Descargar la aplicación
90% Sweet Dream / Chapter 9: Another Family

Capítulo 9: Another Family

Junmyeon hanya berdiri di depan pintu kamar Baekhyun.

Pria itu melihat Baekhyun tampak nyaman berada di pelukan laki-laki yang sempat berlutut di kaki istrinya itu, keduanya tertidur di ranjang rumah sakit yang sempit, tapi keduanya tampak nyaman walaupun sewaktu-waktu bisa saja salah satunya terjatuh karena sempitnya ranjang itu.

"Ada ap-"

"Biarkan mereka" Junmyeon memotong kalimat Irene yang baru saja datang, wanita itu melihat arah pandang Junmyeon.

"Ah, baiklah" Irene mengerti dengan apa yang di rasakan pria itu, bersama dalam waktu lama membuatnya mengerti dengan baik apa yang di alami pria itu.

Junmyeon berbalik hendak meninggalkan kamar Baekhyun dan menggandeng tangan Irene.

'blam'

"Kau keluar?" Junmyeon berbalik saat mendengar pintu tertutup dan melihat Sosok Chanyeol berdiri di ambang pintu.

"Ya, Baekhyun sudah tidur" Jawab Chanyeol lemah, mata laki-laki itu terlihat sembab, Chanyeol banyak menangis.

"Chanyeol-ah apa-"

"Abeonim, ijinkan aku menikah dengan Baekhyun" Tiba-tiba Chanyeol memotong kalimat Junmyeon.

"Ne?" Junmyeon dan Irene terkejut "...tapi Chanyeol-ah"

"Aku sungguh-sungguh, tolong restui kami, aku mohon" Chanyeol terdengar putus asa dan terus memohon.

"Chanyeol-ah" Junmyeon masih dengan nada tenang.

"Aku tidak perduli jika mereka tidak mengijinkan, aku hanya butuh restu kalian"

Chanyeol benar-benar putus asa, dia merasa di bohongi oleh keluarganya, dia kecewa dengan orang-orang sekitarnya yang sama sekali tidak membantu.

Baekhyun bukan aib, Baekhyun hanya gadis lugu, Chanyeol lah yang salah.

Dia merasa bersalah dan menanggung penyesalan yang dia sendiri tidak tahu penyebabnya karena keluarga dan orang-orang sekitarnya yang selalu menutupi kebenaran tentang penyebab kecelakaan itu.

Lima tahun dia merasakan penyesalan dan kesedihan tanpa sebab, dia hampir menyebut dirinya gila karena tidak bisa mengingat apa-apa tentang gadis itu.

"Sebaiknya bicarakan baik-baik dengan orang tuamu" Junmyeon menepuk pundak Chanyeol yang lebih tinggi darinya dan melangkah memasuki kamar Baekhyun "...kebahagiaan Baekhyun adalah kebahagiaan kami"

Junmyeon meninggalkan Chanyeol yang masih mematung di tempatnya.

.

.

.

Chanyeol memacu kendaraanya dengan kecepatan diatas rata-rata, Chanyeol mengendarai mobilnya menuju rumah keluarganya.

Sesampainya di kediaman keluarga Park, Chanyeol melihat ayah dan ibunya juga adik laki-lakinya sedang makan malam.

Mereka tampak terkejut dengan kedatangan Chanyeol yang tiba-tiba, mereka meninggalkan Chanyeol 2 jam yang lalu saat laki-laki itu belum tersadar, mereka berniat kembali ke rumah sakit setelah makan malam.

Tapi Chanyeol datang begitu saja dengan tergesa dan masih mengenakan pakaian pasien rumah sakit.

"Chanyeol-ah, kau sudah sadar, bagaimana kau bisa--" Ketiga penghuni rumah itu menghampiri Chanyeol yang hanya berdiri.

"Eomma, jelaskan padaku tentang semuanya" Chanyeol dengan nada datar dan dingin.

