, dagu terangkat miring dengan angkuhnya.
Futaba tak bisa menuduhnya lebih jauh tanpa bukti. Pria di depannya ini bermain sungguh licik! Bersikap seolah pahlawan, tapi niatnya sangat buruk dan busuk! Kasus narkoba yang Sub-Divisinya tangani tak sesederhana yang orang lain pikirkan. Ini adalah sindikat narkoba internasional. Tidak mudah mengungkapnya, apalagi dengan keadaan para anggotanya yang terbaring lemas di ranjang rumah sakit gara-gara menyelidiki perempuan yang Wataru minta. Pria itu bisa menyudutkannya dengan alasan bekerja tidak pada tempatnya.
Detektif berjas abu-abu tua itu hanya bisa menelan kekalahannya beradu argumen, mulutnya terkatup rapat.
Matsuno tersenyum mencibir.
"Ah! Anda di sini rupanya, Matsuno-san!" seorang polisi perempuan berseragam jas biru tua dengan rambut panjang diikat satu tampak panik berjalan ke arah kedua sosok pria itu.
"Hah? Eri? Ada apa?" Matsuno menautkan satu keningnya.
"Komisaris Hamada-san memanggil anda sekarang untuk menghadap."
"Apa? Aku baru saja menemuinya, kenapa memanggilku lagi?"
Eri, polisi perempuan itu melirik gelisah pada Futaba, lalu dengan gerakan canggung, satu tangannya menutupi mulutnya membisikkan informasi rahasia.
Futaba yang jelas-jelas berdiri di sana, meski tahu ia tak bisa menginterupsi karena kode etik kerja menggerundel dengan wajah masam.
"APA? Harusnya kau cepat-cepat memberitahuku! Sial!"
Matsuno bergegas pergi dengan terburu-buru meninggalkan tempat itu tanpa peduli pada kedua orang yang ada bersamanya beberapa saat lalu.
"Kasus penting?" tanya Futaba iseng.
Eri tersenyum seperti sedang sakit gigi.
"Ah! Begitu!" Futaba menganggukkan kepala, kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana
Muka sang detektif terlihat sedikit kesal, rasa rendah diri menyelimuti hatinya.
Divisi Matsuno adalah divisi khusus yang baru dibuat setahun lalu untuk mengatasi kasus khusus dan berbahaya yang anggotanya terpilih dari setiap anggota terbaik dari divisi yang ada di Biro Urusan Kriminal dan Biro Keamanan. Mereka menyelidiki hampir semua kasus berbahaya dan kasus utama, seperti kasus pembunuhan berantai yang sulit dipecahkan sampai ancaman teroris.
Benar-benar tak bisa dibandingkan dengan Sub-Divisinya di Divisi Penyelidikan Pertama di mana divisinya mereka yang kadang hanya mengejar penjahat-penjahat kecil dan menginvestigasi kasus pembunuhan.
"Aku permisi dulu," sahut Futaba pada Eri.
Eri membungkuk memberi hormat.
"Anda sangat berjasa pada Divisi Penyelidikan Pertama. Harusnya anda yang berada di posisi Matsuno-san saat ini. Kenapa malah tertahan di Sub-Divisi yang sudah hampir diabaikan itu?"
"Psst! Eri! Kau bisa dapat masalah berkata begitu!" lelaki itu buru-buru menegurnya.
"Soalnya Matsuno-san menyebalkan dan sok sekali, sih!" protesnya dengan wajah menahan kesal.
"Sudahlah. Aku juga tidak peduli. Aku lebih nyaman di tempatku sekarang. Sudah jam segini," Futaba melihat jam tangannya, "aku ke Divisi Senjata dan Narkoba dulu. Ada yang berusaha membuatku gagal seperti orang bodoh dengan memberiku kasus rumit ini!"
"Ah! Baik! Selamat bekerja, Futaba-san!"
Detektif itu melambaikan tangan sejenak ketika berbalik meninggalkan Eri yang masih menggurtu memikirkan Matsuno.
"Ah~ Makan siang nanti makan apa, ya?!"
Eri menekan telunjuk kanannya di pipi, mata melirik ke atas dengan ekspresi menggemaskan.
***
Dari Author:
SSP sepertinya lagi error.
Nggak bisa masuk ranking novel dan nggak bisa divote.
Syedih.....
Huhuhu...
Kalian vote novel saya yang lain aja:
1. Milena Si Peri Nakal
2. Sirene Malam (dulu judulnya Nyctosiren)
3. Perempuan Jenius Berhati Dingin: Istri Seorang Playboy!
4. Perjodohan Monarki: Terjebak Nikah Bersama Putra Mahkota! Sadis! Dingin! Dan Bermulut Tajam!
(Judul Alternatifnya: Menaklukkan Hati Sang Kaisar Tiran)
5. Keluarga Hangat: Nikah Kontrak Dengan Cinta Pertama!
Saya capek dan G bisa urus masalah error SSP ini. Besok2 aja lapor ke adminnya.
HIks
Syedih.....
Bahkan bab 96 yang udah dihapus dan masuk draft, kok, masih muncul, sih?
Huhuhu....
Hayati lelah!
Hah....
Sampai jumpa 10 hari lagi!
Inilah gunanya masukin novel ke pustaka, mencegah kehilangan novel kesukaan di daftar ranking akibat error.
Kapan2 saya bahas mengenai Kepolisian Tokyo, ya!
Udah ngantuk banget, nih!
(; ̄д ̄)
Jangan lupa baca catatan dari saya!
ITU PENTING UNTUK DIBACA!
OK?!
(○`・Д・´)9
Ah.... SSP sepertinya kena blokir gara2 saya nggak sensor beberapa kata tak pantas atau ada karakter yang tak bisa dibaca sistem.
Bab catatan saya up untuk update berikutnya aja. Entah apa yang salah.
Syedih...
Mungkin kalian G bisa vote SSP selama seminggu dulu. :(
Vote perjodohan monarki saja, ya, dulu! :'(