"Apa maksudmu?" Siwon Ayah Chanyeol tidak mengerti apa yang Chanyeol maksud.

"Jelaskan padaku, kumohon" Chanyeol terdengar putus asa.

"Tenanglah Hyung" Jisoo adik Chanyeol.

"Beritahu aku tentang kecelakaan itu dan gadis yang bersamaku!!" nada Chanyeol sedikit meninggi "...kenapa kalian menyembunyikanya dariku" Chanyeol menahan amarahnya.

"Itu demi kebaikanmu" Ayah Chanyeol menjawab dengan nada datar, membuat Chanyeol semakin menggeram menahan amarahnya.

"Kebaikan Kalian bilang?" Chanyeol tertawa miris

"...Apa kalian tahu jika selama ini aku merasakan penyesalan yang aku sendiri tidak tahu sebabnya?, apa kalian tahu jika aku menderita selama ini?, bahkan aku hampir gila memikirkanya, apa itu yang kalian sebut kebaikan?" Suara berat Chanyeol semakin meninggi.

"Chanyeol-ah, itu aib keluarga kita, bagaimana jika orang-orang tahu jika anak sulung keluarga Park menghamili seorang gadis dan-"

"Dia bukan aib eomma!!, dia hanya Korban!!" Chanyeol memotong kalimat Ibunya dan membentak wanita yang sudah melahirkanya.

'Plak!'

"Kau membentak ibumu?" Siwon menampar anak sulungnya yang berani membentak ibunya.

"Mulai hari ini aku akan pergi dari keluarga ini, percuma saja keluarga kita menjadi keluarga terhormat dan terpandang jika kalian tidak pernah mengajarkan tentang tanggung jawab pada anak-anaknya" Chanyeol semakin menaikan suaranya.

'Plak!'

Siwon kembali menampar Chanyeol dengan kerasnya, dan menarik kerah baju Chanyeol, membuat ibunya menangis melihat Suami dan anaknya bertengkar.

"Abeoji, Hyung" Jisoo memisahkan kedua laki-laki itu.

"Andawe Jisoo-ya, jangan menjadi sepertiku, aku hanya laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan sudah mengecewakan keluarga kita" Chanyeol menepuk pundak adik laki-lakinya "...jadilah anak kebanggaan mereka" Chanyeol menatap tajam pada ayahnya yang hanya berkacak pinggang, dam mengusap wajahnya kasar.

"Chanyeol-ah"

"Hyung"

Chanyeol melangkah meninggalkan rumah keluarganya.

Ibu Chanyeol terus saja menangis melihat kepergian putra sulungnya, sedengkan Siwon hanya diam dan berusaha meredakan emosinya yang tersulut karena Chanyeol.

.

.

.

Chanyeol terus saja melihat Baekhyun yang sedang menikmati makan siangnya, gadis itu sudah di perbolehkan pulang oleh Chanyeol.

Chanyeol mengambil sendok yang Baekhyun pegang dan menyendokan makanan kemudian menyuapkanya ke mulut gadis itu.

Baekhyun hanya menurut setiap kali laki-laki itu menyuapkan makanan ke mulutnya, Chanyeol terus saja tersenyum melihat Baekhyun yang makan dengan lahap.

"Oppa, apa yang terjadi??" Baekhyun bertanya setelah makanannya habis.

"Baek" Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun.

"Hmm?" Baekhyun menautkan alisnya, laki-laki itu terus saja menatapnya sambil tersenyum.

"Ayo kita menikah"

"..."

Baekhyun hanya diam saat Chanyeol tiba-tiba mengajaknya menikah.

"Ya, aku pernah mengatakan jika aku akan bertanggung jawab, jadi Ayo kita menikah" chanyeol mengatakanya sekali lagi.

"Tapi Oppa" Baekhyun tidak tahu harus menjawab apa, ini terlalu mendadak.

"Maafkan aku" Chanyeol menarik mafas dalam "...mungkin ini sudah sangat terlambat, tapi--"

"Ya Oppa, aku mau" Baekhyun tersenyum menjawabnya

"Tapi Baek, aku tidak punya apa-apa lagi, aku pengangguran, aku tidak punya pekerjaan lagi" Chanyeol menggelengkan kepalanya pelan "...apa kau tetap akan menerimaku?"

"Bukankah kau dokter disini?" Baekhyun tidak mengerti dengan perkataan laki-laki itu, saat ini Chanyeol masih mengenakan sneli nya menandakan jika laki-laki itu seorang dokter yang sedang bertugas.

"Tidak lagi, aku memutuskan keluar dari rumah sakit ini" Chanyeol mengusap punggung tangan Baekhyun dengan ibu jarinya.

"Kita bisa ke Jepang bersama keluargaku" Baekhyun dengan polosnya.

"Aku tidak punya apa-apa lagi" Chanyeol kembali mengatakan hal yang Baekhyun tidak pahami.

"Chanyeol-ah" Junmyeon tiba-tiba menepuk pundak Chanyeol.

"Abeonim" Chanyeol membunkuk pada pria itu.

"Kami akan kembali ke jepang beberapa hari lagi, dan jika kau mau, kau bisa bekerja di Perusahaanku untuk sementara" Junmyeon begitu lapang dada, dia mau melakukan apapun demi kebahagiaan putrinya.

"Tapi aku-" Chanyeol merasa tidak enak, mereka begitu baik padanya.

"Sudahlah, selama lisensimu masih berlaku, bukankah kau bisa bekerja di mana saja?" Junmyeon dengan tenangnya, pria itu memasukan tanganya ke saku celana "...Satu tahun lagi Baekhyun lulus dari universitas, setelah itu kalian bisa menikah"Junmyeon kembali menepuk pundak Chanyeol.

"..."

Chanyeol tidak bisa berkata apa-apa, mereka begitu ikhlas dan tenang, berbeda dengan keluarganya yang hanya mementingkan harga diri dan kehormatan, dan melupakan tanggung jawab mereka begitu saja.

Chanyeol merasa tertampar dengan kebaikan keluarga Byun yang mau menerimanya dengan ikhlas demi kebahagiaan putri sulung mereka.

"Jika kau tidak keberatan kau bisa ikut dengan kami ke Jepang" kali ini Irene, wanita cantik itu berdiri dengan anggun di samping suaminya.

Chanyeol tidak bisa menahan tangisnya, laki-laki itu memeluk Junmyeon erat, dia menemukan kehangatan dari keluarga Baekhyun.

"Hueekkk"

Perhatian mereka seketika teralihkan pada Baekhyun yang tiba-tiba memuntahkan isi perutnya, gadis itu baru selesai makan, tapi itu hanya sementara, gadis itu kembali memuntahkanya.

"Omo, Baekhyun-ah" Irene menghampiri anak gadisnya dan menmbersihkan sisa muntahan di bibir gadis itu.

"wa-Wae?" Chanyeol tergagap saat tiba-tiba tatapan Junmyeon dan Irene tertuju padanya, seolah menuntut penjelasan darinya.

"Eomma, kepalaku pusing"

"Baek, kau tidak..." Irene mengusap perutnya, dan melengkungkan tanganya di depan perutnya, seperti memperagakan wanita yang sedang, hamil membuat Chanyeol menelan ludah kasar.

"Aniyo eomma, aku hanya pusing" Baekhyun melambaikan tanganya.

"Mu-mungkin itu efek benturan, ya itu" Chanyeol masih tergagap, dia tahu dirinya sedang di curigai saat ini.

"Kenapa kau tergagap Chanyeol-ah?" Junmyeon terkekeh melihat, wajah panik Chanyeol saat dirinya dan Irene menatapnya "...Tenanglah nak, aku percaya padamu"

"Ah, ne" Chanyeol hanya mengusap tengkuknya.

.

.

.

Tbc.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C9
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión